Tetaplah Menjadi Pribadi Yang Hangat
By Si Anak Rimo - March 19, 2016
Malam itu saya sedang menjemput
dua anak muda yang sedang dalam penerbangan ke Jogjakarta. Muhammad Fajri dan
Yayuk Sri Indriarti, mereka berdua nantinya akan mengikuti acara pemuda yang
berskala nasional, tak mudah jalan mereka untuk bisa sampai kesini. Aku
mengapresiasi semangat mereka. Bandara Adi Sucipto selalu saja ramai dan
menjadi salah satu pintu masuk sebuah kota yang penuh dengan budaya dan
sejarah. Kota yang didalamnya ada banyak kekayaan sejarah dan budaya lintas
masa, kuliner dan keindahan peninggalan masa lalu menjadi magnet yang menarik
banyak wisatawan. Di tengah keramaian bandara, aku selalu menyempatkan diri
memperhatikan kesibukan para penumpang yang tiba dan akan berangkat. Terlihat ada
banyak orang dengan latar belakang yang berbeda.
Karena pesawat yang
ditumpangi mengalami keterlambatan, maka aku memilih untuk duduk di kursi jauh
dari tempat kedatangan. Saat sedang sibuk bermain handphone, sepasang suami
istri dengan barang bawaan yang begitu banyak terlihat mencari tempat duduk.
Aku langsung bergerak ke samping untuk mengosongkan kursi sambil melempar
senyum sebagai isyarat mempersilahkan duduk. Melihat raut wajahnya aku mengira
mereka berdua adalah pelancong dari Malaysia, lama aku terdiam sambil sesekali
melihat handphone. Tiba – tiba bapak itu bertanya.
“ Hendak kemana nak ?
”, tanya nya
“ Menjemput adik dari
Aceh pak, pesawatnya mengalami delay “ jawab ku.
Setelah mendengar
pertanyaan ini ternyata dugaan ku bahwa mereka dari Malaysia salah. Beliau
sedang menanti jemputan anaknya yang sedikit telat karena ada pasien, anaknya
seangkatan dengan ku kelahiran 1992 yang saat ini sedang Koas kedokteran gigi
UMY. Seorang gadis cantik yang begitu hangat dan akrab dengan keluarganya,
waktu itu dia sedang puasa senin kamis. Mulailah kami bercerita panjang lebar,
aku memberanikan diri untuk bertanya.
“ Sudah ke Aceh ya Pak
“ ?
“ Sudah, saya dulu
bertugas di Aceh. Bertugas sebagai hakim di Singkil pada tahun 1981 “ Jawabnya.
Betapa bahagianya ketika
beliau mengatakan bahwa dia pernah tinggal di Singkil. Percakapan kami
dilanjutkan ditemani Istri beliau yang luar biasa ramah dan hangat, mereka
bercerita bagaimana perjuangan dan kondisi saat bertugas di Selatan Aceh kala
itu, saat jalur transportasi sungai masih menjadi pilihan. Serasa belajar
sejarah waktu itu. Aku banyak sekali belajar akan perjuangan meraih mimpi. Beliau
adalah lulusan Fakultas Hukum di Kampus Universitas Islam Indonesia. Abang
angkatan dari Mahfud MD mantan ketua Mahkamah Konstitusional dan adik kelas
dari Busro Muqoddas. Dahulu ia ingin kuliah di Bandung tapi lulusnya di Jogja,
hampir sama dengan kisah ku dan hanya tempatnya saja yang berbeda.
Beliau bertugas di
Bandung sebagai Hakim. Saat itu beliau mengajukan permohonan untuk ditempatkan
di Jogja saja, karena anaknya sedang berkuliah di sini. Tetapi beliau
ditempatkan di Bandung, berkunjung ke Jogja untuk melepas rindu bersama
anaknya. Percakapan kami lumayan panjang dan menarik waktu itu, mengulas
sejarah dan kejadian di tahun aku belum hadir ke muka bumi ini.
Betapa dahsyat kekuatan
sebuah senyum dan kehangatan. Senyuman dapat membuka percakapan menarik bahkan terkadang
melahirkan persaudaraan baru. Tetaplah menjadi ramah dan hangat pada setiap
yang kita jumpai, karena kita tak pernah tau kisah menarik apa lagi yang Allah
kirimkan lewat sebuah senyuman dan pertemuan. Mungkin akan ada pertemuan
selanjutnya dalam suasana yang berbeda bukan, di Aceh kah atau saat aku
berkunjung di Bandung. Hanya Allah yang tau tentang perjalanan hidup hambaNya.
Terima kasih atas waktu
dan nasehatnya
Yogyakarta, 25 Februari
2016.
0 komentar