Dora Asra S.IKom, salah satu sahabat saya yang
wajahnya Alhamdulillah kelihatan Acehnya " Pidie ". Kuliah di kampus
yang sama tak membuat kita saling kenal, saya kenal di akhir tahun 2013
saat Turun Tangan Aceh baru seumuran jagung.
Sulit rasanya menuliskan tentang dia seorang, karena ada pasukan yang
selalu bersama kemanapun dan kegiatan apapun. Semua nya luar biasa
dengan karakter dan kemampuan yang saling mengisi. Sebenarnya ingin
membuat tulisan tentang dia dan pasukan Bodrex cuma malam ini mau post
dulu sosok yang kami panggil " Bunda " ini, kita memanggil bunda karena
waktu selesai donor darah kita memfoto kan dia bersama bunda Illiza
walikota Banda Aceh.
Ada banyak sekali cerita menarik dan lucu jika memutar balik dimensi
waktu, mungkin dua tahun terakhir saya termasuk orang yang paling sering
merepotkan dia dalam berbagai kegiatan yang kita semua telah berjanji
untuk menjaga dan menyukseskan nya, Sangking seringnya jika saya
bertanya & sms Dora lagi dimana ? Dia menjawab kenapa ? Saya balas
Dora dimana ? Ia kenapa dulu jawabnya, nanti siang rapat ya penting.
Meluncurlah dia dari Sigli menuju Banda Aceh bersama motor Ubietnya.
Ketika saya tahu dia dari sigli saya cuma bisa diam dan terharu. Kadang
saya meminta dia dkk menyiapkan semua persiapan program sampai larut
malam. Kita kadang berpikir bagaimana cara memindahkan Sigli agar lebih
jauh karena bagi dia Banda Aceh - Sigli seperti Banda Aceh lampuuk.
Jiwanya benar benar melayani, mudah sekali bergaul dan ramah kepada
siapapun. Diantara kita dia yang paling kalem dan tenang, beda sama kita
yang kadang kalem kadang bocor. Banyak sekali yang dapat saya pelajari
dari dia dan pasukan Bodrex lainnya.
Kadang merekalah " pasukan Bodrex " yang mengingatkan untuk menjalankan
program ketika saya mulai ragu dan pesimis. Kini aku, dia dan kita semua
telah selesai kuliah dan meninggalkan Banda Aceh, ada yang berkerja di
Bandung, di Thailand, Lhoksmawe, Sigli, Jogjakarta dan subulussalam. Sebenarnya aku rindu sama pasukan Bodrex ini. Cuma sudahlah, toh
silaturahmi & komunikasi tetap terjalin. Walaupun kita telat tamat
kuliah, tapi saya bersyukur bisa meninggalkan kampus secara bersama
dengan mereka.
Hai, nama saya Rahmat Hidayat Munandar, lahir dan tumbuh besar di Rimo, sebuah desa kecil di Kabupaten Aceh Singkil. Saya suka membaca dan Travelling, namun sedang belajar untuk suka dan mencintai menulis. Dari waktu ke waktu terus belajar membaca dan mendengarkan. Memahami setiap kejadian yang ku alami saat melakukan perjalanan untuk dijadikan pelajaran dan mencoba untuk menuliskannya.
0 komentar