Sarjana Berbagi Cerita #6 : Jurusan Sastra Jepang

By Si Anak Rimo - July 17, 2018


Sekilas Tentang Fadlia Pari

Pari, marga keluarga gadis Bogor ini menjadi nama panggilannya. Pari mudah diingat dibanding nama depannya, seperti ikan pari. Pari merupakan lulusan Sastra Jepang Universitas Indonesia yang sejak SMA aktif di kegiatan outdoor, seperti mendaki gunung dan scuba diving. Ia tergabung dalam organisasi pecinta alam di sekolahnya dan juga merupakan anggota dari organisasi Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI). Keaktifannya di dunia selam menuntun Pari menjadi Finalis Putri Selam Indonesia 2017 dan wasit nasional finswimming di beberapa kejuaraan nasional seperti Pekan Olahraga Nasional (PON).
 
Kecintaannya terhadap budaya, lingkungan, dan kegiatan outdoor mempertemukan Pari dengan para pejuang mimpi dari berbagai daerah yang membukakan matanya bahwa kesuksesan dalam meraih cita-cita tidak pernah memandang bulu. Siapapun bisa meraih cita-cita mereka, asalkan gigih dan sabar. Selain itu, pedomannya dalam berbagi juga merupakan hal yang ingin ia salurkan kepada anak-anak di SDN Lae Longkip Kabupaten Aceh Singkil karena dengan memberi kita tidak akan pernah merasa kekurangan. 

Mengenal Dunia Lewat Bahasa

Perkenalkan, saya Fadlia Pari, gadis Bogor berusia 25 tahun lulusan sastra Jepang Universitas Indonesia. Saya akan memaparkan sedikit cerita dan pengalaman terkait jurusan yang saya pilih. Sebelumnya saya akan melontarkan beberapa pertanyaan kepada kalian.

Bagaimana perasaan kamu ketika ada seseorang yang mempelajari budaya kamu? Seseorang yang bisa berbicara bahasa daerahmu atau bahasa negaramu. Seseorang yang tahu tentang kearifan lokal daerahmu. Seseorang yang tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang kehidupan di daerahmu. Pernahkah kamu bertemu dengan orang yang seperti itu? Bila pernah, bagaimana perasaanmu? Bila belum pernah, coba kamu bayangkan, apa yang kamu rasakan ketika bertemu dengan orang seperti itu? Pastinya senang bukan?!

Mengapa Sastra Jepang?

Pilihan saya untuk berkuliah di jurusan sastra Jepang berawal dari ketertarikan saya  mempelajari bahasa yang memiliki aksara. Sejak saya SMP hingga SMA hanya saya seorang diri yang ingin kuliah di jurusan sastra dan bercita-cita untuk menjadi penerjemah/ahli bahasa. Kebanyakan teman-teman saya ingin masuk ke kedokteran, hubungan internasional, arsitektur, manajemen, dll. Walaupun saya berlatarbelakang IPA, namun saya tetap mencoba untuk ikut tes mandiri di bidang IPS. Awalnya saya daftar sastra Korea namun saya berhasil lolos di jurusan sastra Jepang.

Di sastra Jepang, selain mahir berbahasa Jepang, mahasiswa juga bisa lebih mengenal negara yang dikenal dengan kedisiplinannya ini. Oh iya, bukan hanya di sastra Jepang, mahasiswa dari jurusan sastra lainnya juga pasti belajar banyak tentang negara yang bersangkutan. Misalnya, mahasiswa jurusan sastra Prancis akan banyak tahu tentang negara Prancis. Semua sisi dari suatu negara dikupas tuntas di jurusan sastra. Kemungkinan untuk memiliki teman dari luar negeri pun sangat besar dengan adanya program pertukaran pelajar, beasiswa, dan summer school (kunjungan ke universitas di luar negeri di musim panas). Ketika kamu bertemu dengan orang luar negeri dan dia tahu bahwa kamu bisa berbicara dengan bahasa mereka dan tahu banyak tentang negara mereka, pasti dia akan senang sekali dan kamu akan menerima banyak ilmu dan informasi dari orang tersebut hanya dengan kemampuan berbahasamu. Sama seperti jika kamu bertemu orang asing yang bisa berbahasa Indonesia pasti kamu juga akan senang. 

Seputar kampus, fakultas, dan jurusan

Kalian tentu kenal Dian Sastro dan Payung Teduh kan? Ya, mereka merupakan lulusan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dari Universitas Indonesia. Fakultas tersebut yang menaungi semua jurusan yang berkaitan dengan ilmu budaya, termasuk Sastra Jepang. Oleh karenanya, lulusan FIB mendapat gelar Sarjana Humaniora (S.Hum). FIB memiliki jurusan terbanyak di UI. Ada 15 jurusan di fakultas ini, yaitu Sastra Indonesia, Sastra Jawa, Sastra Jepang, Bahasa dan Kebudayaan Korea, Sastra Cina, Sastra Inggris, Sastra Prancis, Sastra Jerman, Sastra Belanda, Sastra Arab, Sastra Rusia, Ilmu Filsafat, Arkeologi, Ilmu Sejarah, Ilmu Perpustakaan

Fakultas ini terkenal dengan wisata kulinernya dan harganya sangat ramah dengan kantong mahasiswa, tidak heran bila mahasiswa dari fakultas lain sering jajan ke kantin FIB. Selain terkenal dengan ragam makanannya, fakultas ini juga disebut fakultas 1000 acara. Banyak sekali acara bergengsi bertajuk budaya yang diselenggarakan setiap tahunnya, seperti Festival Budaya dan Olimpiade Budaya. Banyak organisasi di FIB yang mewadahi orang-orang yang suka seni, mulai dari seni musik, tari, hingga teater. Selain mendapat ilmu di kelas, mahasiswa juga dapat mengasah kemampuan berorganisasi, terlibat dalam kepanitiaan sebuah acara, dan mengembangkan hobi dan bakatnya.

Oh iya, di fakultas ini mahasiswa juga bisa mengambil mata kuliah tambahan seperti bahasa Turki, bahasa Spanyol, bahasa Italia, dan juga bahasa isyarat. Selain itu, di FIB UI juga bisa menambah teman dari luar negeri lho! Banyak orang asing yang mengikuti kelas bahasa Indonesia di Lembaga Bahasa Indonesia (LBI) yang berpusat di FIB UI. Pemandangan bule atau orang Jepang dan Korea merupakan hal yang sangat biasa di FIB UI. Jadi mahasiswa bisa langsung mempraktekkan kemampuan bahasanya dengan berinteraksi dengan mereka sesederhana mengobrol di kantin.

Belajar apa aja sih?

Mau mahir belajar bahasa Jepang kenapa tidak ikut les bahasa atau sekolah bahasa Jepang saja? Memang namanya sastra Jepang dan yang pasti belajar kesusastraan dan bahasa Jepang. Tapi ternyata setelah masuk ke jurusan ini, bukan hanya belajar bahasa Jepang saja, banyak juga lho mata kuliah yang seru yang tidak akan didapatkan di luar sana. Di jurusan ini mata kuliah yang disampaikan juga terkait dengan budaya masyarakatnya, seperti puisi, drama, sejarah, politik, geografi dan pariwisata, sosial dan budaya, hingga etos dan pandangan hidup orang Jepang.

Semua yang dipelajari berkaitan dengan negara Jepang. Walaupun pada awalnya saya hanya tertarik dengan bahasa Jepangnya saja, namun setelah saya kuliah dan banyak belajar tentang negara Jepang saya jadi bersyukur masuk ke jurusan ini. Negara Jepang adalah negara maju yang sangat disiplin dengan rasa nasionalisme yang tinggi. Pertanyaan-pertanyaan tentang kedisiplinan orang Jepang, pandangan hidup orang Jepang, dan etos kerja orang Jepang akan terungkap di jurusan ini. Banyak sekali pemikiran dan pelajaran yang dapat diambil dari sebuah negara yang pernah menutup diri dari dunia luar selama 250 tahun ini. Saya juga menerapkan beberapa pemikiran, etos, budaya, dan pandangan hidup orang Jepang di kehidupan sehari-hari saya, seperti hidup minimalis dan naturalis.

Abis Lulus Terus Ngapain?

Pertanyaan ini sangat lumrah di telinga saya, mulai dari saya lulus SMA hingga lulus kuliah. “Anak lulusan sastra bisa kerja dimana sih?” “Kuliah sastra mau jadi apa?” Setiap orang yang saya temui pasti melontarkan pertanyaan ini. Pada saat baru lulus SMA saya jawab sesimpel dengan mengatakan jadi penerjemah atau kerja di kedutaan besar. Setelah menjalani perkuliahan, pikiran saya pun semakin terbuka. Banyak sekali peluang usaha atau pekerjaan untuk seorang sarjana humaniora (S.Hum). Pada saat kuliah saya pernah bekerja paruh waktu di perusahaan Jepang yang bergerak di bidang pendidikan. Selain itu juga saya pernah menjadi volunteer (relawan) di beberapa festival Jepang berskala besar di Jakarta. Memang tidak banyak uang diterima, namun pengalaman yang didapat sangat berharga.

Setelah saya lulus, banyak sekali lowongan pekerjaan yang ditawarkan kepada sarjana lulusan sastra Jepang. Contoh kecilnya mulai dari tawaran sebagai penerjemah harian di acara pameran Jepang, penerjemah dalam rapat dan pertemuan kantor, hingga penerjemah artis-artis Jepang di acara festival musik Jepang. Selain itu, banyaknya perusahaan Jepang di Indonesia dan juga perusahaan Indonesia yang bekerja sama dengan Jepang, membuat kebutuhan akan penerjemah bahasa Jepang sangat tinggi. Kebanyakan perusahaan Jepang di Indonesia pasti mencari pelamar dengan kemahiran bahasa Jepangnya. Mahasiswa lulusan sastra asing bisa bekerja di bidang apa saja terlebih mereka juga sangat dicari oleh perusahaan-perusahaan karena mereka memiliki nilai lebih dalam kemampuan berbahasa asing. Peluang untuk menjadi guru bahasa asing pun tinggi, begitu pun menjadi pegawai di kantor kementrian seperti di kementrian luar negeri, kementrian pendidikan dan kebudayaan, kementrian pariwisata, dan kedutaan besar. 

Saya rasa ini berlaku di semua lulusan sastra/bahasa asing, baik itu bahasa Jepang, Korea, Prancis, Belanda, Jerman, maupun bahasa Inggris . Namun ada satu peluang tambahan yang dimiliki para sarjana lulusan sastra Jepang, yaitu peluang untuk bekerja di Jepang yang terbuka cukup lebar. Kondisi negara Jepang yang terus mengalami penurunan populasi menyebabkan beberapa perusahan Jepang mencari pegawai hingga ke negara tetangganya, termasuk Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan selalu ada alumni dari kampus saya yang berkerja di Jepang setiap tahunnya.

Pasti akan lebih panjang jika saya ceritakan semua pengalaman menarik tentang dunia perkuliahan saya. Semoga bisa memberi satu atau dua pandangan lain untuk adik-adik yang ingin berkuliah. Jika menurut kamu cerita ini menarik, mungkin secara tidak langsung kamu memiliki ketertarikan untuk kuliah di jurusan sastra J

Info lebih lanjut terkait perkuliahan di Universitas Indonesia bisa di cek di www.ui.ac.id

  • Share:

You Might Also Like

8 komentar

  1. Wow makin yakin mau pilih ini😁 bisa minta kontak kaka kalo boleh?

    ReplyDelete
  2. Huwaa... Terima kasih buat pencerahannya. Proud banget. Arigatou

    ReplyDelete
  3. Huwaa... Terima kasih buat pencerahannya. Proud banget. Arigatou

    ReplyDelete
  4. Arigatou Gozaimasu... Makasih buat pencerahannya.

    ReplyDelete
  5. Halo kak! Aku mau nanya nih. Jurusan Sastra Jepang UI tuh kalo mau lulus ada syarat harus JLPT tingkat berapa gitu gaksi kak?

    ReplyDelete
  6. arigatou kk, saya jd yakin mau pilih sastra jepang

    ReplyDelete
  7. Syukron kak atas sharing ilmunya

    ReplyDelete
  8. Keren kak, salam dari sesama mahasiswa sastra Jepang

    ReplyDelete