Terima Kasih Turun Tangan Aceh
By Si Anak Rimo - March 19, 2016
Ada banyak cara Allah
untuk mengawali sebuah pertemuan dan Allah juga sudah merancang semua rencana
ini atas diri setiap hambaNya.
Dalam terangnya
rembulan dan indahnya kilauan bintang di atas langit Rimo. Malam senin yang
sepi, ditemani dengan tumpukan buku yang berserakan di lantai, aku mencoba
mengurai rasa terima kasih ku untuk siapapun yang pernah berteduh di rumah
sederhana ini. Rumah sederhana yang kita besarkan dan jaga bersama – sama dengan tetesan – tetesan kristal keringat
serta ketulusan jiwa. Ada rasa yang terus berbekas dalam hati ini. Rasa yang
bercerita tentang perjalanan waktu selama berada dalam rumah sederhana yang
kita sebut “ Turun Tangan Aceh “. Rumah tempat berkumpulnya kita untuk berbagi
ide, senyum, pengalaman serta kebahagian. Ada ratusan bahkan ribuan anak muda
yang tinggal di rumah ini. Anak muda yang di dalam pandangan matanya terpancar
semangat dan optimisme perubahan, anak muda yang dalam derap langkahnya
terdengar suara semangat perubahan. Mereka yang dalam senyumnya ku lihat masa depan negeri ini.
Akhir tahun ini tepat
dua tahun saya bergabung di Turun Tangan Aceh. Durasi waktu yang terlalu
singkat untuk belajar dan memaknai arti hidup dalamsebuah perjalanan indah ini.
Melangkah dan bergerak bersama untuk sama – sama turun tangan atas permasalahan
di lingkungan kita. Ada ribuan kisah yang tak mungkin dapat ku tuliskan ini kala
menjadi bagian dari Turun Tangan Aceh. Tulisan ini senyatanya adalah bentuk
terima kasih ku atas segala ilmu, kebersamaan, perjuangan dll yang telah ku
dapatkan dari sahabat semuanya. Sebuah
kebersamaan akan selalu ku kenang dan melekat kuat bak prasasti dalam
hati ini.
Alhamdulillah, akhirnya
saya dapat menyelesaikan kuliah ini dengan selamat walau sedikit delay. Tentu
ada rasa bahagia saat gelar sarjana itu sudah melekat melalui sebuah proses
panjang yang terkadang membuat kita letih. Satu etape perjalanan hidup telah ku
lewati, ada banyak etape perjalanan hidup yang berliku menanti diluar sana.
Insya Allah aku akan memasuki etape berliku yang menantang itu. Ada satu mimpi
ku sejak beberapa tahun lalu yang masih terpotong, aku ingin meneruskan mimpi
itu. Mimpi yang sampai saat ini masih terus ingin kurasakan dan awal tahun depan
nanti aku akan mengejarnya.
Mungkin aku lah orang
yang paling takut untuk jatuh cinta. Ya aku benar benar belum siap untuk jatuh
cinta, tapi cinta itu telah mekar lebih dari dua tahun ini. Cinta yang selalu
ku ingat ketika berpisah, terkenang ketika aku sendirian dibawah gugusan
bintang nan terang. Aku telah jatuh cinta kembali. Aku mencintai kalian yang
menghuni rumah sederhana itu. Rumah yang pondasinya dibangun oleh kebersamaan
dan atapnya dibangun oleh pancaran ketulusan serta dindingnya dibangun dari
kristal keringat perjuangan. Ah begini rupanya jatuh cinta dan menahan rindu
itu.Kini aku kembali mencintai negeri ini, negeri yang kata orang tak karuan,
negeri antah berantah. Tapi bagiku Indonesia telah melekat di jiwa. Negeri yang
telah bersusah payah melewati perjalanan sejarah yang panjang, negeri yang
telah membesarkan ku menjadi pribadi sedemikian rupa. Negeri yang airnya ku
minum, lautnya ku sebrangi dan tanahnya ku diami. Aku belum bisa berbuat banyak
untuk membalas semua kebaikan mu Indonesia.
Izinkah aku bercerita
sedikit sahabat. Akan aku ceritakan pengalaman ku yang terkadang membuat aku
tidak enak tidur. Pengalaman yang membuat imajinasi ini terbang jauh di
angkasa. Ini kisah saat aku berada di Pulau Aceh tapat bulan November tahun
2014 lalu. Aku duduk di pinggir pantai bersama anak – anak pulau terbarat
negeri ini, sesekali hempasan ombak memecah suasana kala itu, aku berdiskusi
dan bercerita tentang Indonesia dan juga arti sebuah impian itu kepada mereka. Aku
mengerti mereka tak punya gambaran yang luas tentang masa depan apalagi negeri
ini. Diakhir diskusi aku bertanya kepada seorang anak yang sejak awal lebih
banyak diam.
“ Dik, jika nanti sudah
besar kamu bercita – cita menjadi apa dik ? “ tanya ku padanya.
lama iya berdiam diri dan tidak memberikan ekpresi apapun. Aku pun mencoba mengajaknya untuk menjawab rasa penasaran ku. Lama aku menunggu jawaban darinya.
lama iya berdiam diri dan tidak memberikan ekpresi apapun. Aku pun mencoba mengajaknya untuk menjawab rasa penasaran ku. Lama aku menunggu jawaban darinya.
“ Kalau saya ingin
menjadi dokter boleh bang ? “, jawabnya tiba – tiba.
Sontak aku merasa sedih
dan bersalah memberikannya pertanyaan itu, aku merasa bingung atas jawaban
singkat itu. Sebegitukah sulitnya memiliki mimpi itu. Maafkan kami dik. Kamu
meminta izin untuk sebuah mimpi yang sebenarnya adalah milik mu tanpa harus meminta
izin orang lain. Malamnya pun aku lebih memilih menunggu rasa kantuk hadir
dibawah milyaran bintang dilangit. Sesekali ombak memecah lamunan ku.Betapa
merasa berdosanya aku ketika keterdidikan ku hanya untuk diriku semata. Ini
salah satu alasan kenapa aku begitu mencintai dunia pendidikan. Ada banyak
sekali pengalaman luar biasa lainnya ku dapatkan di rumah ini.
Lantas apa hubungannya
dengan Turun Tangan Aceh ?
Rumah ini lah yang
berkerja keras untuk melembutkan hati ini, rumah inilah yang menebarkan
optimisme akan perubahan, rumah sederhana inilah yang membuat cinta itu terus
tumbuh bak mawar di taman, rumah ini lah yang membuat jalinan persaudaraan itu
terus hadir,di rumah sederhana inilah cinta itu bersemi, rumah inilah yang
mengajarkan arti melunasi sebuah janji negeri ini, dan seterusnya. Ia membuat
jarak rasa kemanusiaan itu semakin melekat, mendekatkan letak geografis
walaupun senyatanya itu sangat jauh, mengajarkan arti sebuah perjuangan dan
pengorbanan. Semoga aku dan kita merasakan hal yang sama. Mas Anies Baswedan
terima kasih ya telah mendesain sebuah rumah sederhana tempat berkumpulnya
enegeri positif yang penuh dengan semangat optimisme. Semoga sehat selalu dan
diberikan kekuatan untuk terus mencerdaskan anak bangsa Mas.
Perjalanan mengantarkan
orang untuk pergi dan juga menjemput orang lainnya untuk menjalani perjalanan
ini. Ada banyak sekali kakak dan abang kita yang kini berada jauh di negeri
orang dan berpisah dengan kita di Rumah ini, mereka melanjutkan babak baru
sebuah perjalanan untuk mengejar mimpi. Tapi sejatinya mereka tidaklah berpisah
dengan kita, karena mereka meninggalkan banyak sekali kisah dan pelajaran
tentang sebuah perjuangan yang akan terus kita kenang. Mereka pergi sebentar
dan Insya Allah akan kembali lagi. Layaknya seorang anak yang meninggalkan
kampung halaman untuk menuntut ilmu dan kembali lagi setelah selesai. Aku juga
merindukan mereka yang kini di negeri orang sana. Kala itu aku pun berjanji
dalam diri sendiri untuk terus menghangatkan rumah ini dengan menghadirkan jiwa
– jiwa baru, dengan membuat rumah ini terus besar dengan kristal – kristal
perjuangan sahabat semua. Kini aku telah bersama mereka menghuni rumah itu.
Sejujurnya aku tak
berniat menuliskan semua ini, karena aku bukanlah seorang yang suka menulis
apalagi seorang penulis. Biarlah lewat goresan pena ini aku mengucapkan terima
kasih dan permohonan maaf kepada sahabat semua. Selama kita bersama dalam
perjalanan luar biasa ini, rentetan demi rentetan pengalaman luar biasa dan
inspiratifku dapatkan. Disamping itu tentu ada banyak sekali kesalahan dan
khilaf yang ku perbuat kepada sahabat semua. Ada tutur kata yang tak berkenan
terucap, ada gerak yang terkadang terlihat tak elok, janji yang tak tertepati,
bahkan banyak sekali kesalahan dan khilaf yang menghiasi anak desa ini selama
kita bersama.
Untuk beberapa saat ini
aku mohon izin sebentar meninggalkan rumah ini, aku ingin mengunjungi rumah
kita yang ada di pulau satu lagi. Membawa ribuan cerita dan senyum relawan
semua untuk ku sampaikan pada saudara kita penghuni rumah sederhana itu juga.
Kata para pendahulu, jika kita telah masuk dan menghuni rumah sederhana ini,
kemanapun dan sampai kapan pun kita tetap menjadi keluarga besar rumah itu. Mohon
doa agar kita selalu dikuatkan dalam menghadapi jalan yang berliku dan mendaki
ini. Semoga langkah ku tidak tertunda lagi. Amiiin.
Terima kasih atas waktu
dan kebersamaan. Aku masih saja selalu merindukan berkumpul bersama apalagi di
pinggir pantai itu, sebut saja Pulau Aceh atau tempat lainnya yang pernah kita
kunjungi suatu masa dahulu.
Pejuang Bukan ????
Hadapiii !!!
0 komentar