Kecantikan Wanita Aceh ; Jejak Mata Biru di Lamno
By Si Anak Rimo - January 21, 2019
Wanita Aceh |
Bagaimana sebenarnya cerita
tentang Si Mata Biru ?
Sejak kecil aku sering
mendengar istilah ini dari cerita – cerita orang dan dari sebuah lagu karangan
Sabirin Lamno, judulnya dara Portugis. Begini lirik lagu tersebut,
" Sitangke bungoeng harom be mangat ta pandang nikmat peunoh pesona,
Dara portugis si puteh lumat turunan barat di nanggroe daya,
Neujak tamasya u Aceh Barat neu singgah siat di Lamno Jaya
Dara Portugis di sinan tempat si gadis barat nyang cantek rupa dara Portugis "
Dara portugis si puteh lumat turunan barat di nanggroe daya,
Neujak tamasya u Aceh Barat neu singgah siat di Lamno Jaya
Dara Portugis di sinan tempat si gadis barat nyang cantek rupa dara Portugis "
Begitulah sepotong lirik
dari lagu yang bercerita tentang Mata Biru Aceh. Ada juga satu judul lagu lagi
dari Dolles Marsael tentang Mata Biru. Banyak cerita tentang asal mata biru
yang berkembang, menurut cerita penduduk lokal, kaum keturunan Eropa tersebut
adalah rombongan keturunan dari umat Muslim yang melarikan diri dari Renquista
dari Ratu Isabella dan Ferdinand dari Castilla / Arragorn ( Spanyol sekarang )
hingga ke ujung dunia ketika Andalusia ditaklukkan oleh pasukan Salib. Bila
berkunjung ke daerah Kuala Daya dan Lambeusoi tersebut pasti kita akan
menjumpai banyak penduduknya yang berkulit putih serta bermata biru seperti
bangsa Eropa. Yang telah menjalin hubungan dagang Sejak masa itu, proses
perdagangan antara bangsa Eropa dan Aceh yang sering berkunjung ke Kuala Daya
untuk melakukan perdagangan pada era Pra Po Teumeureuhom dengan masyarakat
setempat terus berlangsung dalam sejarahnya.
Dari beberapa narasumber
juga banyak yang menjelaskan bahwa, Konon, di zaman masyarakat Kerajaan Daya
menyelamatkan orang-orang Portugis dan menikahkannya dengan penduduk sekitar.
Kala itu, kapal perang Portugis terdampar di perairan Lamno. Oleh sultan Daya,
mereka diselamatkan dengan syarat mereka mau memeluk Agama islam, dan mereka
menyetujui usulan sultan daya dan mereka berasimilasi dengan masyrakat setempat
dengan menjadi pemeluk Agama islam yang taat. Versi ini sangat menarik dan
diperkuat oleh catatan sejarah penjelajah Marco Polo yang menuliskan tentang
“ Kebesaran kesultanan Daya berbaur dengan Prajurit Portugis ”.
Desa-desa yang menjadi
basis keturunan Portugis, yaitu desa Ujong Muloh, Kuala Daya, Gle Jong,
Teumareum dan Lambeso, ini hampir semua wanita dan prianya berciri khas kulit
putih, rambut pirang dan hidung mancung. Tambahan lagi, para prianya memiliki
bulu tebal di tangan dan dada. Masyarakat lamno juga memiliki pemahaman agama
yang baik dan mengakar kuat, meski berwajah kaukasia, budaya mereka kental Aceh
dan Islam. " Di Lamno pengaruh Islam luar biasa. Tentara Portugis yang
telah kawin dengan dengan masyarakat Lamno mengikuti agama Islam," kata
Wahidin yang juga keturunan Mata Biru.
Seiring dalam perjalanan si
mata biru banyak yang sudah berpindah alamat ke daerah lain karna sudah menikah dengan
Pria diberbagai Daerah lain yang ada di AcehMereuhom Daya merupakan sebuah kota
dagang yang amat maju pada abad ke 16 banyak memproduksi rempah-rempah dan
hasil alam lainya sehingga pedagang dari luar negeri seperti dari Arab, Hindia,
China dan Eropa sangat tertarik melakukan pedagangannya di pelabuhan yang
sangat megah waktu itu. Sebelum terjadinya Bencana Alam pada 26 Desember 2004
banyak peneliti dari luar Negeri datang ke Kuala Daya untuk meneliti dan
melihat lansung si mata Biru. Namun ketika terjadi gempa dan tsunami di Aceh,
sebagian daerah Lamno mengalami kehancuran. Salah satu daerah yang sangat Parah
adalah Kuala Daya 60% Penduduk Meninggal pada Saat Bencana itu dimana keturunan
Portugis bertempat tinggal. Walaupun demikian, sebagian di antara mereka juga
ada yang selamat.
Mulailah aku mengerti
tentang kisah Si Mata Biru itu, beberapa kali pergi kesana untuk melihat
langsung Lamno dengan pesona masyarakat mata birunya, suasana yang tenang dan
keindahan panorama pantai membuat kita betah berlama – lama disana. pernah
suatu ketika aku melihat langsung seorang mata biru di sebuah rumah makan di
Lamno, sungguh kita akan terpesona pada keindahan wajah dan mata birunya.
Pakaian sederhana dipadu balutan jilbab membuat kita berujar dalam hati, benar
kata orang tentang kecantikan Si Mata Biru. Sebahagian masyarakat juga banyak
yang memiliki akhiran Lamno, seperti penyanyi terkenal Aceh dan qari Aceh,
Sabirin Lamno dan Rajif Fandi AB Lamno. Nama ini menandakan bahwa mereka adalah
masyarakat dan memiliki hubungann dengan Lamno.
Lamno berada di kabupaten
Aceh Jaya, berjarak 86 km dari Banda Aceh dan berada di jalur lintas pantai
Barat Selatan. Tak begitu sulit jika kita ingin berkunjung kesana, jalanan yang
lebar, volume kendaraan yang tak banyak dan pemandangan yang indah membuat
perjalanan melalui pantai barat sangat tenang dan jauh dari kebisingan.
Sehingga jika kita melakukan perjalanan melalui Pantai Barat Selatan pastilah
melewati daerah Lamno. Dahulu sebelum tsunami kita dapat dengan mudah menemui
mereka karena jumlahnya yang masih banyak dan tersebar di beberapa desa, namun
kini jumlah mereka sangat sedikit dan tersebar di berbagai daerah. Selamat
Berkunjung dan mempelajari sejarah Aceh.
0 komentar