Apa
gunanya pendidikan bila hanya mendorong seseorang menjadi
layang - layang di Ibukota. Kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran atau apa saja, bila pada akhirnya, ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata : “ Disini aku merasa asing dan sepi “
Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran atau apa saja, bila pada akhirnya, ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata : “ Disini aku merasa asing dan sepi “
W. S Rendra
“ Sajak Seonggok Jagung “
Sajak “ Seonggok Jagung “ rasanya tepat sekali untuk menggambarkan
perasaan hati saat kita kembali ke kampung halaman sendiri, apa yang dituliskan
itu mungkin pengalaman pribadi Rendra yang ia tuangkan dalam sebuah sajak yang
cukup terkenal, terutama di kalangan perantau yang meninggalkan kampung
halaman.
Perbedaan atmosfer kehidupan yang
kita jalani selama bertahun – tahun membuat kita kikuk saat kembali ke kampung
halaman, hati berkecamuk ingin kembali namun ada rindu dan mimpi yang membuat
kita bertahan di tanah kelahiran. Apa yang saya tuliskan ini adalah gambaran
hati saat awal – awal pulang kampung, kehidupan kota yang serba ada selalu
terbayang dan menghantui. Saya rasa wajar dan lumrah setiap orang menginginkan
kehidupan yang serba ada dan teratur, akses internet yang kencang, lalu lintas
yang teratur, serta banyak hal lain yang tidak ada di desa – desa tempat kita
lahir dan tumbuh.
Lantas bagaimana
dengan keluarga dan sanak famili serta kondisi kampung halaman ?
Tulisan ini tentu tidak cocok
dibaca untuk mereka yang lahir dan tumbuh besar di kota – kota besar, sebuah
kota yang menyediakan segala fasilitas untuk hidup mengejar mimpi. Cerita ini
mungkin lebih tepat untuk diri saya pribadi dan mereka yang lahir dari sebuah
desa jauh dari pusat – pusat kota, lalu merantau mencari pekerjaan dan menuntut
ilmu bertahun – tahun lamanya, lalu pulang ke kampung halaman.
Saya selalu menempatkan kampung
halaman dalam list mimpi, namun saat sekolah dan kuliah di luar kampung. “ Saya mulai
membayangkan hidup dan berkerja di kota – kota besar, mungkin harapan ini hadir
karena hal yang kita lihat dan rasakan selama di luar. Setelah berkerja
beberapa tahun, lalu pulang ke kampung halaman dan membuka usaha, berkumpul
bersama keluarga dan sanak saudara. Mungkin ini sedikit impian saya
beberapa tahun lalu sebelum saya memutuskan untuk pulang kampung. Lima tahun di
Banda Aceh dan 1 tahun lebih di Yogyakarta ternyata membuat ku sangat nyaman
dan betah untuk menetap disana, tapi aku juga sadar bahwa impian kita itu
bukanlah gedung – gedung tinggi menjulang angkasa yang ada di kota – kota besar,
melainkan di bebatuan di sungai dan pepohonan rimbun yang ada di desa tempat
kita lahir.
Banyak sarjana muda yang pulang
ke kampung halaman dan merasa asing di kampung sendiri, apa yang dirasakan oleh
banyak mereka yang pulang juga saya rasakan beberapa tahun lalu. Kita bahkan
linglung dengan kondisi yang ada dan tak tau harus berbuat apa. Kondisi di desa
dan di kota besar tentu berbeda,
Hal Yang Membuat Kita Menjadi Asing Di Kampung Sendiri
Ada
banyak hal yang membuat kita merasa asing dan gundah saat berada di kampung halaman.
Setiap orang pasti berbeda – beda, tapi saya mencoba menuliskan apa yang saya rasakan
dan alami waktu itu.
Susah Move On
Ada
perubahan yang besar tentang lingkungan dan kegiatan kita di kampung halaman,
hal ini lantas membuat kita sering membandingkan kehidupan saat di perantauan
dengan kondisi saat di kampung halaman. Kalau bahasa anak gaulnya sih susah move
on. Dua kondisi yang jelas berbeda, saya juga begitu. Sudah terbiasa hidup
dengan kegiatan kampus dan sosial, akses wifi mudah dan murah, tempat nongkrong
yang nyaman dan murah, serta banyak lain lagi.
Pas
balik ke kampung jangankan mendapatkan wifi yang kencang, jaringan bagus saja
sudah syukur banget. Belum lagi kita bingung mau nongkrong dimana pas lagi
suntuk, syukurlah kalau kita punya kegiatan untuk membantu orang tua, seperti
berkebun dan menjaga toko. Ngak kebayang sih kalau kita belum dapat kerja dan
belum tau mau kegiatan apa di kampung. Saya
bersyukur banget sih pas balik ke kampung halaman sudah ada kegiatan, walaupun
dengan status pengangguran. Waktu itu saya pulang ke kampung untuk membantu
teman – teman saat Pemilukada, kegiatannya padat dan banyak banget sehingga
saya tidak punya waktu untuk terasa asing.
Menghabiskan
waktu yang lumayan lama di Banda Aceh dan lanjut merantau ke Yogyakarta membuat
saya betah banget dan jarang pulang, sampai merasa menjadi orang sana, walaupun
tidak begitu lama seperti orang lain.
Tidak Menyusun Rencana
Dalam hal apapun, perencanaan sangat diperlukan untuk menyukseskan sebuah program. Kita mahasiswa sebelum membuat acara pasti menyiapkan proposal atau TOR dll, suatu konsep yang kita sepakati bersama untuk dijalankan nantinya. Lantas apa hubungannya menyusun rencana dengan pulang kampung ?
Jika boleh bercerita sedikit dan menuliskan apa yang saya alami, sebelum kita tamat kuliah atau ketika ingin pulang ke kampung halaman, ada baiknya kita sudah tau apa yang akan kita kerjakan nantinya saat pulang. Biasanya saat kita sedang ngerjakan skripsi, atau libur setelah sidang ujian akhir, kita mondar mandir sana sini mencari info dan sulit menuliskan mau ngapain saja saat pulang nanti. Kenapa kita harus siapkan dengan baik, karena terkadang apa yang kita inginkan tidak ada di kampung halaman, seperti pustaka, warkop tempat ngerjakan tugas, atau taman, serta perusahaan tempat berkerja. Saya sempat bingung sih waktu itu, selain mau ikut pilkada mau ngapain lagi selama di kampung, akhirnya saya sering jogging dan berkebun.
Bahkan untuk melamar kerja pun, sebaiknya kita sudah punya list dan target kemana melamar kerja nantinya. Mencari kerja di kota dan di desa jauh banget berbeda, kita tidak punya banyak pilihan karena memang tidak banyak pilihan lapangan pekerjaan di desa.
Tapi ada satu hal bikin saya terkejut, yaitu perjalanan waktu yang begitu cepat. Pokoknya waktu cepat banget berlalu. Tidak terasa mondar - mandir dan nongkrong sana sini, eh ternyata sudah lebih 2 tahun saya di kampung halaman. Intinya kita itu harus punya managemen waktu yang baik dan tersusun rapi, supaya setiap waktu yang dijalani benar - benar efektif dan berguna.
Tidak Suka Berbaur
Ini salah satu yang buat kita merasa kesepian, tidak suka bergaul. Saya ingat banget ada satu buku yang saya baca, katanya sih ketika kita sudah pulang kampung kita harus berbaur dan mengosongkan kembali diri kita bahwa kita itu sama dengan masyarakat yang kita temui. Tidak boleh kita merasa lebih dalam segala hal, walaupun kita sudah belajar di kampus, tetapi kita masih sangat minim pengetahuan tentang kondisi sosial masyarakat yang kita jumpai.
Saya merasakan banget saat kita berbaur dengan masyarakat, kita jadi semakin banyak tahu dan belajar tentang permasalahan dan kondisi demografis masyarakat kita. Ilmu yang tidak kita temukan di ruang - ruang kelas saat kuliah dahulu. Banyak banget lo tempat kita berbaur dan belajar, bisa di warung kopi di desa, waktu acara pernikahan atau hajatan lain. Biasanya ada banyak kegiatan adat serta pembicaraan yang jarang kita dengar saat kuliah dahulu, seperti tentang kondisi kebun dan harga sawit, ternak hingga tentang kondisi lainnya.
Tidak Menemukan Pekerjaan
Ini salah satu hal paling mendasar kenapa orang yang sudah kembali ke kampung biasanya kembali merantau. Lapangan pekerjaan sulit kita temukan, banyak teman - teman bercerita bahwa sulit menemukan lapangan kerja untuk sarjana, tidak sama dengan perkotaan yang dipenuhi banyak kantor dan perusahaan hingga usaha bisnis lainnya. Sehingga kita bisa disuguhkan dengan berbagai pilihan.
Kalau di desa dan kampung halaman, sulit banget karena memang tidak banyak peluang itu, jika pun ada itu mungkin berada di ibukota kabupaten. Tapi alhamdulillah banget saat ini dana desa sudah dikelola sendiri oleh aparat desa, banyak juga sih teman - teman yang bantu - bantu pemerintahan desa.
Jika ditanyakan kepada saya, rasanya sulit banget mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang ilmu saat pulang kampung. Namun percayalah bahwa Jodoh, Rezeki, Pertemuan maut sudah ditentukan, tinggal kita yang harus berusaha keras. Namun, melihat kondisi di desa, kita selalu dituntun untuk menciptakan lapangan kerja, bukan mencari pekerjaan. Tapi kebanyakan kita juga terkendala modal dan beberapa akses lainnya.Tapi dengan pengalaman dan ilmu selama merantau, sepertinya ada banyak sekali hal yang bisa kita jual dan jadikan ladang usaha seperti di kota - kota. Terlebih saat ini banyak wifi di desa - desa, sehingga memudahkan kita berjualan online dll.
Tidak Banyak Kegiatan Sosial, Politik dll
Biasanya yang merasakan hal ini adalah mereka yang saat di kampus sangat aktif di berbagai kegiatan sosial dan kampus. Rasanya terkejut dan shock saat pulang kampung karena tidak menemukan itu lagi, banyak tempat belajar dan diskusi, karena di kota itu ada banyak sekali event dan seminar atau pelatihan, wajar sih kan. Namanya juga kota besar yang penuh dengan kampus - kampus terbaik.
Tetapi untuk mengatasi masalah ini, kita bisa kok ciptakan kondisi yang sama dengan skala yang kecil, namun kita harus jadi promotor dan penggerak terlebih dahulu.
Belum Memiliki Idaman Hati
Ini hal menarik yang selalu ditanyakan kepada saya kalau di kampung. Sangking bingungnya sering ditanyakan, saya jawab saja insya Allah sebentar lagi. Kenapa hal ini membuat kita menjadi asing saat di kampung, selain karena tidak ada kegiatan, kehadiran idaman hati itu sangat membantu kita untuk betah berada di kampung.
Jika kita punya idaman hati, rasanya segala kesulitan dan suasana sepi pasti terobati, mungkin salah satu hal yang membuat kita betah di perantauan adalah, selain tekad yang kuat untuk sukses, juga adanya sosok idaman hati yang selalu mendampingi dalam setiap suka dan duka. Terlebih apalagi idaman hati kita itu sekampus atau sejurusan, wah bisa nempel terus tu kayak prangko.
Mungkin tulisan ini hanya bercerita tentang kegelisahan kita saat merasa asing di kampung sendiri, Tapi ada ribuan alasan dan kedamaian lain yang membuat kita sebenarnya betah saat di kampung sendiri. Kayaknya sih saya pengen menuliskan berbagai alasan kenapa saya sangat betah sekali di kampung halaman. Tulisan tentang asing di kampung sendiri ini sejatinya pengalaman pribadi yang mungkin juga sama dengan apa yang teman - teman rasakan. Saya sih ada mencoba menuliskan bagaimana saya menjalani dan mencari solusi atas kondisi yang saya alami. Walaupun sulit, tapi dengan tekad dan rasa cinta terhadap kampung halaman, selalu ada jalan untuk kita mengabdi nantinya.
Salam Anak Kampung, Si Anak Rimo.
Tidak Menyusun Rencana
Dalam hal apapun, perencanaan sangat diperlukan untuk menyukseskan sebuah program. Kita mahasiswa sebelum membuat acara pasti menyiapkan proposal atau TOR dll, suatu konsep yang kita sepakati bersama untuk dijalankan nantinya. Lantas apa hubungannya menyusun rencana dengan pulang kampung ?
Jika boleh bercerita sedikit dan menuliskan apa yang saya alami, sebelum kita tamat kuliah atau ketika ingin pulang ke kampung halaman, ada baiknya kita sudah tau apa yang akan kita kerjakan nantinya saat pulang. Biasanya saat kita sedang ngerjakan skripsi, atau libur setelah sidang ujian akhir, kita mondar mandir sana sini mencari info dan sulit menuliskan mau ngapain saja saat pulang nanti. Kenapa kita harus siapkan dengan baik, karena terkadang apa yang kita inginkan tidak ada di kampung halaman, seperti pustaka, warkop tempat ngerjakan tugas, atau taman, serta perusahaan tempat berkerja. Saya sempat bingung sih waktu itu, selain mau ikut pilkada mau ngapain lagi selama di kampung, akhirnya saya sering jogging dan berkebun.
Bahkan untuk melamar kerja pun, sebaiknya kita sudah punya list dan target kemana melamar kerja nantinya. Mencari kerja di kota dan di desa jauh banget berbeda, kita tidak punya banyak pilihan karena memang tidak banyak pilihan lapangan pekerjaan di desa.
Tapi ada satu hal bikin saya terkejut, yaitu perjalanan waktu yang begitu cepat. Pokoknya waktu cepat banget berlalu. Tidak terasa mondar - mandir dan nongkrong sana sini, eh ternyata sudah lebih 2 tahun saya di kampung halaman. Intinya kita itu harus punya managemen waktu yang baik dan tersusun rapi, supaya setiap waktu yang dijalani benar - benar efektif dan berguna.
Tidak Suka Berbaur
Ini salah satu yang buat kita merasa kesepian, tidak suka bergaul. Saya ingat banget ada satu buku yang saya baca, katanya sih ketika kita sudah pulang kampung kita harus berbaur dan mengosongkan kembali diri kita bahwa kita itu sama dengan masyarakat yang kita temui. Tidak boleh kita merasa lebih dalam segala hal, walaupun kita sudah belajar di kampus, tetapi kita masih sangat minim pengetahuan tentang kondisi sosial masyarakat yang kita jumpai.
Saya merasakan banget saat kita berbaur dengan masyarakat, kita jadi semakin banyak tahu dan belajar tentang permasalahan dan kondisi demografis masyarakat kita. Ilmu yang tidak kita temukan di ruang - ruang kelas saat kuliah dahulu. Banyak banget lo tempat kita berbaur dan belajar, bisa di warung kopi di desa, waktu acara pernikahan atau hajatan lain. Biasanya ada banyak kegiatan adat serta pembicaraan yang jarang kita dengar saat kuliah dahulu, seperti tentang kondisi kebun dan harga sawit, ternak hingga tentang kondisi lainnya.
Tidak Menemukan Pekerjaan
Ini salah satu hal paling mendasar kenapa orang yang sudah kembali ke kampung biasanya kembali merantau. Lapangan pekerjaan sulit kita temukan, banyak teman - teman bercerita bahwa sulit menemukan lapangan kerja untuk sarjana, tidak sama dengan perkotaan yang dipenuhi banyak kantor dan perusahaan hingga usaha bisnis lainnya. Sehingga kita bisa disuguhkan dengan berbagai pilihan.
Kalau di desa dan kampung halaman, sulit banget karena memang tidak banyak peluang itu, jika pun ada itu mungkin berada di ibukota kabupaten. Tapi alhamdulillah banget saat ini dana desa sudah dikelola sendiri oleh aparat desa, banyak juga sih teman - teman yang bantu - bantu pemerintahan desa.
Jika ditanyakan kepada saya, rasanya sulit banget mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang ilmu saat pulang kampung. Namun percayalah bahwa Jodoh, Rezeki, Pertemuan maut sudah ditentukan, tinggal kita yang harus berusaha keras. Namun, melihat kondisi di desa, kita selalu dituntun untuk menciptakan lapangan kerja, bukan mencari pekerjaan. Tapi kebanyakan kita juga terkendala modal dan beberapa akses lainnya.Tapi dengan pengalaman dan ilmu selama merantau, sepertinya ada banyak sekali hal yang bisa kita jual dan jadikan ladang usaha seperti di kota - kota. Terlebih saat ini banyak wifi di desa - desa, sehingga memudahkan kita berjualan online dll.
Tidak Banyak Kegiatan Sosial, Politik dll
Biasanya yang merasakan hal ini adalah mereka yang saat di kampus sangat aktif di berbagai kegiatan sosial dan kampus. Rasanya terkejut dan shock saat pulang kampung karena tidak menemukan itu lagi, banyak tempat belajar dan diskusi, karena di kota itu ada banyak sekali event dan seminar atau pelatihan, wajar sih kan. Namanya juga kota besar yang penuh dengan kampus - kampus terbaik.
Tetapi untuk mengatasi masalah ini, kita bisa kok ciptakan kondisi yang sama dengan skala yang kecil, namun kita harus jadi promotor dan penggerak terlebih dahulu.
Belum Memiliki Idaman Hati
Ini hal menarik yang selalu ditanyakan kepada saya kalau di kampung. Sangking bingungnya sering ditanyakan, saya jawab saja insya Allah sebentar lagi. Kenapa hal ini membuat kita menjadi asing saat di kampung, selain karena tidak ada kegiatan, kehadiran idaman hati itu sangat membantu kita untuk betah berada di kampung.
Jika kita punya idaman hati, rasanya segala kesulitan dan suasana sepi pasti terobati, mungkin salah satu hal yang membuat kita betah di perantauan adalah, selain tekad yang kuat untuk sukses, juga adanya sosok idaman hati yang selalu mendampingi dalam setiap suka dan duka. Terlebih apalagi idaman hati kita itu sekampus atau sejurusan, wah bisa nempel terus tu kayak prangko.
" Buat kamu yang saat ini sudah pulang kampung, mari bangun kampung halaman dengan segala cinta dan ilmu yang kita miliki. Walaupun tak mudah, tapi percayalah niat baik itu akan memudahkan jalan kita. Karena dengan membangun desa, kita juga sedang membangun Indonesia untuk lebih jaya dan maju. "
Mungkin tulisan ini hanya bercerita tentang kegelisahan kita saat merasa asing di kampung sendiri, Tapi ada ribuan alasan dan kedamaian lain yang membuat kita sebenarnya betah saat di kampung sendiri. Kayaknya sih saya pengen menuliskan berbagai alasan kenapa saya sangat betah sekali di kampung halaman. Tulisan tentang asing di kampung sendiri ini sejatinya pengalaman pribadi yang mungkin juga sama dengan apa yang teman - teman rasakan. Saya sih ada mencoba menuliskan bagaimana saya menjalani dan mencari solusi atas kondisi yang saya alami. Walaupun sulit, tapi dengan tekad dan rasa cinta terhadap kampung halaman, selalu ada jalan untuk kita mengabdi nantinya.
Salam Anak Kampung, Si Anak Rimo.
6 komentar
Rasa yang sama ketika selesai sarjana.
ReplyDeleteKeren bang..
Keren bang beh. Terbathin hardi bacana.pokokna mantap bg termotivasi bainna
ReplyDeleteSaya juga mas, dari kampung malah sekarang keluarga ikut pindah ke ibukota. Tulisan yang menarik.. Sukses selalu
ReplyDeleteWaduh mantab juga nih, coba liat juga nih Daftar Tarif Tol dan Jalur Mudik
ReplyDeleteBandar SAKONG Online Terpercaya ya di Ligapoker dan JudiQQ
ReplyDelete#ligapoker #lgpkr #180.215.12.116 #lpkiukiu #ligapkr #tiangqq #206.189.46.152/ligapoker/
link : http://180.215.12.116
Permisi admin
ReplyDeletenumpang promo yah bos
Berjudi di dewalotto menang terus dengan jackpot jutaan rupiah setiap hari
bagi yang bingung main judi kalah terus yuk di coba d sini :
www.dewalotto.club
sillahkan di coba Keberuntungan nya bos dalam bermain di dewalotto.club
Dengan min DP 20rb & WD 20rb bos bisa memenangkan permainan Chip Rupiah Asli loh !
Untuk Info selengkapnya Hubungi kami di :
WHATSAPP : ( +855 69312579 ) 24 JAM ONLINE