Perempuan Keumala : Bukti Perempuan Bukan Makhluk Lemah
By Si Anak Rimo - October 19, 2012
Cover Novel "Perempuan Keumala" |
'Perempuan Keumala',
Sebuah cerita berlatar belakang sejarah mengenai Laksamana Malahayati,
laksamana perang perempuan pertama di dunia dari tanah Rencong yang
memimpin tidak kurang dari 1000 pasukan Inong Balee, pasukan perang yang
beranggotakan kaum perempuan.
Perempuan Keumala Sejarah
menunjukkan, bahwa di ujung barat kepulauan Nusantara terdapatlah sebuah
Kerajaan Islam Aceh Darussalam, yang tercatat sebagai satu dari lima
kerajaan Islam terbesar di jamannya. Sebagai sebuah kerajaan yang
terletak di ujung barat, maka Kerajaan Aceh Darussalam menjadi pintu
gerbang pelayaran di Selat Malaka. Oleh karenanya tidak mengherankan
bahwa Kerajaan Aceh Darussalam memiliki Armada Laut yang luar biasa
kuatnya.
Dalam perjalanan sejarah, pada
masa pemerintahan salah seorang Sultan yaitu Baginda Sultan Alaiddin
Riayat Syah Al Mukammil pada abad ke 16 - 17 tepatnya pada tahun 1589
hingga 1604, sejarah mencatat nama besar seorang pahlawan perempuan
yaitu Laksamana Malahayati.
Ia adalah seorang Laksamana
perang perempuan yang memimpin lebih kurang 1000 orang pasukan Inong
Balee (satu-satunya pasukan yang terdiri dari kaum perempuan) dengan
gagah berani. Menjadi menarik, karena Laksamana Malahayati bukan saja
hanya Laksamana pertama di Indonesia, melainkan ia adalah seorang
Laksamana perempuan pertama di dunia.
Dalam sejarah perjalanan
pengabdiannya pada Kerajaan Aceh Darussalam ia juga telah membuktikan
keberaniannya dengan membunuh Cornelis De Houtman, seorang Belanda
pertama yang menginjakkan kaki di bumi Nusantara. Tidak salah bila
Laksamana Malahayati juga telah ditetapkan sebagai salah satu pahlawan
perempuan Indonesia sebagai jasanya membela tanah air.
Dari sepak terjang pengabdiannya
pada Kerajaan Aceh Darussalam, jelas Laksamana Malahayati memiliki
andil besar dalam mempertahankan tanah tumpah darahnya. Selain Laksamana
Malahayati, telah banyak dikenal pula pahlawan-pahlawan perempuan dari
tanah rencong yang terkenal keberaniannya, seperti, Laksamana Muda Tjut
Meurah Inseuen, Laksamana Leurah Ganti, Cut Meutia, dan seorang pahlawan
perempuan yang sudah sangat dikenal yaitu Cut Nyak Dien.
Selain itu juga pada masa abad
ke 17 Kerajaan Aceh Darussalam telah pula diperintah oleh ratu-ratu
perempuan yang sangat berpengaruh, yaitu Ratu Tajul Alam Safiatuddin
Syah, Sri Ratu Nur Alam Nakiatuddin Syah, Sri Ratu Inayat Syah
Zakiatuddin Syah dan Ratu Kumala Syah. Berangkat dari perjuangan yang
telah dilakukan oleh perempuan pada masa lampau, maka dapat dikatakan
bahwa perempuan Aceh memiliki keberanian yang tinggi.
Alumni
Fisip Universitas Indonesia yang kini bekerja sebagai dosen dan Ketua
Jurusan Public Relation Universitas Indonusa Esa Unggul ini mengaku
mengalami sejumlah peristiwa spiritual, sebelum akhirnya memutuskan
menulis cerita ini.
Penulis :
''Buku
ini saya tulis setelah melalui riset selama 2 tahun. Kebetulan saya
sedang menyelesaikan thesis S-2 saya di Aceh waktu itu. Beberapa
pekerjaan saya jalani sekaligus. Selain menyelesaikan thesis, saya juga
terlibat dalam program Rehabilitasi dan Rekonstruksi BRR di Aceh pasca
tsunami. Bersamaan dengan itu saya melakukan riset untuk buku pertama
saya ini,'' cerita Endang Moerdopo.
''Peristiwanya
memang agak unik. Waktu itu saya sedang bermeditasi di salah satu
lokasi di Aceh. Tiba-tiba saya merasa sedang bersilaturahmi dengan
seorang wanita yang mengaku bernama Laksamana Malahayati.
Bersamaan dengan itu muncul hasrat saya untuk meneliti perjalanan hidup pahlawan besar ini. Selama riset saya juga mengalami berbagai peristiwa spiritual yang sulit diurai satu persatu,'' kenang Endang yang memiliki hobi menari Bali dan menjabat Wakil Ketua Puri Gita Nusantara, sebuah kelompok kesenian yang diketuai Permana Agung, Kepala Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan RI ini.
Bersamaan dengan itu muncul hasrat saya untuk meneliti perjalanan hidup pahlawan besar ini. Selama riset saya juga mengalami berbagai peristiwa spiritual yang sulit diurai satu persatu,'' kenang Endang yang memiliki hobi menari Bali dan menjabat Wakil Ketua Puri Gita Nusantara, sebuah kelompok kesenian yang diketuai Permana Agung, Kepala Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan RI ini.
Banyak Friksi Endang menyadari, sebagai orang yang tidak berasal dari Aceh, menulis Perempuan Keumala bukan tanpa resiko.
''Saya
sadar pasti saat peluncurannya nanti akan banyak friksi yang terjadi.
Bisa jadi karena aku bukan orang Aceh, tapi seakan sok tahu menulis
tentang seorang Inong Aceh. Juga karena karakteristik masyarakat Aceh
sendiri,'' katanya.
Tetapi
ibu satu anak ini maju terus. Ia yakin 'pesan' yang ia terima ini harus
disampaikan. ''Seperti kata mas Arswendo Atmowiloto, siapapun pembawa
pesan tidaklah penting, ketika pesan itu sendiri bertujuan sebagai
sebuah kebangunan kesadaran akan sebuah pilihan,'' katanya mengutip
kalimat Arswendo yang memberikan komentar dalam buku terbitan PT
Grasindo itu. Bagi Endang, menjadi penyampai pesan adalah sebuah
anugerah.
''Tidak
semua orang memiliki kesempatan untuk dapat ber'silaturahmi' dengan
sosok sang Laksamana. Karenanya kubagikan pengalaman silaturahmi ku
dengan sang Laksamana kebanggaanku pada pembaca semua,'' paparnya.
Mereka membuktikan bahwa
perempuan bukan mahluk lemah dalam mempertahankan cita-cita, agama dan
hak asasinya, walaupun tidak melupakan tugas utama kodrat mereka sebagai
ibu yang melahirkan anak-anak negeri penerus perjuangan.
''Hal inilah yang penting untuk
disosialisasikan kepada perempuan pada saat ini, khususnya bagi
perempuan Aceh dan bagi para perempuan di seluruh Indonesia pada
umumnya. Dengan demikian jelaslah bahwa perjuangan perempuan telah
dilakukan sejak jaman dahulu kala. Hal ini dibuktikan dari adanya
sejarah yang bukan hanya untuk dikenang, tetapi dapat dijadikan sebuah
semangat untuk membangun jiwa perempuan yang kuat dan berkarakter,''
pungkas Endang.
***
(FHAZ MAGAZINE)
3 komentar
selamat pagi bang,
ReplyDeleteterima kasih atas apresiasinya telah menaruh tulisan ini di sini
kami sedang mencari para pembaca Perempuan Keumala
semoga buku ini selalu memberi inspirasi untuk membangun Nanggroe
saleum
PK
kok abang kak, saya masih adek ni kak lebih muda soalnya.
ReplyDeletesaya salah satu pencinta sejarah aceh kak, terutama pahlawan wanita aceh. saya sangat mencintai sejarah keumalahayati kak dan apalgi saat itu saya sempat berkenalan dengan keumala kecil. itu membuat saya sangat cinta pada sejarah aceh.
di baju, lemari dll saya selalu buat tulisan keumala kak.kalau kakak punya halaman perempuan keumala maka saya punya halaman pustaka keumala.
oa boleh kan saya share halaman kakak ya ?
kakak dibanda ya ?
terima kasih ya kak
saya ingin belajar dengan kakak atau ibuk ni tntang keumala
ReplyDeletesaya ingin sekali ke makan beliau untuk berdoa