Sepucuk Surat Untuk Ummi
By Si Anak Rimo - October 19, 2012
anggal 22 Desember, aku ingin memberi
sebuah kado istimewa untuk Ummi. “Tapi, aku akan memberi apa ya?”
pikirku. Satu demi satu ide muncul di benakku. Aha! Bagaimana jika aku
menyusun sebuah surat cinta untuk Ummi? Sebuah surat yang akan menjadi
ucapan selamatku untuk ibuku tercinta. Surat sederhana, dari seorang
Wafa, murid kelas 4 SD, anakmu yang pertama.
Ummi, Engkaulah yang
melahirkanku, mengasuhku, menyusuiku saat diriku masih lemah tak
berdaya. Menggendongku saat aku belum mampu berjalan, mentatihku ketika
kakiku mulai mau menopang tubuh ini. Dengan sabar Engkau lakukan itu
semua, tanpa keluhan yang berarti. Kau menyayangiku dengan tulus, kasih
sayangmu memenuhi rongga dadaku hingga aku merasakan dunia ini kosong
tanpamu.
Ummi, aku sering bertanya-tanya
dalam hati, apakah semua ibu di dunia ini sepertimu? Mengapa aku dengar
ada ibu yang membuang anaknya? Membiarkan anaknya hidup sebatang kara?
Ada yang mengusir anaknya dari rumah, meninggalkannya untuk mengejar
impian-impiannya sendiri.
Aku ingin semua orang merasakan
memiliki ibu sepertimu, yang selalu mendukung anak-anaknya. Ummi adalah
orang yang setia mendengarkan keluh kesahku sepulang sekolah. Kutemukan
Ummi sebagai sahabat terbaikku saat aku dalam kesedihan. Ummi juga
yang menyemangatiku untuk mengembangkan bakatku. Mendorongku ikut lomba
menulis, baca puisi, menggambar, dan lain-lain. Ummi selalu berpesan
agar aku tidak cepat berputus asa. Ikut lomba bukan untuk meraih
kemenangan, tapi untuk mensyukuri nikmat Allah atas bakat dan kemampuan.
Aku mengingat Ummi sebagai
nyanyian yang indah. Saat Engkau mendendangkan lagu –lagu merdu
sebelum tidur, dengan mudah aku terhanyut terlelap di pangkuanmu.
Ketika aku sedih, Engkau ceritakan kisah-kisah Iskandar Muda yang
memberi semangat pada jiwa. Tatkala aku patah semangat, kau tunjukkan
kelebihan-kelebihanku dan memicu untuk berlatih lebih giat.
Aku mengingat Ummi sebagai
dokter yang hebat. Jika aku sakit, Ummi mengajakku merenung, dosa dan
kesalahan apa yang hendak Allah cuci. Tidak langsung obat, tapi
pertahanan tubuhlah yang harus diperkuat. Bukan menyalahkan orang lain,
tapi mencari sesuatu yang perlu diperbaiki dalam diri. Katamu, hidup
manusia hanya sebentar. Jika Allah sayang, kadang Ia memberi ujian.
teguran dan hukuman untuk hamba-hamba yang dikasihinya. Tak apalah kita
sakit sehari-dua hari, agar nikmat sehat lebih nyata kita cicipi.
Terkadang Engkau marah dan sedih
melihat tingkahku. Jika aku terlambat shalat, atau terlalu banyak
menonton TV tak bermanfaat. Aku sedih, Mi, jika melihatmu marah. Aku
ingin waktuku saat itu cepat berlalu, sehingga esok aku dapat
memperbaiki kesalahanku.
Tahukah
kau Ummi, Engkau adalah sumber inspirasiku. Saat kita berlibur ke
pantai, Kau tak hanya berkisah tentang lembutnya pasir, kokohnya karang,
luasnya lautan. Kau ceritakan tentang semangat para pahlawan yang
menghadapi gelora badai, berjuang mempertahankan agama dan kebebasan.
Aku ingat saat kita berwisata, tak hanya hura-hura. Kau bawa kami ke
benteng Inong Balee, merasakan kerja keras para pahlawan wanita Aceh di
sana. Berziarah ke makam Malahayati yang menjadi kepala agen rahasia
dan angkatan laut Aceh, pemimpin ratusan kapal perang sebuah kerajaan
terkemuka. Saat itu tiba-tiba aku ingin jadi seorang laksamana.
Tidak
hanya satu cerita, lain hari kau bawa kami ke benteng Iskandar Muda dan
benteng Indra Patra. Sambil bercerita tentang sejarahnya, Kau bakar
semangatku untuk terus berkarya. Aku tak ingin kisah-kisah itu cuma
jadi penghias buku cerita. Aku ingin orang-orang hebat itu terlahir
kembali ke dunia nyata.
Ummi, jika malam tiba, Kau
berubah menjadi ahli astronomi andalan. Kau tunjukkan rasi bintang
Scorpio, Orion dan rasi layang-layang penanda arah Selatan. ‘Jangan
takut kehilangan arah, Nak’, katamu. Lihatlah lukisan Allah di langit
utara, tempat rasi biduk membentang, dan bintang Utara bertahta di
ujungnya dengan menawan.
Sebagai seorang ibu teladan, aku
bangga jika pergi bersamamu. Jika liburan tiba, kita rencanakan untuk
pergi wisata sejarah. Kita pergi melihat sejarah Islam Samudera Pasai
di Aceh Utara. Bagai membuka lembar-lembar sejarah di sana, terbayang
kebanggaan dan kebesaran Islam saat jaya. Katamu, di sana makam
orang-orang yang berjasa telah terbujur. Mereka telah pulang ke
hadirat Rabb-nya dengan bangga, setelah menyebar dakwah yang akhirnya
sampai ke kita. Sungguh besar pahala yang mereka tuai, karena Islam
hingga kini telah diimani orang ramai. Bayangkan betapa nikmat alam
kuburnya, dihiasi taman-taman bunga surga.
Saat kau bercerita tentang
anugrah Allah pada bunga-bunga, pohon-pohon dan dedaunan alam raya, aku
ingin terus menerus menikmatinya. Tentang daun kelutuk penawar diare,
buah mengkudu untuk sakit gula. Aku teringat saat seorang teman nenek
yang tak berpunya mengeluh sakit gula, Ummi menawarkan buah mengkudu
menjadi obatnya. Aku terinspirasi untuk jadi seorang pengusaha herba,
agar orang-orang miskin jugaberkesempatan untuk kembali sehat, sama
seperti kesempatan yang dimiliki orang hebat.
Aku mengingat Ummi sebagai pencinta lingkungan sejati. Jangan ada sisi kertas yang masih kosong sudah dibuang ke tong.
Menggunakan ulang kertas bekas,
agar tidak banyak pohon yang dipangkas. Memisahkan sampah, bukan hanya
teori, tapi nyata dilakukan sendiri. Sampah dapur jadi kompos, atau
jadi pakan kambing kita. Sampah plastik tentu lebih mudah, sedangkan
gelas aqua dan gelas kaca, selalu ada yang meminta.
Aku berusaha jadi anak yang
rajin membaca buku-buku yang Engkau beli, kisah anak-anak yang
bercita-cita tinggi. Mereka menulis buku-bukunya sendiri. Tidak, aku
tidak ingin cuma menikmati. Aku ingin menulis bukuku sendiri. Kau
berpesan agar jangan meracuni diri dengan tontonan. Katamu, buku adalah
sumber ilmu yang tak habis-habis. Kini aku pun semakin ingin jadi
penulis.
Ummi, di hari ibu ini,
terimakasih banyak kuucapkan dari hatiku. Ummi adalah orang yang paling
berjasa dalam kehidupan keluarga. Membesarkan anak-anakmu. Memasak,
mencuci piring, membereskan apa saja dan Ummi juga berjuang untuk
kesuksesan anak-anaknya. Terimakasih banyak kuucapkan sekali lagi.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa
ummiku tersayang ini ya Allah. Semuanya ya Allah . Aku berdoa agar
Ummi menjadi manusia yang dicintai Allah. Semoga Ummi mendapat
singgasana di surga nanti. Selamat hari Ibu, Ummi. I love you.
***
Penulis: Wafa Syahida binti Saifunsyah,
Murid kelas 4 SD Islam Terpadu Nurul Ishlah, Beurawe, Banda Aceh.
Serambi Indonesia Daily
Serambi Indonesia Daily
0 komentar