Sarjana Berbagi Cerita #2 : Kenapa Harus Hubungan Internasional ?

By Keumala Bangsa - July 13, 2018

Erlangga Aditya Putra
Sekilas Tentang Adit 


Pemuda yang lahir di Rembang, Jawa Tengah ini biasa dipanggil Adit. Ia merupakan lulusan Ilmu  Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, Surabaya. Semasa perkuliahan dia aktif di organisasi kampus mulai tingkat jurusan hingga Universitas. Seperti HIMA HI, SKI FISIP, dan BEM UNAIR.
Dia pernah terpilih sebagai salah satu delegasi Indonesia dalam ASEAN YOUTH EXCHANGE PROGRAM yang diadakan di Chulalongkorn University, Thailand tahun 2013 lalu. Berbekal pengalaman tersebut dirinya semakin bangga terhadap negeri ini dan bertekad untuk bisa berkontribusi lebih untuk memajukan ibu pertiwi. Setelah lulus kuliah, dia sempat pula menjadi koordinator tutor Rumah Bahasa Surabaya. Dia juga beruntung bisa menemani delegasi dari Surabaya dalam acara Global Citizenship Busan pada 2014.
Dengan mengikuti Indonesia Mengajar, dia berharap bisa menyengat lebih banyak orang untuk terus berkontribusi demi negeri. Karena dengan kualitas pendidikan yang baik, masyarakat Indonesia siap untuk bersaing di kancah global.Adit akan mengajar di SDN Lentong Baru, Aceh Singkil.

Kenapa Harus HI?

Perkenalkan nama saya Aditya Erlangga Putra, lulusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga. Saya juga merupakan Pengajar Muda XV penempatan Aceh Singkil. Disini saya ingin  bercerita sedikit mengapa saya dulu tertarik dengan jurusan ini dan bagaimana peluang karirnya di dunia kerja.

Hubungan Internasional merupakan salah satu jurusan favorit untuk anak-anak sosial. Dilihat dari namanya saja sudah ada istilah “ internasional ” yang sangat menjual bagi para pendaftarnya masuk kesana. Saya pun dulu juga tertarik dengan jurusan ini karena hal tersebut. Karena salah satu cita-cita saya ialah bisa ke luar negeri. Saya mengetahui jurusan Hubungan Internasional justru saat kelas XI SMA. Ketika itu saya diberitahu oleh kawan saya bahwa saya yang anak IPA namun leboh cocok melanjutkan di jurusan sosial, dan Hubungan Internasional menjadi salah satu rekomendasinya mengingat kemampuan Bahasa Inggris saya juga lumayan. 


Dari sanalah saya mulai tertarik dan bertanya ke kakak senior tentang jurusan Hubungan Internasional. Alhamdulillah ada seorang senior yang memang masuk di jurusan Hubungan Internasional dan sangat membantu dalam pengenalan suasana kampus, materi perkuliahan, dosen, hingga peluang beasiswa. Dari sana saya mulai mempersiapkan bekal untuk bisa masuk ke jurusan HI. Dan memang harus lebih ekstra lagi untuk belajar materi ilmu sosial seperti sejarah, ekonomi, ataupun geografi.

Singkat cerita saya diterima melalui jalur PMDK Prestasi di HI UNAIR.  Saat itu HI menjadi pilihan pertama saya, dan kuotanya hanya delapan dari 400an pendaftar. Saya merasa sangat beruntung dan momen tersebut menjadi salah satu kenangan termanis yang pernah saya alami. Saat itu di UNAIR alur pendaftaran untuk mendapat PMDK Prestasi awalnya disaring dari nilai rapor (harus lima besar di kelas) dan jika seleksi administrasi selesai, maka akan dilanjutkan dengan psikotest, ujian tulis kompetensi dasar (Pelajaran MTK, B. Inggris, Pengetahuan Umum). Masuk lewat jalur prestasi selain membanggakan juga meringankan biaya perkuliahan. Dan bahkan bisa dikatakan kuliah di HI Unair salah satu yang termurah dibanding dengan HI yang lainnya. Saya pun sudah tidak mengambil SNMPTN atau Ujian Masuk Perguruan Tinggi yang lain.

Setelah masuk HI UNAIR saya lagi-lagi bersyukur bisa mendapatkan lingkungan pembelajaran yang positif. Mulai dari teman perkuliahan, dosen yang mumpuni, sumber-sumber literasi yang bisa diandalkan. Saya yang berasal dari desa sangat terbantu dengan lingkungan kuliah yang terbuka dan menjunjung tinggi keberagaman. Apalagi kampus kami kampus FISIP, saya bisa merasakan betul bagaimana aktif dan lantangnya para mahasiswa dalam menggelorakan aspirasinya. Bahkan saat Ospek pun dari awal sudah ada simulasi untuk demo. Sehingga jiwa-jiwa kritis dan open minded itu sudah tertanamkan. Sehingga akan sudah tampak biasa sekali bila mahasiswa FISIP itu se “demokratis” itu dalam berpakaian, berperilaku, dan mengutarakan pendapatnya.

Di HI sendiri saya banyak mendapatkan pembelajaran baru. Mata Kuliahnya pun sangat seru, mulai dari membahas sejarah dan politik Indonesia, hingga mata kuliah tentang kawasan Asia, Amerika, Afrika, maupun Eropa. Perkuliahanpun dikemas secara menarik, selalu ada diskusi dan Tanya jawab dari mahasiswa terlebih dahulu. Dosen akan memberikan penjelasan atau meluruskan materi diskusi yang telah disampaikan. Di HI UNAIR juga diajarkan dua Bahasa asing yaitu Perancis dan Mandarin. Memang masih untuk tingkat dasar, tapi bisa juga bila memang tertarik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih professional. Ada pula mata kuliah negosiasi diplomasi, resolusi konflik, geopololitik, dan sewaktu-waktu aka nada tugas roleplay dimana kami membuat simulasi siding PBB atau simulasi tentang ratifikasi perjanjian internasional. 

Bahan ajar berupa buku-buku dan jurnal pun selalu diupdate. Dan kami pun memiliki ruang khusus yaitu ruang Cakra, dimana di ruang tersebut sudah tersedia buku, lab computer, lab Bahasa, ruang diskusi, ruang siding, dimana sangat membantu kami para mahasiswa untuk mengerjakan tugas. Yak arena tugas di HI sangat banyak, bahkan bisa saja dalam satu mata kuliah ada tiga tugas (paper individu, kelompok, persiapan presentasi depan kelas). Tapi meskipun banyak tugas, mahasiswanya juga dituntut aktif berkegiatan di luar kampus sesuai dengan minat masing-masing. Alhasil banyak komunitas dan organisasi di luar kampus pula yang kami ikuti. Bisa jadi hanya sekedar hobi olahraga kemudian tergabung dalam indorunners chapter Surabaya, yang suka gowes (bersepeda) bisa ikut di CFD Darmo. Dan masih banyak lagi organisasi yang bisa diikuti missal AISEC, Greenpeace, PCMI JATIM, Cak Ning Surabaya. Dimana dari tempat-tempat tersebut juga bisa diperoleh pembelajaran-pembelajaran yang mungkin belum sempat diterima saat perkuliahan.

UNAIR sendiri juga menjalin beberapa kerjasama dengan Universitas lain di luar negeri. Sehingga ada kesempatan pula bagi para pecinta beasiswa ke luar negeri. Entah itu sifatnya full pertukaran mahasiswa atau sekedar mengikuti konferensi saja. Ada pula untuk kompetensi internasional seperti Paduan Suara, debat, dan kompetisi inovasi lainnya. Apalagi bila kuliah di HI akses dan informasi untuk  mendapatkan beasiswa juga terasa lebih cepat. Alumninya pun mendukung kegiatan kemahasiswaan yang diagendakan. Secara peluang kerja, HI UNAIR juga menelurkan lulusan sarjana yang bisa bekerja hampir di semua lini. Ada di BUMN, Pemerintahan (Kementerian maupun Pemkot), sektor perbankan, jurnalis, dosen, dan lainnya. Karena di HI UNAIR lulusannya diajarkan untuk bersikap strategis dan bisa membaca setiap peluang. Apalagi di jaman globalisasi seperti sekarang ini isu-isu nasional pun juga dipengaruhi oleh isu internasional. Apa yang terjadi di dunia luar akan berdampak pada negara Indonesia. Misalnya yang sekarang terjadi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, berimbas pada ekonomi Indonesia meskipun tidak secara langsung. 

Oleh sebab itu bila ingin masuk HI tidak hanya berfikir secara global, tapi juga bisa mencerminkan sikap menjunjung tinggi kearifan lokal.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar