“ Karena pemimpi masa depan tak cukup hanya
dilahirkan. Mereka harus ditemukan, dididik, dikembangkan oleh orang - orang
terbaik, di sekolah - sekolah terbaik “ – Si Anak Rimo
Di malam yang sejuk
ini, izinkan saya menuliskan pesan yang sebenarnya sudah lama terpendam namun
tak kunjung ditulis, pesan yang sejatinya untuk pribadi saya sendiri agar
selalu semangat dalam pengabdian, serta untuk para sahabat yang kini memilih
jalan pengabdian sebagai seorang pendidik.
Beberapa tahun lalu,
saat teman – teman memilih memutuskan kuliah di jurusan keguruan, saya percaya
ada niat mulia dan tulus untuk kelak dapat mengabdikan diri dalam mencerdaskan
anak – anak bangsa di tanah kelahiran. Bahkan ada banyak yang mungkin awalnya
tak pernah terpikir menjadi guru, namun di perjalanan mereka berubah menjadi
sangat cinta akan pilihan ini, bukan karena materi dan jabatan yang membuat
mereka cinta, melainkan karena ada masa depan bangsa di senyum – senyum anak –
anak. Mungkin bagi sebahagian orang
menjadi guru adalah sebuah pengorbanan, tapi bagi kita semua menjadi guru
adalah suatu kemuliaan, kemulian yang harus dijemput dan direbut.
Saat kita sekolah
dulu, setiap kita pasti memiliki guru favorit. Bahkan tak jarang ada banyak
guru yang kesulitan mengatur muridnya, begitulah memang profesi guru, ia harus
menghadapi berbagai anak dengan permasalahan yang berbeda. Kalian tau bahwa
menjadi guru itu tidak mudah, tetapi kalian tetap komitmen untuk menjadi guru. Harus
saya katakan bahwa daerah masih sangat kekurangan guru berkualitas, dan itu
sedang diatasi dengan berbagai kerjasama dengan pihak lain.
Dalam list mimpi
teman – teman, saya yakin pasti ada tertulis mimpi untuk pulang ke kampung
halaman dan mengabdikan diri membangun daerah. Membangun kampung halaman, tanah
tempat kita lahir, tumbuh dan berkembang bersama keluarga dan orang – orang
baik yang membantu kita hingga saat ini. Tapi, memilih mimpi di dunia
pendidikan tidaklah semudah dan senyaman yang dibayangkan, ada banyak rintangan
dan lika – liku dalam pengabdian. Ada banyak sekali kisah yang kita dengar dan
baca tentang heroiknya guru – guru dalam mencerdaskan anak bangsa, bahkan tak
jarang ada yang mengorbankan seluruh masa hidupnya untuk membangun pendidikan.
Apakah ini untuk materi ? Jawabannya pasti tidak.
Sahabat – sahabat
pendidikan, dahulu sewaktu saya masih kuliah, saya pernah sampaikan kepada
teman – teman sedaerah, bahwa tidak mudah untuk pulang kampung setelah tamat
kuliah ini, dibutuhkan bekal yang lebih banyak, salah satu bekal terpenting
ialah niat yang kuat untuk mendharma bhaktikan ilmu dan pengalaman kita nanti
untuk kampung halaman. Kenapa ? Jika kita tidak memiliki mimpi dan niat yang
kuat, terkadang kita tidak betah untuk berlama lama di kampung sendiri, mungkin
karena lapangan kerja yang sulit, kondisi masyarakat dll, tapi itulah adanya
dan harus kita benahi pelan – pelan.
Sebelum tulisan ini
saya kirimkan, saya beberapa kali duduk diskusi dengan teman – teman PPGT, baik
yang berasal dari Gunung Meriah sekitar atau pun dari Singkil sekitar terkait
kondisi terkini teman – teman. Saya salut dan bangga atas usaha teman – teman
agar diberi ruang untuk berkarya dan memajukan dunia pendidikan. Bahkan ada
banyak saat ini yang belum menemukan tempat mengajar yang baik dan cocok, itu
dijalani bertahun – tahun tanpa ada niat untuk beralih profesi selain guru.
Semua mengatakan pengen jadi guru karena memang sejatinya latar belakangnya
adalah keguruan. Pertahankan lah teman – teman.
Saya coba menuliskan kembali Sajak Seonggok
Jagung karya W.S Rendra,
“ Apakah gunanya pendidikan bila hanya
mendorong seseorang menjadi laying – laying di bukota kikuk pulang ke daerahnya
? Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu
kedokteran, atau apa saja, bila pada akhirnya, ketika ia pulang ke daerahnya,
lalu berkata : “ Di sini aku merasa asing dan sepi !”
Apa yang Rendra tuliskan juga saya rasakan
sekembalinya ke kampung halaman tercinta, tentu ada rasa bingung atas
permasalahan dan apa yang harus kita lakukan. Jika teman – teman merasakan
kegundahan atau kegalauan, saya juga pernah berada dalam posisi yang luar biasa
gundah atas masa depan. Gelisah tidak ketentuan namun diam seribu bahasa. Semua
punya kegalauan tersendiri. Belum lagi kaum lelaki, yang usia terus
berjalan dan juga memasuki usia pernikahan. Akan bertambah kegundahan karena
akan menjadi kepala keluarga nantinya, saya pernah merasakan hal itu.
Tugas kita lebih berat ketimbang mereka yang
berasal dari daerah yang sudah lebih dahulu maju, kenapa ? Karena kita harus
menciptakan sendiri suasana yang kita inginkan, berbeda dengan daerah lain.
Jika kita ingin berdiskusi, maka kita harus membuat kelompoknya, ingin membeli
buku, kita tidak memiliki tempatnya. Tapi itu bukanlah substansi permasalahan
kita ketika pulang ke kampung halaman. Permasalahan utama kita adalah bekal
ilmu yang belum maksimal dan kekuatan tekad untuk beradaptasi terhadap kondisi
kampung halaman. Itu juga yang saya alami kala itu. Bagaimana pun jangan putus asa dan tetap jaga
rasa cinta untuk daerah ini. Kita bergerak bersama sesuai dengan apa yang kita bisa lakukan untuk membangun kampung halaman ini.
Saya jadi ingat, Dalam sebuah wawancara Bapak BJ Habibie pernah ditanya " Apa yang
belum bisa bapak berikan kepada Indonesia ini " ?.
" Saya belum bisa memberikan
lapangan pekerjaan kepada rakyat sesuai dengan latar belakang dan pendidikannya
" Jawabnya.
Mungkin inilah salah satu alasan kenapa para pendahulu selalu mengatakan
kita harus kuliah di dua tempat. Yaitu ruang kelas dan di luar kelas. Karena
kita tak tau takdir kedepannya. Ada yang
kuliah di politik kerjanya di perminyakan, ada yang kuliahnya kedokteran
kerjanya jadi pengusaha, ada yang keguruan menjadi karyawan bank, dll. Lalu
kenapa bisa ? Karena kita tidak pernah tau lapangan apa yang tersedia untuk
kita kedepannya. Jika boleh jujur, satu hal yang jarang sekali dipelajari oleh
mahasiswa kita yang keluar daerah, jiwa entrepenership “ wirausaha “, termasuk
saya sendiri. Sehingga, ketika kita tidak menemukan pekerjaan sesuai bidang,
kita masih punya opsi untuk usaha lain.
Sungguh saya telah melewati salah satu
etape hidup paling indah yaitu menjadi mahasiswa. Mungkin setelah itu banyak
diantara kita yang terpelanting kesana kemari, terhempas bak ombak atas tolakan
lamaran kerja, gagal ini dan itu atau ditinggal nikah dan sebagainya. Tapi percayalah
ada jutaan doa mengiringi kita untuk mengejarnya.
Pilih jalan yang mendaki lalu jalani
dengan penuh kesungguhan. Biarkan lelahnya pendakian itu yang akan mengantarkan
kita pada puncak yang indah.
Oa, dalam beberapa hari terakhir teman –
teman sudah mulai menyusun kembali langkah langkah untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. Saat kumpul hari kamis lalu, saya tidak enak hadir
karena saya juga bukan berasal dari PPGT. Namun, saya terus membaca pesan di
group teman – teman mengenai perkembangan di lapangan. Saya sudah berjanji
kepada sahabat PPGT, bahwa saya akan maksimal membantu sahabat semua sesuai
tugas dan kemampuan saya. Insya Allah saya akan membantu untuk berdiskusi
dengan stakeholder di daerah kita.
Setelah semua langkah teman – teman
bertemu dengan pengambil kebijakan, saya dan teman – teman akan berusaha untuk
duduk bersama dengan mereka nantinya. Apapun itu saya akan bantu maksimal,
insya Allah kita akan duduk bersama nantinya membahas ini semua agar segera
selesai. Saya tak mungkin menjelaskan apa yang akan saya bantu, insya Allah
seluruh hal yang bisa saya bantu akan saya maksimalkan.
Jika saya boleh memberi pesan, teman –
teman harus mencoba membuka sebuah lembaga pendidikan yang memberikan bimbingan
belajar kepada adik – adik tingkat SD, seperti tempat les yang ada di daerah
lain. Tetapi dalam bentuk sebuah lembaga dan bukan individu. Sebenarnya banyak
orang tua yang mau memberikan tambahan belajar kepada anaknya, namun kadang
terkendala tempat belajar yang tidak ada. Tapi sebelum membuka ini, kita harus
belajar dulu bagaimana marketing untuk memberitahu kepada masyarakat. Ini salah
satu solusi agar kita dapat terus mengaplikasikan ilmu dan sumber rezeki.
Saya pribadi sangat mengharapkan agar
teman – teman jangan pernah menyerah untuk ikhtiar ini. Kita boleh saja lelah
dengan kondisi ini, tapi kita tidak boleh kalah dengan kondisi ini. Terkadang
ada rasa lelah dan jenuh terhadap permasalahan yang ada, tapi juga selalu ada
jalan keluar dibalik itu semua. Tinggal bagaimana kita berusaha mencarinya.
Dunia pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan suatu daerah,
dan teman – teman adalah agent semua pembangunan pendidikan nantinya.
Saya sudah sampaikan kepada Ujang, Satriadi dkk,
bahwa kondisi ini sudah harus selesai dalam tahun ini. Sehingga semua harus
selesaikan satu persatu tahapan sebelum duduk bersama. Supaya kita semua dapat
tau dan focus pada langkah selanjutnya.
Saya
pribadi sejak kecil selalu percaya bahwa pendidikan adalah jalan untuk masa
depan yang lebih baik untuk setiap anak manusia dan juga suatu daerah. Saat ini
kita berada dalam jalan ini, jalan yang sangat terjal dan jauh dari gemuruh
pemberitaan apalagi pujian, tujuan kita hanya untuk Aceh Singkil yang lebih
maju nantinya.
Tadi
malam saya menonton film India yang bercerita tentang perjuangan seorang guru.
Pokoknya recommended banget deh, saya yakin teman – teman pasti terharu atau
meneteskan air mata. Wajib ditonton, judulnya
Film itu berjudul Hichki, film yang bercerita
tentang Naina Mathur, seorang wanita cantik yang sejak kecil hingga dewasa
menderita syndrome Tourette. Selain itu dia berprofesi sebagai orang guru.
Berkat usaha dan kerja kerasnya selama ini, akhirnya Naina dipercaya untuk
menjadi guru di sebuah sekolah dasar di Mumbai. Dimana masyarakat disana,
pendapatan ekonominya sangat rendah. Tanpa memikirkan beban, Nania berusaha
untuk melakukan sesuatu yang hebat dan bisa dibanggakan kelak. Dibalik kelemahan yang dialaminya, Naina juga harus berhasil
merubah sifat anak-anak di sekolah tersebut. Yang awalnya nakal menjadi orang
yang luar biasa dan berguna untuk keluarganya. Berhasilkah Guru Naina merubah
sifat kenakalan yang luar biasa dari murid-murid menjadi orang yang luar biasa
ditengah syndrome Tourette yang melemahkannya?
Tetaplah semangat untuk kamu yang telah memilih menjadi guru sebagai jalan pengabdian, menjadikan guru sebagai ladang amal untuk akhirat kelak dan menjadi dharma bhakti terhadap nusa dan bangsa. Yakinlah. Selamat menonton film terbaik ini.
Sebelum saya
mengakhiri cerita ini, ada satu puisi yang saya berikan tahun 2011 kepada
sahabat saya yang waktu itu memilih menjadi seorang guru. Saya tulis kala itu karena ia juga merasa tak kuat berada di jalan pendidikan, kita pun sering saling memberi semangat karena saya juga merasakan jalan yang berat di dunia politik waktu itu.
Tetaplah Menjadi Guru
Di tengah kemajuan zaman yang semakin
berkembang
Di tengah budaya dan nilai – nilai yang semakin tergerus
Engkau hadir menjadi pelita di tengah persoalan bangsa yang semakin beragam
Di tengah budaya dan nilai – nilai yang semakin tergerus
Engkau hadir menjadi pelita di tengah persoalan bangsa yang semakin beragam
Tak hanya waktu yang kau persembahkan, jiwa
dan raga mu pun kau ikhlaskan untuk Indonesia sang tumpah darah ini
Tak jarang jalan pengabdian mu berliku dan penuh dengan rintangan
Namun tekad mu tak pernah pudar dalam pengabdian
Kau nyalakan pelita di tengah pudarnya nilai – nilai kehidupan
Kau berikan seluruh kasih sayang serta perhatian untuk anak didik mu
Aku tahu, pengabdian mu ini jauh dari sorotan
camera dan pujian
Aku tahu, gaji mu terkadang jauh dari cukup untuk anak dan keluarga mu
Aku tahu, amanah dan tanggung jawab mu semakin besar
Aku tahu, gaji mu terkadang jauh dari cukup untuk anak dan keluarga mu
Aku tahu, amanah dan tanggung jawab mu semakin besar
Namun, kau tak pernah mengeluh dan bersedih
atas persoalan mu
Waktu mu lebih banyak kau habiskan untuk masa depan negeri mu
Kau bagai matahari yang selalu hadir dengan membawa jutaaan harapan perubahan
Tapi aku selalu percaya, perjuangan dan pengorbanan mu takkan pernah sia – sia
Perjuangan dan pengorbanan mu akan menjelma menjadi butiran harapan di ruang – ruang kelas di penjuru negeri
Waktu mu lebih banyak kau habiskan untuk masa depan negeri mu
Kau bagai matahari yang selalu hadir dengan membawa jutaaan harapan perubahan
Tapi aku selalu percaya, perjuangan dan pengorbanan mu takkan pernah sia – sia
Perjuangan dan pengorbanan mu akan menjelma menjadi butiran harapan di ruang – ruang kelas di penjuru negeri
Kau menghadirkan pelita baru untuk negeri
tercinta ini
Tetaplah semangat mengabdi menjadi seorang
guru
Lelahmu, sakitmu, dan seluruh perjuangan mu merupakan amal ibadah yang hanya kau dan tuhan mu lah yang tau, biarkan ia mengalir mengiringi roda – roda kehidupan, biarkan ia menjadi lading ibadah mu untuk bekal akhirat nanti
Lelahmu, sakitmu, dan seluruh perjuangan mu merupakan amal ibadah yang hanya kau dan tuhan mu lah yang tau, biarkan ia mengalir mengiringi roda – roda kehidupan, biarkan ia menjadi lading ibadah mu untuk bekal akhirat nanti
Aku tahu pilihan ini tidaklah mudah
Tapi aku yakin bahwa pilihan ini membuat mu menjadi pribadi berguna menjadi ladang amal dan ibadah saat kita harus kembali kepadaNya.
Tetaplah menjadi guru
Karena ada masa depan negeri ini di setiap baris kata yang kau ajarkan.
Tapi aku yakin bahwa pilihan ini membuat mu menjadi pribadi berguna menjadi ladang amal dan ibadah saat kita harus kembali kepadaNya.
Tetaplah menjadi guru
Karena ada masa depan negeri ini di setiap baris kata yang kau ajarkan.
0 komentar