Surat Buat Guru PPGT Aceh Singkil

By Si Anak Rimo - July 09, 2018

“ Karena pemimpi masa depan tak cukup hanya dilahirkan. Mereka harus ditemukan, dididik, dikembangkan oleh orang - orang terbaik, di sekolah - sekolah terbaik “ – Si Anak Rimo

Di malam yang sejuk ini, izinkan saya menuliskan pesan yang sebenarnya sudah lama terpendam namun tak kunjung ditulis, pesan yang sejatinya untuk pribadi saya sendiri agar selalu semangat dalam pengabdian, serta untuk para sahabat yang kini memilih jalan pengabdian sebagai seorang pendidik. 

Beberapa tahun lalu, saat teman – teman memilih memutuskan kuliah di jurusan keguruan, saya percaya ada niat mulia dan tulus untuk kelak dapat mengabdikan diri dalam mencerdaskan anak – anak bangsa di tanah kelahiran. Bahkan ada banyak yang mungkin awalnya tak pernah terpikir menjadi guru, namun di perjalanan mereka berubah menjadi sangat cinta akan pilihan ini, bukan karena materi dan jabatan yang membuat mereka cinta, melainkan karena ada masa depan bangsa di senyum – senyum anak – anak. Mungkin  bagi sebahagian orang menjadi guru adalah sebuah pengorbanan, tapi bagi kita semua menjadi guru adalah suatu kemuliaan, kemulian yang harus dijemput dan direbut. 

Saat kita sekolah dulu, setiap kita pasti memiliki guru favorit. Bahkan tak jarang ada banyak guru yang kesulitan mengatur muridnya, begitulah memang profesi guru, ia harus menghadapi berbagai anak dengan permasalahan yang berbeda. Kalian tau bahwa menjadi guru itu tidak mudah, tetapi kalian tetap komitmen untuk menjadi guru. Harus saya katakan bahwa daerah masih sangat kekurangan guru berkualitas, dan itu sedang diatasi dengan berbagai kerjasama dengan pihak lain.

Dalam list mimpi teman – teman, saya yakin pasti ada tertulis mimpi untuk pulang ke kampung halaman dan mengabdikan diri membangun daerah. Membangun kampung halaman, tanah tempat kita lahir, tumbuh dan berkembang bersama keluarga dan orang – orang baik yang membantu kita hingga saat ini. Tapi, memilih mimpi di dunia pendidikan tidaklah semudah dan senyaman yang dibayangkan, ada banyak rintangan dan lika – liku dalam pengabdian. Ada banyak sekali kisah yang kita dengar dan baca tentang heroiknya guru – guru dalam mencerdaskan anak bangsa, bahkan tak jarang ada yang mengorbankan seluruh masa hidupnya untuk membangun pendidikan. Apakah ini untuk materi ? Jawabannya pasti tidak. 

Sahabat – sahabat pendidikan, dahulu sewaktu saya masih kuliah, saya pernah sampaikan kepada teman – teman sedaerah, bahwa tidak mudah untuk pulang kampung setelah tamat kuliah ini, dibutuhkan bekal yang lebih banyak, salah satu bekal terpenting ialah niat yang kuat untuk mendharma bhaktikan ilmu dan pengalaman kita nanti untuk kampung halaman. Kenapa ? Jika kita tidak memiliki mimpi dan niat yang kuat, terkadang kita tidak betah untuk berlama lama di kampung sendiri, mungkin karena lapangan kerja yang sulit, kondisi masyarakat dll, tapi itulah adanya dan harus kita benahi pelan – pelan.

Sebelum tulisan ini saya kirimkan, saya beberapa kali duduk diskusi dengan teman – teman PPGT, baik yang berasal dari Gunung Meriah sekitar atau pun dari Singkil sekitar terkait kondisi terkini teman – teman. Saya salut dan bangga atas usaha teman – teman agar diberi ruang untuk berkarya dan memajukan dunia pendidikan. Bahkan ada banyak saat ini yang belum menemukan tempat mengajar yang baik dan cocok, itu dijalani bertahun – tahun tanpa ada niat untuk beralih profesi selain guru. Semua mengatakan pengen jadi guru karena memang sejatinya latar belakangnya adalah keguruan. Pertahankan lah teman – teman. 

Saya coba menuliskan kembali Sajak Seonggok Jagung karya W.S Rendra,
“ Apakah gunanya pendidikan bila hanya mendorong seseorang menjadi laying – laying di bukota kikuk pulang ke daerahnya ? Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran, atau apa saja, bila pada akhirnya, ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata : “ Di sini aku merasa asing dan sepi !”

Apa yang Rendra tuliskan juga saya rasakan sekembalinya ke kampung halaman tercinta, tentu ada rasa bingung atas permasalahan dan apa yang harus kita lakukan. Jika teman – teman merasakan kegundahan atau kegalauan, saya juga pernah berada dalam posisi yang luar biasa gundah atas masa depan. Gelisah tidak ketentuan namun diam seribu bahasa. Semua punya kegalauan tersendiri. Belum lagi kaum lelaki, yang usia terus berjalan dan juga memasuki usia pernikahan. Akan bertambah kegundahan karena akan menjadi kepala keluarga nantinya, saya pernah merasakan hal itu. 

Tugas kita lebih berat ketimbang mereka yang berasal dari daerah yang sudah lebih dahulu maju, kenapa ? Karena kita harus menciptakan sendiri suasana yang kita inginkan, berbeda dengan daerah lain. Jika kita ingin berdiskusi, maka kita harus membuat kelompoknya, ingin membeli buku, kita tidak memiliki tempatnya. Tapi itu bukanlah substansi permasalahan kita ketika pulang ke kampung halaman. Permasalahan utama kita adalah bekal ilmu yang belum maksimal dan kekuatan tekad untuk beradaptasi terhadap kondisi kampung halaman. Itu juga yang saya alami kala itu.  Bagaimana pun jangan putus asa dan tetap jaga rasa cinta untuk daerah ini. Kita bergerak bersama sesuai dengan apa yang kita bisa lakukan untuk membangun kampung halaman ini.

Saya jadi ingat, Dalam sebuah wawancara Bapak BJ Habibie pernah ditanya " Apa yang belum bisa bapak berikan kepada Indonesia ini " ?.
 " Saya belum bisa memberikan lapangan pekerjaan kepada rakyat sesuai dengan latar belakang dan pendidikannya " Jawabnya. 

Mungkin inilah salah satu alasan kenapa para pendahulu selalu mengatakan kita harus kuliah di dua tempat. Yaitu ruang kelas dan di luar kelas. Karena kita tak tau takdir kedepannya. Ada yang kuliah di politik kerjanya di perminyakan, ada yang kuliahnya kedokteran kerjanya jadi pengusaha, ada yang keguruan menjadi karyawan bank, dll. Lalu kenapa bisa ? Karena kita tidak pernah tau lapangan apa yang tersedia untuk kita kedepannya. Jika boleh jujur, satu hal yang jarang sekali dipelajari oleh mahasiswa kita yang keluar daerah, jiwa entrepenership “ wirausaha “, termasuk saya sendiri. Sehingga, ketika kita tidak menemukan pekerjaan sesuai bidang, kita masih punya opsi untuk usaha lain.

Sungguh saya telah melewati salah satu etape hidup paling indah yaitu menjadi mahasiswa. Mungkin setelah itu banyak diantara kita yang terpelanting kesana kemari, terhempas bak ombak atas tolakan lamaran kerja, gagal ini dan itu atau ditinggal nikah dan sebagainya. Tapi percayalah ada jutaan doa mengiringi kita untuk mengejarnya. 

Pilih jalan yang mendaki lalu jalani dengan penuh kesungguhan. Biarkan lelahnya pendakian itu yang akan mengantarkan kita pada puncak yang indah.

Oa, dalam beberapa hari terakhir teman – teman sudah mulai menyusun kembali langkah langkah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Saat kumpul hari kamis lalu, saya tidak enak hadir karena saya juga bukan berasal dari PPGT. Namun, saya terus membaca pesan di group teman – teman mengenai perkembangan di lapangan. Saya sudah berjanji kepada sahabat PPGT, bahwa saya akan maksimal membantu sahabat semua sesuai tugas dan kemampuan saya. Insya Allah saya akan membantu untuk berdiskusi dengan stakeholder di daerah kita.

Setelah semua langkah teman – teman bertemu dengan pengambil kebijakan, saya dan teman – teman akan berusaha untuk duduk bersama dengan mereka nantinya. Apapun itu saya akan bantu maksimal, insya Allah kita akan duduk bersama nantinya membahas ini semua agar segera selesai. Saya tak mungkin menjelaskan apa yang akan saya bantu, insya Allah seluruh hal yang bisa saya bantu akan saya maksimalkan.

Jika saya boleh memberi pesan, teman – teman harus mencoba membuka sebuah lembaga pendidikan yang memberikan bimbingan belajar kepada adik – adik tingkat SD, seperti tempat les yang ada di daerah lain. Tetapi dalam bentuk sebuah lembaga dan bukan individu. Sebenarnya banyak orang tua yang mau memberikan tambahan belajar kepada anaknya, namun kadang terkendala tempat belajar yang tidak ada. Tapi sebelum membuka ini, kita harus belajar dulu bagaimana marketing untuk memberitahu kepada masyarakat. Ini salah satu solusi agar kita dapat terus mengaplikasikan ilmu dan sumber rezeki.

Saya pribadi sangat mengharapkan agar teman – teman jangan pernah menyerah untuk ikhtiar ini. Kita boleh saja lelah dengan kondisi ini, tapi kita tidak boleh kalah dengan kondisi ini. Terkadang ada rasa lelah dan jenuh terhadap permasalahan yang ada, tapi juga selalu ada jalan keluar dibalik itu semua. Tinggal bagaimana kita berusaha mencarinya. Dunia pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan suatu daerah, dan teman – teman adalah agent semua pembangunan pendidikan nantinya. 

Saya sudah sampaikan kepada Ujang, Satriadi dkk, bahwa kondisi ini sudah harus selesai dalam tahun ini. Sehingga semua harus selesaikan satu persatu tahapan sebelum duduk bersama. Supaya kita semua dapat tau dan focus pada langkah selanjutnya.
Saya pribadi sejak kecil selalu percaya bahwa pendidikan adalah jalan untuk masa depan yang lebih baik untuk setiap anak manusia dan juga suatu daerah. Saat ini kita berada dalam jalan ini, jalan yang sangat terjal dan jauh dari gemuruh pemberitaan apalagi pujian, tujuan kita hanya untuk Aceh Singkil yang lebih maju nantinya.
Tadi malam saya menonton film India yang bercerita tentang perjuangan seorang guru. Pokoknya recommended banget deh, saya yakin teman – teman pasti terharu atau meneteskan air mata. Wajib ditonton, judulnya

Film itu berjudul Hichki, film yang bercerita tentang Naina Mathur, seorang wanita cantik yang sejak kecil hingga dewasa menderita syndrome Tourette. Selain itu dia berprofesi sebagai orang guru. Berkat usaha dan kerja kerasnya selama ini, akhirnya Naina dipercaya untuk menjadi guru di sebuah sekolah dasar di Mumbai. Dimana masyarakat disana, pendapatan ekonominya sangat rendah. Tanpa memikirkan beban, Nania berusaha untuk melakukan sesuatu yang hebat dan bisa dibanggakan kelak. Dibalik kelemahan yang dialaminya, Naina juga harus berhasil merubah sifat anak-anak di sekolah tersebut. Yang awalnya nakal menjadi orang yang luar biasa dan berguna untuk keluarganya. Berhasilkah Guru Naina merubah sifat kenakalan yang luar biasa dari murid-murid menjadi orang yang luar biasa ditengah syndrome Tourette yang melemahkannya?

Tetaplah semangat untuk kamu yang telah memilih menjadi guru sebagai jalan pengabdian, menjadikan guru sebagai ladang amal untuk akhirat kelak dan menjadi dharma bhakti terhadap nusa dan bangsa. Yakinlah. Selamat menonton film terbaik ini.

Sebelum saya mengakhiri cerita ini, ada satu puisi yang saya berikan tahun 2011 kepada sahabat saya yang waktu itu memilih menjadi seorang guru. Saya tulis kala itu karena ia juga merasa tak kuat berada di jalan pendidikan, kita pun sering saling memberi semangat karena saya juga merasakan jalan yang berat di dunia politik waktu itu.

Tetaplah Menjadi Guru 
Di tengah kemajuan zaman yang semakin berkembang
Di tengah budaya dan nilai – nilai yang semakin tergerus
Engkau hadir menjadi pelita di tengah persoalan bangsa yang semakin beragam
Tak hanya waktu yang kau persembahkan, jiwa dan raga mu pun kau ikhlaskan untuk Indonesia sang tumpah darah ini

Tak jarang jalan pengabdian mu berliku dan penuh dengan rintangan
Namun tekad mu tak pernah pudar dalam pengabdian
Kau nyalakan pelita di tengah pudarnya nilai – nilai kehidupan
Kau berikan seluruh kasih sayang serta perhatian untuk anak didik mu

Aku tahu, pengabdian mu ini jauh dari sorotan camera dan pujian
Aku tahu, gaji mu terkadang jauh dari cukup untuk anak dan keluarga mu
Aku tahu, amanah dan tanggung jawab mu semakin besar
Namun, kau tak pernah mengeluh dan bersedih atas persoalan mu
Waktu mu lebih banyak kau habiskan untuk masa depan negeri mu
Kau bagai matahari yang selalu hadir dengan membawa jutaaan harapan perubahan
Tapi aku selalu percaya, perjuangan dan pengorbanan mu takkan pernah sia – sia
Perjuangan dan pengorbanan mu akan menjelma menjadi butiran harapan di ruang – ruang kelas di penjuru negeri
 
Kau menghadirkan pelita baru untuk negeri tercinta ini
Tetaplah semangat mengabdi menjadi seorang guru
Lelahmu, sakitmu, dan seluruh perjuangan mu merupakan amal ibadah yang hanya kau dan tuhan mu lah yang tau, biarkan ia mengalir mengiringi roda – roda kehidupan, biarkan ia menjadi lading ibadah mu untuk bekal akhirat nanti

Aku tahu pilihan ini tidaklah mudah
Tapi aku yakin bahwa pilihan ini membuat mu menjadi pribadi berguna menjadi ladang amal dan ibadah saat kita harus kembali kepadaNya.

Tetaplah menjadi guru
Karena ada masa depan negeri ini di setiap baris kata yang kau ajarkan.


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar