Fase setelah wisuda
By Si Anak Rimo - November 28, 2016
Menghadiri Wisuda Sahabat tahun 2015 |
Ini adalah pesan yang masuk ke
smartphone semalam. Pesan dari seorang adik yang baru saja wisuda seminggu yang
lalu. Kebetulan sehari sebelumnya aku bertemu dan berdiskusi panjang dengan
seorang ibu tentang fase setelah wisuda.
Tentu menjadi sarjana adalah sebuah
impian para mahasiswa. Ia akan lalui berbagai rintangan dan ujian untuk dapat
merasakan bagaimana toga itu menghiasi hari bahagia itu. Wisuda adalah waktu
dimana semua kebahagian akan tumpah ruah bersama air mata yang tak akan malu -
malu menetes dari kelopak mata. Semua kebahagian terasa lengkap hari itu.
Namun apakah wisuda hanya bercerita
tentang kebahagiaan ?
Tentu, siapa yang tak ingin wisuda.
Benar bahwa hari itu merupakan hari penuh kebahagian dan senyum haru dan
bahagia dari orang tercinta, namun bisa juga menjadi hari paling menyedihkan
untuk yang telah kehilangan ayah atau pun ibu. Ia akan menangis sekuat mungkin
dalam hatinya ketika ia tak mampu memperlihatkan senyum bahagia kepada kedua
orang tua.
Ada banyak hal yang ingin dicapai pasca wisuda. Namun kehidupan setelah wisuda tidaklah seperti yang dibayangkan, ia tak serta mulus apalagi mudah untuk para sarjana muda. Tentu ada niat mulia saat wisuda, bahwa kita ingin membalas semua jasa dan kasih sayang orang tua dan keluarga dengan mengabdi dan berkerja setelah ini. Lantas, siapa yang bisa menjamin bahwa perjalanan kita akan mulus setelah wisuda ? Tidak ada satu pun yang bisa menjamin, kecuali jika kita berasal dari keluarga yang telah menyediakan jalan untuk para anaknya. Namun jikapun semua telah disiapkan, ini tidaklah seindah mereka yang berjuang melewati setiap etape kehidupan yang berliku.
Ada yang ingin melanjutkan kuliah namun
tak memiliki biaya, ada yang ingin berkerja namun belum mendapat panggilan,
dst. Pada dasarnya kita tidaklah menyukai perubahan, karena perubahan selalu
menuntut kita untuk beradaptasi, dan adaptasi itu membutuhkan banyak waktu dan
tenaga. Tapi kita juga tidak siap jika harus kembali lagi ke dunia kampus,
jelas bukan itu yang kita mau. Namun memori yang begitu indah terkadang membuat
kita tak rela melepas semua itu, tapi di depan ada banyak ruang dan cerita baru
yang akan mewarnai kita nantinya. Yuk move on.
Biasanya para sarjana akan terbebani
oleh keinginan untuk membahagiakan orang tercinta, pengen membantu
menyekolahkan adik adik, ingin mengejar mimpi atau apapun itu yang pasti tentu
penuh dengan niat yang mulia. Namun itu juga yang akan membuat kita terus
gelisah dan tertekan. Biarkan ia mengalir mengikuti lika liku kehidupan, namun
kita harus bersungguh - sungguh menjalankan niat mulia itu.
Kita akan memasuki sebuah fase dalam menentukan arah pengabdian dan kehidupan, sebuah fase yang penuh dengan sesuatu yang terkadang tak pernah terbayangkan, sesuatu yang membuat kita gelisah dan takut akan pilihan serta masa depan. Dunia persaingan yang begitu ketat yang terus menuntut kita untuk berbenah. Fase dimana kita mulai tak enak jika harus terus dibiayai oleh orang tua. Disinilah fase Allah SWT akan menguatkan hati kita, ia uji kita dengan hal - hal yang menakutkan. Tapi Allah juga telah sediakan kita tempat jika kita berhasil melewati ujian ini dengan baik.
Terkadang kebutuhan pasar akan tenaga kerja berbeda dengan yang kita inginkan, terkadang ia tidak membutuhkan keilmuan dan segala yang ada pada kita. Tapi percayalah kehidupan tak pernah berbohong, ia akan hadirkan sesuatu yang kita tanam waktu itu. Jika kita bertanya kapan waktu itu datang ?. Maka jawabnya adalah BERSABARLAH, Ia akan datang tidak terlalu cepat dan tidak juga terlalu lama. Terus berproses dan ambil apapun peluang yang ada walaupun terkadang tak seperti angan kita. Ia akan mengantarkan kita ke pintu - pintu baru yang tak terduga. We have love the process guys.
Ada yang terkejut bahwa sistem
perkuliahan yang begitu panjang ternyata tidak se ideal yang kita rasakan,
semua masa - masa sulit tidak seperti yang kita inginkan. Tapi Allah tidak
pernah membuat hal yang sia - sia di dunia ini. Semua butuh kesungguhan kita,
apalagi ini merupakan zaman milenium yang penuh dengan persaingan.
Sebahagian kita mungkin berjalan lebih
mudah setelah wisuda, namun sejatinya mereka juga telah terlebih dahulu
melewati tahap - tahap sulit ini, mereka hadapi di masa mereka masih berstatus
mahasiswa. Semua mempunyai proses masing - masing, dan apakah proses itu
membuat mereka semakin tegar dan siap, maka jawabnya terletak pada mereka yang
menjalaninya. Untuk melawati proses yang berat ini, kita tidak hanya
membutuhkan doa dan usaha, melainkan juga sahabat yang akan terus memberi
dukungan moriil untuk menggapai mimpi dan cita - cita.
Semoga kita semua para lulusan yang
tidak lagi menjadi penghuni kampus tetap semangat dan berbenah menghadapi arus
perubahan dan kompetisi yang begitu berat. Tetap istiqomah dan berdoa agar kita
diberikan kekuatan untuk berkarya dan mengabdi.
Tentu menjadi sarjana adalah sebuah
impian para mahasiswa. Ia akan lalui berbagai rintangan dan ujian untuk dapat
merasakan bagaimana toga itu menghiasi hari bahagia itu. Wisuda adalah waktu
dimana semua kebahagian akan tumpah ruah bersama air mata yang tak akan malu -
malu menetes dari kelopak mata. Semua kebahagian terasa lengkap hari itu.
Namun apakah wisuda hanya bercerita
tentang kebahagiaan ?
Tentu, siapa yang tak ingin wisuda.
Benar bahwa hari itu merupakan hari penuh kebahagian dan senyum haru dan
bahagia dari orang tercinta, namun bisa juga menjadi hari paling menyedihkan
untuk yang telah kehilangan ayah atau pun ibu. Ia akan menangis sekuat mungkin
dalam hatinya ketika ia tak mampu memperlihatkan senyum bahagia kepada kedua
orang tua.
Ada banyak hal yang ingin dicapai pasca wisuda. Namun kehidupan setelah wisuda tidaklah seperti yang dibayangkan, ia tak serta mulus apalagi mudah untuk para sarjana muda. Tentu ada niat mulia saat wisuda, bahwa kita ingin membalas semua jasa dan kasih sayang orang tua dan keluarga dengan mengabdi dan berkerja setelah ini. Lantas, siapa yang bisa menjamin bahwa perjalanan kita akan mulus setelah wisuda ? Tidak ada satu pun yang bisa menjamin, kecuali jika kita berasal dari keluarga yang telah menyediakan jalan untuk para anaknya. Namun jikapun semua telah disiapkan, ini tidaklah seindah mereka yang berjuang melewati setiap etape kehidupan yang berliku.
Ada yang ingin melanjutkan kuliah namun
tak memiliki biaya, ada yang ingin berkerja namun belum mendapat panggilan,
dst. Pada dasarnya kita tidaklah menyukai perubahan, karena perubahan selalu
menuntut kita untuk beradaptasi, dan adaptasi itu membutuhkan banyak waktu dan
tenaga. Tapi kita juga tidak siap jika harus kembali lagi ke dunia kampus,
jelas bukan itu yang kita mau. Namun memori yang begitu indah terkadang membuat
kita tak rela melepas semua itu, tapi di depan ada banyak ruang dan cerita baru
yang akan mewarnai kita nantinya. Yuk move on.
Biasanya para sarjana akan terbebani
oleh keinginan untuk membahagiakan orang tercinta, pengen membantu
menyekolahkan adik adik, ingin mengejar mimpi atau apapun itu yang pasti tentu
penuh dengan niat yang mulia. Namun itu juga yang akan membuat kita terus
gelisah dan tertekan. Biarkan ia mengalir mengikuti lika liku kehidupan, namun
kita harus bersungguh - sungguh menjalankan niat mulia itu.
Kita akan memasuki sebuah fase dalam menentukan arah pengabdian dan kehidupan, sebuah fase yang penuh dengan sesuatu yang terkadang tak pernah terbayangkan, sesuatu yang membuat kita gelisah dan takut akan pilihan serta masa depan. Dunia persaingan yang begitu ketat yang terus menuntut kita untuk berbenah. Fase dimana kita mulai tak enak jika harus terus dibiayai oleh orang tua. Disinilah fase Allah SWT akan menguatkan hati kita, ia uji kita dengan hal - hal yang menakutkan. Tapi Allah juga telah sediakan kita tempat jika kita berhasil melewati ujian ini dengan baik.
Terkadang kebutuhan pasar akan tenaga kerja berbeda dengan yang kita inginkan, terkadang ia tidak membutuhkan keilmuan dan segala yang ada pada kita. Tapi percayalah kehidupan tak pernah berbohong, ia akan hadirkan sesuatu yang kita tanam waktu itu. Jika kita bertanya kapan waktu itu datang ?. Maka jawabnya adalah BERSABARLAH, Ia akan datang tidak terlalu cepat dan tidak juga terlalu lama. Terus berproses dan ambil apapun peluang yang ada walaupun terkadang tak seperti angan kita. Ia akan mengantarkan kita ke pintu - pintu baru yang tak terduga. We have love the process guys.
Ada yang terkejut bahwa sistem
perkuliahan yang begitu panjang ternyata tidak se ideal yang kita rasakan,
semua masa - masa sulit tidak seperti yang kita inginkan. Tapi Allah tidak
pernah membuat hal yang sia - sia di dunia ini. Semua butuh kesungguhan kita,
apalagi ini merupakan zaman milenium yang penuh dengan persaingan.
Sebahagian kita mungkin berjalan lebih
mudah setelah wisuda, namun sejatinya mereka juga telah terlebih dahulu
melewati tahap - tahap sulit ini, mereka hadapi di masa mereka masih berstatus
mahasiswa. Semua mempunyai proses masing - masing, dan apakah proses itu
membuat mereka semakin tegar dan siap, maka jawabnya terletak pada mereka yang
menjalaninya. Untuk melawati proses yang berat ini, kita tidak hanya
membutuhkan doa dan usaha, melainkan juga sahabat yang akan terus memberi
dukungan moriil untuk menggapai mimpi dan cita - cita.
Semoga kita semua para lulusan kampus tetap semangat dan berbenah menghadapi arus
perubahan dan kompetisi yang begitu berat. Tetap istiqomah dan berdoa agar kita
diberikan kekuatan untuk berkarya dan mengabdi.
1 komentar
Cerita singkat yang penuh makna! 😊
ReplyDelete