Membangun Aceh Singkil dari Pinggiran #1 : Danau Paris dengan Potensi Danaunya

By Si Anak Rimo - June 23, 2020



Danau Paris
Hanya anak bangsa sendirilah yang dapat diandalkan untuk membangun Indonesia. Tidak mungkin kita berharap kepada bangsa lain. – BJ Habibie


Kabupaten Aceh Singkil kini telah berusia 21 tahun. Sebuah usia yang cukup matang dalam membangun suatu daerah, namun masih belum sedewasa daerah lain yang ada di Aceh. Setelah melihat perjalanan panjang daerah ini, rasanya kita harus berani melakukan satu refleksi atas kondisi dan tantangan perkembangan zaman yang saat ini dihadapi dan dimasa akan datang. Salah satu yang ingin kita renungkan adalah tentang bagaimana konsep kita dalam membangun daerah pinggiran kabupaten ini.

Akhir tahun 2019 lalu, saat perjalanan ke dalam Suaka Marga Satwa Rawa Singkil, lama saya merenung dalam boat akan daerah pinggiran yang menjadi garda terdepan. Terbesitlah ide konsep membangun Aceh Singkil dari pinggiran. Konsep ini sebenarnya ada dalam Nawacita Presiden. Namun, butuh keberanian untuk berani menjalankan konsep ini. Dalam tulisan ini, kita akan membahas satu subtema dari tulisan berlanjut tentang Konsep Membangun Aceh Singkil dari pinggiran. Kebetulan daerah yang kita bahas kali ini adalah Kecamatan Danau Paris dengan segala potensi dan kekurangannya. 

Jika menilik nama kecamatan ini, tentu sebahagian kita akan bertanya kenapa nama daerah ini Danau Paris, dan jika benar alasannya karena daerah ini memiliki satu danau, lalu dimana letak danau itu. Hal ini sering menjadi pertanyaan yang saya dengar, namun karena saya sendiri tak pernah ke danau maka saya tak punya jawaban untuk menanggapi setiap pertanyaan itu. Alhamdulillah kemarin saya berkesempatan untuk turun langsung melihat dan mendokumentasikan kondisi danau, menjadi ikon daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara ini.

Danau Paris adalah satu dari sebelas ( 11 ) kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Singkil. Sebagai kecamatan yang berada di garis depan, daerah ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Manduamas, Tapanuli Tengah, Provinsi Sumut. Kecamatan ini memiliki luas 206,04 km2, dengan enam ( 6 ) jumlah desa. Ada desa Biskang, Lae Balno, Napa Galuh, Sikoran, Situban Makmur, dan Situbuh – Tubuh. Daerah ini merupakan salah satu daerah dengan jarak tempuh paling jauh menuju ibukota, yaitu 83 km. Walaupun jarak yang sangat jauh, namun kualitas jalan sangat bagus dengan aspal hotmix menuju ibukota kecamatan. Karena kondisi alam yang mendukung, sebahagian besar penduduk di kecamatan ini bermata pencaharian sebagai petani.

Setiap kali kita mengunjungi daerah perbatasan dan berada di pelosok Aceh Singkil, kami selalu mendapatkan semangat baru dari alam dan kondisi masyarakat sekitar. Walau masih sangat jelas sekali disparitas pembangunan, tak jarang daerah yang berada di pelosok dan terdepan ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dikembangkan. Jika melihat kondisi  pedalaman Danau Paris, sektor infrastruktur dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur, khususnya jalan adalah sektor antara yang menghubungkan berbagai macam aktivitas ekonomi masyarakat di pedalaman.

Beberapa hari lalu kami melakukan perjalanan ke satu danau di Danau Paris, inilah asal usul nama dari kecamatan ini. Sungguh kami merasakan semangat baru bahwa daerah ini punya harapan, yaitu semangat dari para pemuda dan masyarakat setempat yang ingin mengembangkan kawasan ini menjadi icon wisata dan ekonomi masyarakat. Danau Paris menjadi pilihan, danau terbesar ke 4 di Aceh dengan luas 58,51 ha dengan volume air sebesar 877,650 kubik.

Kenapa perlu menjadikan danau ini menjadi salah satu object pembangunan kedepan ?

Dalam ilmu pemasaran dikenal dua mahzab strategi pasar yang dikembangkan para pemasar, yaitu strategi mengikuti pasar  ( market driven strategy ) dan strategi menciptakan pasar ( market driving strategy ), dan kita memilih konsep menciptakan pasar. Daerah ini berada di jalur lintas menuju sumatera utara dan menuju sumatera barat, sebahagian besar masyarakat Aceh di bagian barat selatan yang melakukan perjalanan ke Sumatera Barat atau Sibolga lebih memilih jalan ini. Disamping itu kawasan ini juga memiliki lahan perkebunan kelapa sawit yang sangat luas. Potensinya beragam, selain memiliki air terjun, juga memiliki danau yang dapat digunakan untuk berbagai fungsi, menjadi lokasi wisata, perikanan, memancing hingga menjadi penjaga ketersediaan air di kawasan ini yang semakin kesulitan ditengah gempuran kelapa sawit. 

Jika melihat potensi yang ada, ada beberapa manfaat jika danau ini dikembangkan dengan memberikan akses jalan yang baik hingga sedikit pembangunan di Danau. Antara lain ; 

  1. Danau Paris adalah kecamatan yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumut. Bagaimana kondisi perbatasan sedikit banyak memberi gambaran kondisi suatu daerah. Jalur ini biasa digunakan untuk tujuan ke Sibolga dan Sumatera Barat. Jika selama ini tak ada alasan kita untuk berkunjung ke Danau Paris, selain urusan kantor atau menuju perusahaan, dan ke kebun sebahagian masyarakat.  Jika akses ke Danau ini bagus, setidaknya mereka yang melintasi daerah ini bisa singgah untuk melihat pemandangan dan menikmati kuliner.
  2. Danau ini bisa menjadi tempat masyarakat untuk memancing dan membuat tambak ikan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan dapat menjadi mata pencaharian dengan beternak ikan. Harapannya nantinya bisa ditaburkan benih ikan agar terjaga ketersediaan ikan ini. Apalagi saat ini jumlah masyarakat yang memiliki hobby memancing sangat besar. Dengan luas danau ini yang sangat luas, ini menjadi tempat yang menjanjikan.
  3. Danau ini dapat menjadi tempat masyarakat membuka warung kuliner nantinya, tentu akan terbuka lapangan kerja seiring waktu. Baik tukang parkir, warung di sepanjang jalan, dan menambah transaksi jual beli dll di sekitar kawasan danau.
  4. Danau ini harapannya dapat menjadi tempat yang menjaga kebutuhan air di kecamatan ini yang saat ini kesulitan ditengah gempuran perkebunan yang menggurita. 
  5. Dengan berkembangnya danau ini, tentu akan ada peningkatan jumlah masyarakat yang berkunjung ke kecamatan ini. Sedikit banyak ada memberi dampak ke sektor lain, baik dunia kuliner maupun perdagangan dll.

Ada salah satu permasalahan utama dalam mengembangkan danau ini, yaitu akses jalan yang masih sangat minim menuju lokasi danau. Kecamatan ini memiliki 4 perusahaan pendukung yang mengelilingi kawasan ini, dengan HGU yang sangat luas, selain itu daerah ini juga dulu dikenal sebagai penghasil kayu. Konsep membangun daerah ini harus menjadi agenda bersama antara pemerintah, swasta dan masyarakat setempat. Dalam beberapa diskusi masyarakat telah menyampaikan usulan lewat Musrenbang, namun setiap habis tahun anggaran program yang diusulkan tak pernah terlaksana. Jika tak salah jarak menuju danau dari pinggiran jalan besar tak sampai 4 km, namun dengan kualitas jalan yang sangat buruk. Sangat sulit ditempuh dengan kendaraan matic.

Konsep pembangunan ini ada dalam Nawa Cita ( Sembilan Agenda ) dan konsep membangun dari pinggiran ada para urutan ke tiga yang berbunyi,  

“ Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan

Konsep tersebut, sangat menarik untuk ditinjau dari berbagai perspektif ilmu ekonomi regional, konsep tersebut menjadi istimewa karena tergolong amat langka dan amat jarang didiskusikan dalam forum forum akademis. Seperti kita tahu, bahwa Mahatma Gandhi membebaskan India dari belenggu kolonial Inggris, antara lain melalui Swadeshi. Gandhi mendorong kemandirian ekonomi lokal, bahwa sampai tingkat desa. Gandhi memutarbalikan konsep produksi kolonial Inggris yang cenderung tersentral, padat modal, terindustrialisasi dan mekanis.

Pembangunan tidak lagi terpusat di perkotaan (sentralisasi), melainkan harus dilakukan menyebar di seluruh pelosok Indonesia (desentralisasi). Pada hakikatnya, pembangunan daerah merupakan kewenangan dari pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota, sedangkan pemerintah berfungsi sebagai motivator dan fasilitator dalam percepatan pembangunan daerah tertinggal. Namun demikian, pembangunan daerah tertinggal tidak mungkin berhasil tanpa dukungan dan kerja keras para pemangku kepentingan (stakeholders) masyarakat setempat. Setiap daerah tidak harus sama dalam melaksanakan pembangunan, perbedaan dalam pembangunan memang perlu dilakukan, demi mengakomodir karakteristik dan kemampuan masing-masing wilayah.

Membangun daerah pinggiran, bukan saja terkait kewilayahan atau geografis daerah-daerah yang berdekatan dengan perbatasan daerah tetangga, tetapi juga soal manusia yang terpinggirkan dan kurang mampu secara ekonomi. Pinggiran juga menunjukan kondisi masih minimnya pembangunan di wilayah tersebut. Hal ini, sebagai dampak dari pembangunan yang selama ini hanya menitikberatkan pada kawasan perkotaan, yang dianggap sebagai pusat pertumbuhan. Untuk mendukung peningkatan pembangunan fisik di daerah, Pemerintahan Jokowi meningkatan anggaran transfer ke daerah dan Dana Desa dari tahun ke tahun. Peningkatan alokasi Dana Desa secara bertahap ini, sekaligus untuk memenuhi amanat UU Nomor 6 Tahun 2017 tentang Desa.


Kenapa ini menarik dan sangat menjanjikan untuk dilaksanakan ? Kondisi daerah yang berada di perbatasan juga tak kalah dari daerah perkotaan yang sebetulnya minim keindahan alam. Tadi kami berkeliling dan berkunjung menyusuri satu danau di Kecamatan Danau Paris, pastilah saya takjub dan bahagia bahwa kehadiran semangat di generasi muda daerah ini sangat saya rasakan sekali. Belum lagi mereka iuran biaya untuk ide mulia mereka ini.

Danau Paris ini termasuk daerah yang sangat sabar dalam menyikapi porsi pembangunan yang jika kita boleh jujur belum menyentuh urat - urat ekonomi dan pembangunan. Namun, tak menjadi masalah, tak lama lagi konsep untuk menghidupkan ekonomi kerakyatan ini akan digagas oleh pemuda - pemudi disana untuk mengajak semua pihak sama - sama membangun Danau Paris dengan segala keterbatasannya. Jika selama ini warga daerah pinggiran yang berbelanja dan menghabiskan uang ke pusat keramaian atau ke ibukota, sudah juga saatnya sesekali kita berlibur atau memancing ke desa di pinggiran agar roda ekonomi itu berdampak ke mereka. Apalagi tadi saya melihat perkebunan orang luar yang sangat luas, yang bisa dipastikan putaran uangnya hanya berdampak kecil ke masyarakat sekitar. Tak jarang pemilik kebun luas ini belum pernah ke desa ini, atau hanya sekali saat survey pembelian lahan dulu.


Danau Paris ini tak hanya menjadi pintu masuk kabupaten tercinta ini, tapi menjadi wajah daerah karena berbatasan langsung secara geografis dan kultur dengan provinsi tetangga. Ada beberapa daerah pinggiran lain yang tak kalah jika dikembangkan, Ada Pulau Banyak & PB Barat, Suro, Kuta Baharu, Rawa Singkil dengan masyarakatnya dan Danau Paris. Saya menilai bahwa daerah ini tak kekurangan variabel dalam pembangunan, sehingga kolaborasi semua pihak insya Allah akan memberi warna baru nantinya, tak hanya dunia pariwisata, tetapi yang lebih penting adalah dampak ekonomi yang dirasakan rakyat nantinya. Pilihan jalan ini tak mudah, namun memiliki multi effect yang akan mempercepat peningkatan kesejahteraan dll suatu daerah.



  • Share:

You Might Also Like

5 komentar

  1. Artikel nya menarik dan mantap..
    Sinak rimo.berkarya

    Jgn lupa klik
    Web anak bukitbharapan https://www.pkbm-alfatih.online

    Menyajikan informasi dan artikel menarik

    ReplyDelete
  2. ayo daftarkan diri anda di AJOQQ :D
    menangkan jackpot dengan sebanyak-banyaknya :D
    WA;+855969190856

    ReplyDelete
  3. Luar biasa semoga sukses terus

    ReplyDelete