Kisah di Lampuuk & Rumoh Aceh

By Si Anak Rimo - June 21, 2012

Matahari nan indah mulai terbit dalam dinginnya pagi ini.kamar berantakan dan tubuh ini terasa panas tak tau kenapa,ku gerakkan tubuh yang lemah ini mengambil handuk untuk terus bergegas menuju kamar mandi. Kami sudah janji bahwa besok pagi pagi sekali harus kumpul jam 7 untuk pergi jalan – jalan bersama teman kecil dan sekolah dulu. Kendala banyak sekali menghampiri saya dan teman teman mulai dari kereta yang kurang, helm, dan banyak lagi yang membuat kami sedikit kebingungan.

Saya bersama dengan teman saya Andre Liska, Amalia Masturah, Rika Widya Sari, Cut Indri Puspita, Wahyuni mulai bergerak menuju pantai lampuuk pada pukul sembilan pagi. Tubuh ini terasa terbakar oleh panasnya sinar matahari yang semakin panas, beberapa kali kami berpisah dalam perjalanan karena ternyata wanita – wanita ini seperti pembalap yang sudah lama berkiprah.

Di perjalanan yang panjang ternyata kami harus melewati satu rintangan yaitu bocor ban yang dibawa oleh rika dan yuni,kami harus menunggu dan membawa kereta yang bocor tadi. Cukup lama kami menunggu kereta itu selesai dan kami pun mengisi waktu menunggu dengan bercerita seputar info terbaru dunia kampus. Banyak cerita lucu dan aneh yang kami ceritakan bersama.Aku sulit sekali menuliskan terlalu detail cerita perjalanan yang mengesankan ini, banyak cerita yang bisa dikenang nanti ketika rambut ini sudah mulai putih dan tubuh ini tak sekuat muda lagi, dan ini akan terus tersimpan dalam memori ingatan.

Kami memilih babah dua untuk tempat kami berlabuh melepaskan kepenatan karena panasnya sinar matahari, kulit ku yang hitam ini terasa semakin menghitam, tetapu tak palah karena biar nampak kayak orang india sekalian ja. Tak kami sangka kereta yang kami tambal tadi kembali bocor dan harus segera di tambal kembali, terkadang kami merasa aneh sekali dengan kejadian itu, saya dan andre langsung membawa kereta tadi ke bengkel kembali dengan langsung menganti ban luar dan ban dalam, sebenarnya kami bisa membawa kereta ku tetapi karena kereta ku sedikit sudah untuk anak cewek maka kami tukar dengan seorang teman yang punya kereta beat. Eh malam begini jadinya, berharap akan lebih baik ternyata kami harus bolak balek ke bengkel, aku berpikir bahwa kami harus sabar dan ikhlas mungkin karena kami kurang sedekah kali, ustadz yusuf mansur sering membahas bahwa segala kejadian ada hubungannya dengan sedekah kita.



Hari lupa bahwa disana tak ada yang menjual makanan karena kami datang bukan pada hari libur  dan kami harus kembali ke pantai lampuuk yang penuh dengan keramaian di kerumunan pondok pondok.

Sesampai di pondok yang sejuk kami langsung memesan minuman dan membuka tas mengambil makanan yang kami bawa, kami semua langsung makan kecuali andre yang lebih dulu makan dia karena katanya sudah sangat lapar, lucu sekali kami melihat pemandangan di belakang kami, dua pasang anak muda bermesra mesraan tampa berpikir kami ada di depan mereka.

Selesai makan kami shalat dan langsung berjalan jalan di tepi pantai dengan sebuah kamera yang tergantung di badan, kami duduk bersama dan berdiri untuk mengambil gambar bersama yang ingin kami jadikan sebuah kenangan kecil, kami saling gantian dalam mengambil gambar supaya semua dapat. Bermacam gaya sudah kami lakukan untuk menambah keren foto kami supaya tidak terlihat begitu begitu saja, mulai memakai kaca mata sampai gaya cherry bell dll.

Pukul 3 siang kami langsung meninggalkan pantai lampuuk yang terkenal karena kejernihan air dan pemandangannya yang indah. Kami beranjak bergerak menuju rumoh aceh yang jaraknya sekitar 6 kilo meter kalau tidak salah. Dengan baterai kamera yang satu titik lagi kami memacu kendaraan dengan balap, 3 motor terasa saling mendahului seperti dalam sirkuit balap melewati banyaknya kendaraan yang berlulu lalang dalam hangatnya matahari.



Sesampai di Rumoh aceh kami langsung membeli tiket untuk masuk yang harganya sangat murah yaitu 750 / orang. Dengan hati sedikit bimbang kami masuk dan mulai menelusuri ruang ruang yang ada, kami banyak sekali melihat benda benda sejarah bangsa aceh yang terkenal sampai kedunia luar, melihat dengan penuh seksama dalam indahnya susunan benda benda itu. Tak lupa kami untuk mengambil gambar bersama di rumoh itu mulai dari peralatan dapurnya sampai ke peralatan kamar. Saya kagum dan semakin cinta akan bangsa aceh ini yang punya sejarah indah nan penuh dengan kisah heroik.

Berhubung camera yang kami bawa kehabisan baterai kami pun sepakat untuk pulang, lagian kami juga belum shalat ashar ketika itu maka kami bergegas pulang ke kos masing masing. Perjalanan ini sungguh menarik dan penuh dengan pelajaran yang bisa membuat ku semakin dewasa, bisa berkumpul dengan teman – teman lama yang jarang sekali berjumpa walaupun kami satu kampus.
Terimakasih ya atas kisah yang kalian torehkan hari ini

  









Maaf tak banyak yang bisa rahmad ceritakan dan fotonya ndak banyak yang di upload karena masih capek kali ni serta sinyal lemah dan tak mau buat panjang sekali takut bosan yang baca.

Ditulis Oleh Rahmad Hidayat Munandar

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar