Diskusi Hangat Tadi Siang tentang " Indonesia Mengajar "

By Si Anak Rimo - August 13, 2016



Tadi siang handphone ku terus bergetar, ternyata ada diskusi hangat membahas sebuah tulisan dari seorang aktivis lingkungan tentang persepsinya akan Gerakan Indonesia Mengajar.  Di malam yang dingin ini izinkan saya menuliskan rasa terima kasih saya atas tumbuh kembangnya sebuah gerakan yang hadir untuk melunasi janji kemerdekaan negerinya, tulisan ini bukan untuk menanggapi tulisan tadi siang yang hangat kita diskusikan di grup, saya menuliskan ini hanya untuk mengisi malam yang sunyi di pinggiran kota di tepi sungai Brantas. Udara dan angin yang berhembuh membuat jari – jari ini terus menari diatas sebuah laptop tua. 

Indonesia Mengajar, sebuah gerakan yang di inisiasi oleh Mas Anies Baswedan di pertengahan tahun 2009, izinkan saya meriview sedikit tentang lahirnya ikhtiar kolektif untuk melunasi janji kemerdekaan ini. 

 

Kisah ini bermula Saat Mas Anies Masih menjadi Rektor Universitas Paramadina, Waktu itu dipertengahan tahun 2009 Mas Anies berdiskusi santai dengan beberapa teman akrabnya, berbagai hal mereka diskusikan dan akhirnya terbesit ide dari beliau untuk ambul bagian mencerdaskan kehidupan bangsa. Begini kira kira diskusi singkat itu,

 “ Bagaimana jika kita kirimkan generasi muda terbaik untuk mengajar ke pelosok negeri sana,  ujar Mas Anies. Lalu salah satu teman beliau berkata, “ Mana mungkin ada anak yang mau dikirimkan ke pelosok sana yang jauh dari kemajuan apalagi untuk mengajar “. Mas Anies mencoba bercerita kembali tentang suksesnya program PTM tahun 1950 oleh Pak Koesnadi, mantan Rektor UGM, akhirnya ide besar itu disepakati dan bersiap untuk dikembangkan kembali lewat diskusi yang lebih besar. Mas Anies pun menelpon temannya yang memang ahli dalam bidang ini, Ia adalah Pak Hikmat Hardono.

“ Mat ketemuan yok “ ? mana panggilan untuk Pak Hikmat Hardono, Bukan rahmat ya hehe

Akhirnya mereka berdua diskusi panjang dan sepakat untuk menjadikan ini ide bersama.  Mereka mencoba menghubungi beberapa teman yang memang punya finansial cukup dan menjelaskan ide ini, tanggapan mereka seluruhnya positif dan mengatakan ini ide baik mari kita teruskan. Tim pun dibentuk untuk menyiapkan segala hal yang dianggap perlu guna perjalanan gagasan ini. dimulailah sosialisasi ke kampus – kampus, mulai dari UI, UGM, ITB dst. Tak disangka ternyata antusias begitu besar untuk menyambut ide ini, antusias ini membuat tim semakin bersemangat lagi membesarkan ini. 

Saat itu belum ada nama untuk ide ini, pembahasan lebih difokuskan ke teknis dan hal besar seperti menentukan tingkatan sekolah yang jadi target dan berapa lama waktu program, Masalah dana belum menjadi hal mendasar. Akhirnya setelah melakukan perjalanan panjang keliling ke berbagai kampus, dengan jumlah yang mengirimkan essay ribuan orang maka dipilihkan 40 an PM “ Pengajar Muda “  jika saya tak salah. Bolehlah saya menyebutkan para pengajar muda itu, sungguh angkatan pertama ini menjadi bukti bahwa persepsi bahwa anak muda itu bersifat apatis terhadap lingkungan, tak peduli kondisi bangsa, materialistik, dll, semua terbantahkan. 

Izinkan saya menyebutkan salah satu pengajar muda yang tutur kata dan idenya itu selalu saya suka, Mbak Ayu Kartika Dewi. Beliau itu adalah salah satu lulusan terbaik Fakultas Ekonomi di kampus Airlangga, Surabaya. Mendapat berbagai beasiswa dan perhargaan bergensi di berbagai tingkat yang saat itu sudah berkerja sebagai menager salah satu perusahaan asing multi nasional di singapura yang mengurusi urusan perminyakan di wilayah asia bagian tenggara dan barat kala itu. Tak terbayang betapa mewahnya hidupnya dan berlimpahnya gaji Mbak Ayu. Suatu saat dia ditanya kenapa Ayu ingin mengajar dan meninggalkan itu semua ? sejak kecil ia tumbuh dan besar dalam lingkungan yang baik, ia mendapatkan akses pendidikan dari negara sehingga ia bisa sesukses ini. dia belum bisa menjawab jika ditanya apa yang sudah ia berikan untuk negeri ini, maka saat itu ia putuskan untuk berhenti dan menjadi pengajar muda dan di tempatkan di Halmahera Selatan. Ia ingin membalas semua kebaikan negeri ini yang telah memberikan segalanya hingga tumbuh menjadi pribadi yang world class competition, ia ingin menambahkan satu lagi yaitu rasa cinta kepada tanah air di tataran akar rumput, menumbuhkan rasa Indonesia itu di dalam hati atau “ Gressroot understanding “ melalui Indonesia Mengajar.

Tak hanya Mbak Ayu, hampir seluruh PM itu meninggalkan kehidupan nyaman dengan gaji besar, mulai dari yang jadi menager di Bank Mandiri, berkerja di Inko dan berbagai perusahaan ternama di Tanah Air. Biarlah sampai disini saya tuliskan salah satu kisah PM yang saya berharap di lain kami bisa bertemu, ada hal yang ingin saya pelajari nantinya dari Mbak Ayu. 

Alhamdulillah berkat rahmat Allah, Indonesia Mengajar tumbuh besar menjadi sebuah gerakan kolektif untuk sama sama mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk mempermudah urusan teknis dan pekerjaan di lapangan maka dijadikanlah Indonesia Mengajar sebuah yayasan. Indonesia Mengajar bermitra dengan banyak personal dan perusahaan diantaranya, PGN, CHEVRON, GARUDA, PERTAMINA, BANK MANDIRI, BNI, BFI, INDOSAT, JNE dll. Sungguh banyak sekali dan tentu tak akan cukup jika saya tuliskan dalam satu halaman ini.

Tak pernah ada yang menyangka bahwa IM akan sebesar dan bergerak semasif ini di berbagai penjuru negeri, ia lahir untuk sebuah rasa cinta pada negerinya yang kemudian menumbuhkan cinta dan optimisme sehingga melahirkan ide baru seperti Indonesia Menyala, kelas Inspirasi. Lihat di berbagai daerah telah lahir, Lampung Mengajar, Papua Mengajar, Banten Mangajar, Turun Tangan Aceh Mengajar, dan banyak lainnya. Tak terhitung berapa puluh dan ratus kota dan kabupaten yang melaksanakan kelas inspirasi. Jika bukan cinta kepada negerinya dan semangat untuk melunasi janji kemerdekaan, apa lagi coba yang bisa menggerakan ini ?. Bukan Materi apalagi Kedudukan dan Ketenaran titik. Dan sahabat di grup inilah yang menjadi bukti bahwa semua itu karena Indonesia Sang Tumpah Darah.

Semua ini dihadirkan bukan untuk membesarkan seorang nama atau Indonesia mengjar itu, melainkan untuk membesarkan bumi pertiwi ini dengan sumber daya manusia yang World Class Competition Dan Gressroot Understanding. Sahabat semua pasti sudah tau bagaimana marak dan besarnya semua gerakan itu di lingkungan kita. Ratusan Pengajar Muda telah dikirimkan, ribuaan orang tergerakkan, jutaan insan merasakan dan insya allah ini semua akan membawa Masa depan Indonesia menjadi lebih baik.

Jika ada yang bertanya kenapa namanya Indonesia Mengajar ?

Tentu pendiri dan tim mengetahui secara pasti, karena mereka yang dikirimkan untuk mengajar di pelosok sana ialah pengajar, karena mereka bukan guru dan hanya setahun menjadi pengajar. Sebahagian besar dari mereka bukan yang kuliah di keguruan lo. Jelas saja nama ini berkorelasi dengan tujuan gerakan ini. Indonesia Mengajar tumbuh laksana akar, akar adalah bagian tubuh tanaman yang paling tidak terlihat, namun justru paling kokoh dan berperan besar dalam menunjang kehidupan tumbuhan tersebut. Tujuannya hanya satu, mencarikan air untuk proses kehidupan. Ia gigih, tak berhenti meski dihadang batu atau jurang yang menganga. Dengan segala keyakinan, ia menembus, meliuk, mengantung, memutar, dan berjuta cara lainnya agar tiba di tempat air berkumpul. Akar begitu menjalani perannya dengan bersungguh-sungguh. Penuh tanggung jawab tanpa jumawa dan jauh dari gemerlap di berbagai media. Wajar saja Masih ada yang berpikiran sinis karena rintangan dan cobaan itu adalah warna yang membuat indah gerakan ini. jika ada yang berpikir bahwa Mas Anies terkenal karena media atau apapun itu yang berhubungan dengan media lain, Salah. Ia tumbuh karena karya dan gagasan yang terus ia jaga. 

Keberhasilan IM mengimplementasikan programnya--di 127 titik di 17 kabupaten dari Aceh sampai Papua Barat diakui berbagai lembaga dunia karena keberhasilannya melihatkan langsung berbagai elemen dalam implementasi gagasan. bahkan saat ini telah banyak daerah baru sampai ke PM 13 ini dan Indonesia mengajar tidak hanya menginspirasi anak negeri, melainkan negeri lain nun jauh disana.

Satu hal lagi, izinkan saya bercerita sedikit betapa semangat dan optimisme itu terus tumbuh di negeri ini. Kita semua mengetahui betapa sulit hidup di pelosok sana, terkadang bukan hanya akses yang sulit menjadi tantangan tetapi juga nyawa taruhannya. Beberapa calon pengajar muda bahkan sampai rapat keluarga besar karena ketidaksetujuan atas pilihan putra – putrinya mengambil kehormatan ini. tapi lihatlah, interakasi dan sosialisasi itu secara tak langsung terbangun, semakin banyak pihak yang tau gerakan ini. ini menandakan bahwa ibu kita Masih melahirkan pejuang, ya mereka pejuang. Mereka bahkan ada yang berada di daerah basis racun dan begal, Masyarakat yang keras dll. Lengkaplah, kata teman yang menjadi PM di kalimantan, terkadang tugas PM itu diluar batas kemampuan manusia lo.

Mohon maaf jika saya bercerita hal ini, saya punya mimpi untuk berkeliling Indonesia atas satu mimpi yang terbangun sejak lama. Di tanah kelahiran saya nama Anies itu samakin terdengar ramai bukan karena ia seorang menteri, tetapi karena ide dan gagasannya yang kami hadirkan disana. ada juga karena saya adalah anak turun tangan dan pernah menjadi tim sukses untuk beliau beberapa tahun lalu. Jauh sebelum beliau menjadi menteri pun, nama Indonesia mengajar dan turun tangan terus saya sosialisasikan, beberapa bulan lalu saya bersyukur diberikan kemudahan oleh Allah untuk berkeliling di seputaran Jawa Tengah dan Jawa Timur, tak jarang teman teman meminta saya untuk bercerita tentang ide Mas Anies dan Indonesia Mengajarnya. Suatu kehormatan bagi saya kala itu walaupun sesekali terpikir emang aku juru bicara ya hehe. Bahkan di pedalaman Jawa Tengah ada yang bilang begini juga sih, Anies iku sing ngajar di pelosok iku kan anggotane. Aku pun menjawab sambil tersenyum manis gitu.

Mudah sekali rasanya mencari saudara baru lewat ide dan gagasan, di beberapa tempat saya mendapat teman baru karena ia adalah pengajar muda, pegiat kelas inspirasi atau anak turun tangan. Bahkan beberapa teman bertanya dan meminta untuk bagaimana sih cara membuat turun tangan di kampung sendiri, kami pun berdiskusi Bukan sekali dua kali saya menemukan itu, ya hampir di berbagai kota dan kabupaten. Betapa bahagia aku waktu itu bahwa ide dan gagasan ini ternyata masif sekali, semakin menambah optimisme ku walaupun waktu itu aku sempat sedih karena gagal di DA Indonesia Mengajar. Di kampung ku, satu persepsi yang terbangun ialah, menjadi relawan adalah suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri bukan pengorbana. Aku pun bebas bergerak sejak saat itu dan di dukung orang tua. 

Suatu kebahagiaan bagi saya bisa satu grup dengan semua teman teman dan purna pengajar muda Kak Anggun, Kak Deasi, Kak Mona dan Pejuang lainnya di grup ini yang bergerak di bidang dan tugas Masing Masing. Walaupun Masih belum berhasil menjadi Pengajar Muda, tapi aku bahagia pernah mencoba dan Insya Allah akan terus menjadi bagian dari Gerakan ini.


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar