Kumpulan Ide #6 : Membangun Kampung Inggris kecil di Aceh Singkil

By Si Anak Rimo - June 19, 2018


Suasana Belajar
Beberapa hari terakhir, saya kembali teringat tentang sekelumit kisah sewaktu berada di Kampung Inggris, Kediri. Sebuah tempat dimana kita akan bertemu dengan banyak anak muda dari berbagai daerah untuk belajar bahasa inggris, sebuah tempat yang menyediakan ratusan tempat belajar bahasa inggris sehingga kita diberi banyak pilihan untuk memililih tempat belajar yang kita suka. Tempat ini memberikan nuansa belajar yang sangat nyaman untuk mereka yang haus akan ilmu. Ada satu hal yang ingin ku tuliskan malam ini, sebenarnya ini salah satu impian terbesar saya untuk kampung halaman. Kenapa ini menjadi salah satu mimpi terbesar untuk kampung halaman, karena saya merasakan betapa penting kemampuan bahasa inggris dalam menghadapi perubahan zaman dan tantangan kerja yang terus berubah. 

Bagaimana menghadirkan nuansa Kampung Inggris di Aceh Singkil sehingga geliat pembangunan sumber daya manusia berjalan baik dalam mempercepat kamajuan Aceh Singkil. Sumber daya manusia yang kompeten merupakan salah satu kunci kemajuan suatu daerah, kini sumber daya alam bukanlah jaminan suatu daerah akan maju. 

Sebelum saya menuliskan mimpi ini, saya akan mencoba bercerita sedikit tentang pentingnya kemampuan bahasa inggris bagi generasi muda.

*******

Di era global sekarang ini, terjadi perubahan yang begitu besar di berbagai belahan dunia. Mulai dari perdagangan bebas antar negara, tidak adanya lagi batas yang memisahkan berbagai negara, sehingga dibutuhkan bahasa pengantar yang memudahkan seluruh interaksi tersebut. Indonesia sebagai negara besar merupakan pasar ekonomi yang besar dan akan menjadi salah satu negara dengan ekonomi besar nantinya, sehingga banyak lahir perusahaan – perusahaan besar di berbagai daerah, dan tentunya setiap pekerja dituntut untuk menguasai bahasa asing, bahkan saat ini merupakan suatu keharusan yang dimiliki para pencari kerja. 

So, idenya tidak rumit kok. Mimpi ini sebenarnya lahir dari pengalaman pribadi saat melanjutkan kuliah dan mencari beasiswa. Seluruh lembaga penyedia beasiswa dan kampus mengharuskan standart bahasa inggris calon mahasiswanya, waktu itu saya harus mengikuti tes berulang - ulang untuk mendapatkan score yang bagus.

Lantas, gimana cara membawa nuansa kampung inggris di Aceh Singkil ?

Sebenarnya saya mau menuliskan ide ini untuk membawa nuansa Kampung Inggris di Kota Rimo, namun karena akan membutuhkan dukungan dari pemerintah maka lebih baik dan tepat ide ini lebih diluaskan untuk cakupan satu kabupaten. 

Suasana belajar di Kampung Inggris tidaklah semewah yang banyak orang pikirkan, nuansa belajar disana sangat sederhana dan penuh kenyamanan karena di dukung lingkungan yang sejuk dan penuh dengan pepohonan. Bahkan berbagai lembaga belajar itu memiliki ruang kelas yang berdinding papan dan beratap rumbia, namun esensi belajar itu hadir dan sangat terasa bagi kita waktu itu. Opsinya sih ada dua, Pemerintah Kabupaten mengambil peran atau pihak swasta yang membuka tempat kursus di Aceh Singkil.

Aceh Singkil memiliki potensi pariwisata yang sangat menjanjikan, sehingga kemampuan bahasa inggris masyarakatnya dalam menunjang kunjungan wisatawan sangatlah diperlukan. Saya berpikir ini penting banget untuk daerah dan juga untuk meningkatkan kemampuan generasi muda.

Saya merasa pemerintah daerah di Indonesia ini perlu melakukan study banding dalam melihat keterlibatan masyarakat dalam membangun dunia pendidikan yang berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat. Tentu kita tidak mempelajari sistem pendidikan seperti kunjungan ke luar negeri atau kampus - kampus, melainkan belajar membangun pendidikan dari sudut - sudut desa.

Pemerintah daerah dapat mengutus dinas / instansi terkait dengan dunia pendidikan bersama dengan Bapedda untuk berkerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan bahasa inggris disana untuk mengirimkan tenaga pengajar berkompeten yang akan ditugaskan di Aceh Singkil. Saya merasakan banget betapa tenaga pengajar di Pare itu sangat berkualitas. Kita tentu tidak dapat menciptakan suasana seperti kampung inggris dalam waktu singkat, tetapi butuh waktu dan proses yang panjang. Rata - rata gaji para pengajar disana itu sesuai UMR atau mengikuti sistem di lembaga les kok, tidak terlalu besar dan tidak juga terlalu rendah, tapi jika pengajar tersebut memiliki banyak kelas dan jam mengajar, tentu penghasilannya akan lumayan. Kita lanjutkan cerita ini ya!

Andai pemerintah dalam kerjasama ini meminta tenaga pengajar sejumlah 15 pengajar, tentu kita akan menuliskan durasi waktu dan kebutuhan daerah. Karena setiap lembaga les di Pare itu punya kelebihan tersendiri, ada tempat les yang unggul dalam speaking, listening atau grammar dll. Pemerintah bisa menyusun kebutuhan ini terlebih dahulu nantinya. Kemudian kita membagi Aceh Singkil menjadi 5 zona tempat pendidikan, yaitu Pulau Banyak, Singkil, Singkohor, Simpang Kanan dan Gunung Meriah. Untuk wilayah kepulauan akan berada di Pulau Balai, Kota Baharu dan Singkohor berada di Singkohor, untuk Danau Paris, Suro akan berada di Lipat Kajang, Singkil Utara dan Kuala Baru serta Singkil berada di Singkil, dan Gunung Meriah berada di Rimo. Kenapa ini harus dibagi zona ? karena sulit rasanya mengharapkan keterlibatan masyarakat dalam menunjang pendidikan jika jarak menjadi salah satu permasalahan utama. Namun, jika kita kesulitan untuk membuka zona yang begitu banyak, kita dapat membagi menjadi 2 zona yaitu zona Singkil dan zona Rimo terlebih dahulu.

Apakah tempat belajar ini harus gedung ? Tentu tidak, saya akan coba mengirimkan gambar salah satu tempat saya pernah belajar waktu itu. 







Ruang Belajarnya simple kan ?

Anak - anak yang nanti belajar akan dibagi sesuai dengan materi saja, sehingga akan ada kolaborasi terhadap anak muda yang belajar. Bagaimana mekanisme belajar nantinya tentu para pengajar akan lebih paham. So, lantas lulusan bahasa inggris yang ada di Aceh Singkil bagaimana ? Mereka akan terlibat dan akan meneruskan program ini nantinya karena para pengajar yang berasal dari Kampung Inggris tentu tidaklah akan selamanya berada di Aceh Singkil. 

Sampai saat ini bahasa inggris masih menjadi salah satu permasalahan bagi setiap anak muda yang akan melanjutkan kuliah maupun mencari kerja, banyak yang mengalami kesulitan karena tidak memiliki score toefl yang baik. Tentu ini disebabkan banyak faktor, ada yang karena berasal dari daerah pelosok, tidak adanya akses belajar bahasa inggris secara konprehensif dll. Mereka yang nantinya ingin mengikuti tes Polri atau TNI, IPDN atau pun masuk kerja bisa belajar di tempat ini, terlebih tidak akan kesulitan karena berada di kampung sendiri. Gerakan ini harus menjadi budaya agar mereka yang belajar akan merasa proses ini adalah salah satu fase up grade diri sebelum mengejar mimpi. 

Kita berharap kehadiran program ini akan menjadi gerakan nantinya, sehingga ketika program ini telah selesai, baik akan dilanjutkan maupun tidak, kita telah melakukan regenerasi pengajar terhadap aktor lokal yang berasal dari pemuda Aceh Singkil. Lantas, kita telah mempersiapkan berbagai pembekalan terhadap peningkatan sumber daya manusia, dan semua ini juga membutuhkan ruang kompetisi dengan mengadakan berbagai macam event atau kegiatan lain yang dapat menjadi wadah dalam mengaplikasikan segala ilmu yang telah dipelajari.  

Oa, sebenarnya program ini dapat dilaksanakan oleh pihak swasta atau penggerak pendidikan yang telah memiliki lembaga kok. Tetapi, dalam membangun suatu budaya di tengah masyarakat sangat penting kehadiran pemerintah, apalagi jika membutuhkan biaya yang lumayan untuk pembangunan. Namun, jika mimpi ini terlalu besar, setidaknya di Kota Rimo ada lahir nantinya tempat lembaga belajar / les terhadap generasi muda di Aceh Singkil. Tak perlu besar, setidaknya lembaga ini menyediakan kursus untuk berbagai mata pelajaran yang ada di sekolah, ataupun untuk meningkatkan soft skill anak muda dalam mengejar masa depan. Semoga. Baca juga Sekilas Tentang Kampung Inggris

  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. idenya menarik. karena rimo atau kabupaten Aceh Singkil memang membutuhkan kemampuan bahasa inggris bila ia ingin mengembangkan wisata. terutama wisata rawa dan pulau banyak.

    ada kasus yang terjadi kala saya dan keluarga ke pulau Balai. saat itu seorang bule kebingungan karena tasnya langsung dibawa oleh boat keliling keliling pulau balai. si bule ini panik dan mulai bertanya ke sana sini dengan bahasa inggris. sayangnya, hampir tak ada yang berani menyahutinya dalam bahasa yang sama dan menjelaskan mengapa boat tersebut membawa tasnya keliling pulau.

    akhirnya, saya yang juga sedang menunggu boat datang, berusaha menjelaskan setahu saya kepada bule tersebut, hingga akhirnya ia kembali tenang dan duduk di dermaga.

    Nah, ini kasus kecil, tapi dampaknya cukup signifikan dan bahaya.

    oh iya, jika ingin belajar mengenai pariwisata berbasis desa, bisa belajar di desa Nusa- Aceh Besar. nggak perlu ke luar negeri. karena saya yakin, Kabupaten Aceh singkil belum mampu untuk membiayai aparatnya keluar negeri :)

    Salam

    ReplyDelete