Setiap negara dan kota pasti memiliki sejarah atas berdirinya kota
itu, kisah yang melatarbelakangi sangat beragam, mulai dari nama kota yang berkaitan dengan sang penemu,
karakteristik wilayah hingga jejak lain yang dapat menjadi dasar penyebutan
nama. Seperti Kota tapaktuan, ditemukannya bekas tapak manusia yang sangat
besar, sehingga diberi nama Tapaktuan, tapak seorang tuan yang mendiami daerah
itu.
Sebagai anak Singkil, kita harus mengetahui sedikit sejarah akan
kota ini, tak harus menjadi sejarawan kok, setidaknya kita mengetahui sedikit
asal usul nama daerah kita. Singkil merupakan salah satu daerah yang memiliki
sejarah panjang di Provinsi Aceh. Sebenarnya nama daerah ini adalah Singkel,
namun sejak 1978 berubah menjadi Singkil. Asal kata Singkel memiliki banyak
cerita yang mendasarinya, mulai dari tulisan yang terdapat dalam “ Monumenta
Cartographico “ tentang Sinckel dan sudah ada dalam peta Petrus Plancius di
tahun 1592 M.
Menurut cerita di masyarakat, nama Singkel itu berasal dari sebuah kisah
seseorang lelaki yang baru saja berumah tangga, namanya Sokan yang tinggal di Cingkam, sebuah kemukiman Tanjung Mas, daerah ini tepat berada di pinggiran aliran sungai Lae
Cinendang. Dahulu itu, pemukiman dan kehidupan masyarakat banyak di pinggiran - pinggiran sungai, selain karena sungai menjadi satu - satunya jalur transportasi antar desa dan kerajaan untuk melakukan perdagangan, sungai juga menjadi sumber kehidupan untuk bertani.
Si Sokan pun berkerja mencari minyak “ Umbil “ yaitu getah kayu kapur untuk dijadikan kapur barus. Sokan mencari kapur barus di tengah hutan selama berhari – hari, ketika dirasa sudah cukup, Sokan pun pulang ke kampung dan melanjutkan perjalanan ke muara dari sungai besar Lae Cinendang di Singkil yang diketahui memiliki banyak bandar untuk membeli rempah – rempah masyarakat. Karena Sokan tidak mengerti bahasa syahbandar yang kebanyakan merupakan orang asing, Sokan hanya mengatakan “ Sekkel “, dalam bahasa Singkil, sekkel berarti mau atau suka. Orang asing itu pun sebenarnya tidak mengerti bahasa si Sokan, namun karena suka dengan barang bawaan sokan, orang asing itu pun membeli barang milik Sokan karena kapur barus yang berkualitas.
Si Sokan pun berkerja mencari minyak “ Umbil “ yaitu getah kayu kapur untuk dijadikan kapur barus. Sokan mencari kapur barus di tengah hutan selama berhari – hari, ketika dirasa sudah cukup, Sokan pun pulang ke kampung dan melanjutkan perjalanan ke muara dari sungai besar Lae Cinendang di Singkil yang diketahui memiliki banyak bandar untuk membeli rempah – rempah masyarakat. Karena Sokan tidak mengerti bahasa syahbandar yang kebanyakan merupakan orang asing, Sokan hanya mengatakan “ Sekkel “, dalam bahasa Singkil, sekkel berarti mau atau suka. Orang asing itu pun sebenarnya tidak mengerti bahasa si Sokan, namun karena suka dengan barang bawaan sokan, orang asing itu pun membeli barang milik Sokan karena kapur barus yang berkualitas.
Akhirnya Sokan pun kembali ke kampungnya dengan membawa barang hasil
penjualan yang begitu banyak. Berhari – hari setelah itu orang asing itu pun
mencari si Sokan, namun dia tidak pernah bertanya kepada masyarakat mencari
Sokan, melainkan bertanya dimana Sekkel ? Lama kelamaan pun setiap berdagang
orang asing selalu terlebih dahulu bertanya dimana Sekkel, dalam logat Portugis
Chinquele dan orang asing lainnya sering menyebut dengan nama
Senquil, sehingga dalam catatan sejarah yang tersurat di peta Petrus Plancius
pada tahun 1592 M tertulis nama Singkel.
Kisah ini banyak diceritakan oleh orang – orang tua kepada
anaknya, namun jarang dituliskan. Kisah ini dituliskan oleh seorang Budayawan
Singkil, Muadz Vohry, budayawan yang pernah menjadi Wakil Bupati Aceh Singkil
di awal kabupaten ini berdiri.
Nama Singkil kian mendunia kala nama itu disematkan di ujung nama
seorang ulama besar asal Aceh, Syech Abdurrauf As Singkili, nama ini
menandakan bahwa ulama besar itu berasal dari Singkil. Semoga semangat untuk
menjaga sejarah Aceh Singkil ini terus ditularkan kepada generasi penerus yang
kian penuh dengan tantangan zaman.
0 komentar