Pesan Anies Untuk Turun Tangan Aceh
By Si Anak Rimo - May 29, 2016
Video
ini dikirimkan saat Turun Tangan Aceh melaksanakan program Ngobrol
Asyik " Pemuda Melakukan Apa ? " di Banda Aceh pada Maret 2014 lalu.
Pesan dan nasehat dari Anies Baswedan masih sangat relevan untuk saat
ini dalam
menjaga semangat kita dalam mengejar mimpi. Semoga Video dan kisah
dibawah ini dapat menjaga semangat kita untuk terus bersama melunasi janji kemerdekaan republik ini.
Alkisah, ada seorang lelaki yang tengah berbahagia karena lolos seleksi program beasiswa master. Dan dalam satu bulan ke depan, ia akan dikirim ke Amerika. Meski begitu, dalam hatinya masih ada keraguan untuk mengambil kesempatan tersebut. Alasannya klasik dan standar, meninggalkan istri sendirian di rumah. "Bagaimana dengan istriku?" ucapnya dalam hati. Akhirnya ia mencoba untuk menemui dosen pembimbingnya saat masih kuliah S1 Ekonomi dulu. Ia pun mengeluarkan semua unek-uneknya. Ia berharap sang dosen bisa memberikan masukan.
Namun, sang dosen hanya terdiam. Ia memejamkan mata, menghela nafas panjang, dan menunggu Tuhan menurunkan ilham untuk memberikan jawaban terbaik. "Tolong saya Bu, beri pendapat Ibu!" ucapnya mendesak. "Apa tidak ada alasan untuk tetap melanjutkan?" "Sudah saya coba, tapi belum ketemu!" "Nak, coba bayangkan. Bagaimana jika suatu saat nanti engkau memiliki anak, dan anak itu tau ia diasuh serta dibesarkan oleh orang hebat, seorang intelektual, ilmuan, dan berpendidikan. Sedang, orang itu tidak lain adalah ayahnya sendiri. Sanggupkah engkau bayangkan perasaannya? Betapa bahagianya ia memiki ayah sepertimu?" tegas sang dosen dengan mantap.
Mendengar ucapan sang dosen, akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan program beasiswa tersebut. Selang beberapa Tahun kemudian, ia berhasil menyelasaikan masternya.
Alkisah, ada seorang lelaki yang tengah berbahagia karena lolos seleksi program beasiswa master. Dan dalam satu bulan ke depan, ia akan dikirim ke Amerika. Meski begitu, dalam hatinya masih ada keraguan untuk mengambil kesempatan tersebut. Alasannya klasik dan standar, meninggalkan istri sendirian di rumah. "Bagaimana dengan istriku?" ucapnya dalam hati. Akhirnya ia mencoba untuk menemui dosen pembimbingnya saat masih kuliah S1 Ekonomi dulu. Ia pun mengeluarkan semua unek-uneknya. Ia berharap sang dosen bisa memberikan masukan.
Namun, sang dosen hanya terdiam. Ia memejamkan mata, menghela nafas panjang, dan menunggu Tuhan menurunkan ilham untuk memberikan jawaban terbaik. "Tolong saya Bu, beri pendapat Ibu!" ucapnya mendesak. "Apa tidak ada alasan untuk tetap melanjutkan?" "Sudah saya coba, tapi belum ketemu!" "Nak, coba bayangkan. Bagaimana jika suatu saat nanti engkau memiliki anak, dan anak itu tau ia diasuh serta dibesarkan oleh orang hebat, seorang intelektual, ilmuan, dan berpendidikan. Sedang, orang itu tidak lain adalah ayahnya sendiri. Sanggupkah engkau bayangkan perasaannya? Betapa bahagianya ia memiki ayah sepertimu?" tegas sang dosen dengan mantap.
Mendengar ucapan sang dosen, akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan program beasiswa tersebut. Selang beberapa Tahun kemudian, ia berhasil menyelasaikan masternya.
0 komentar