Bupati Makmur Syahputra #1 : Mengukir Kisah dan Kecintaan Terhadap Daerah

By Keumala Bangsa - February 09, 2019


Makmur Syahputra dan Ridwan Hasan
Hitungan waktu terus bertambah dan masa - masa telah berlalu. Banyak kenangan dan cerita yang menghampiri dalam memori ingatan, ada yang menyimpan kisah itu  rapi - rapi dalam ingatan, namun ada juga yang menuangkan segalanya dalam sebuah buku catatan. 

Sebelum bercerita jauh, saya ingin mendeskripsikan tentang dua sosok yang ada dalam gambar di atas, foto yang saya ambil dari postingan Bang Zoel Soraya, dua sosok itu adalah Bapak Makmur Syahputra dan Bapak Ridwan Hasan sewaktu masih muda. Persahabatan mereka telah terukir sangat lama, hingga mereka menjadi ujung tombak pembangunan di Aceh Singkil kala itu. Pak Makmur sebagai Bupati dan Pak Ridwan Hasan sebagai Sekda. 

Malam ini saya sangat ingin sekali menuliskan sedikit catatan tentang sosok yang telah memberikan sumbangsih besar untuk membangun Aceh Singkil kala itu. Beliau adalah H. Makmur Syahputra Bancin, saya yakin nama ini tidak asing di seluruh lapisan masyarakat Aceh Singkil dan Subulussalam. Beliau adalah tokoh dibalik mekarnya Aceh Singkil menjadi kabupaten, serta Pemko Subulussalam, juga merupakan Bupati Aceh Singkil dua periode. Beliau dikenal sebagai peletak pondasi pembangunan di Aceh Singkil.

Saya banyak mendapat cerita tentang dua sosok ini, cerita ini saya dapatkan dari pegawai yang pernah menjadi bawahan beliau langsung di Pemerintahan Kabupaten Aceh Singkil.

Penting untuk mengulas sejarah perjalanan dan pengabdian beliau, agar kita generasi muda mengetahui jasa dan dapat mengambil tauladan / pelajaran di setiap fase kehidupan yang beliau lalui. Sebagai generasi yang lahir tahun 90 an, tentu saya berbeda jauh generasi dengan beliau, sehingga tak banyak informasi yang saya ketahuai dan interaksi,  bahkan saya sendiri tak pernah berinteraksi langsung dengan beliau. Sewaktu beliau menjadi Bupati, umur saya baru 7 tahun dan masih duduk di bangku sekolah dasar. Kami hanya tau nama beliau sebagai bupati, dan sesekali kita melihat mobil dinas bupati lewat di jalan - jalan di kampung kami.

Saya merasa harus menuliskan atau mereview kembali perjalanan kisah beliau, karena saya melihat tak banyak tulisan dan ulasan di internet tentang Aceh Singkil. Sehingga saya merasa harus menuliskan ini, saya takut generasi kita nanti hanya mengenal nama saja tanpa pernah tau kisah - kisah dibalik pengabdian beliau dalam membangun tanah kelahiran ini, agar lahir kelak Makmur - Makmur muda yang mencintai Aceh Singkil ini dengan sepenuh hati dalam doa dan pengabdian.



        ****************

Makmur Syahputra lahir  di Penanggalan pada 12 Oktober 1956. Beliau adalah anak ke 15 dari 17 bersaudara, anak dari Raja Syamsudin Bancin. Saat itu Penanggalan adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Singkil, kini sudah menjadi bagian dari Pemko Subulussalam. Jika kita melakukan perjalanan dari Banda atau Medan menuju Singkil, kita pasti melalui kecamatan ini.

Semangat menuntut ilmu yang telah terlihat sejak kanak - kanak membuat ayahanda beliau juga sangat bersemangat menyekolahkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ada harapan besar terhadap putranya kedepan agar dapat membangun daerah menjadi lebih baik. Beliau pernah bersekolah di PGA Subulussalam atau setara dengan SMP, namun karena berbagai permasalahan sekolah ini pun tutup. Mengingat permasalahan tersebut, beliau melanjutkan sekolah di MTsN Sidikalang sebagai alternatif yang nyata. Beliau pernah berjalan kaki sejauh 60 km dari Penanggalan - Sukaramai - Sidikalang kala itu, hal ini karena masih sangat sulitnya akses transportasi kesana.  

Karena jarak yang begitu jauh, dan telah berdirinya satu sekolah MTs di Subulussalam, beliau akhirnya pindah dan menamatkan pendidikan di sekolah tersebut pada tahun 1973. Jiwa kepemimpinan telah terlihat sejak beliau menjadi Ketua Osis di sekolah pada tahun 1971 - 1973.

Masa itu, untuk bersekolah di tingkat SMP saja masih sangat sulit, hingga akhirnya beliau melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum di Singkil. Hanya setahun sekolah di Singkil, beliau pindah ke Tapaktuan. Ayah adalah semangat dan pelita beliau dikala rindu di perantauan, tak tergambar betapa besar dorongan ayahanda beliau agar anaknya bisa bersekolah baik.  

" Mi jehe kita mi jehe
Mi julu kita mi julu
Melehe kita melehe
Menutu kita menutu

Menutu ta rebak - rebak
Sejarakken tangan lalu bakken diru
Kadepe da cerok na kalak
Rembak dalan ta laus meguru  "

Kiasan diatas memberi pandangan yang luas akan kondisi kehidupan masyarakat saat itu. Setelah tidak lagi bersekolah di Singkil, beliau akhirnya melanjutkan pendidikan di SMU Tapaktuan. 

Saat itu, abangda beliau Haji Raja Usman Bancin merupakan anggota DPR Tingkat II Kabupaten Aceh Selatan, sehingga beliau mendapat banyak dukungan semangat untuk terus bersekolah. Karena semangat dan bakat yang dimiliki, Makmur terpilih menjadi Ketua Osis periode 1975 - 1976. Kebetulan saya juga pernah merasakan bagaimana sekolah di Tapaktuan, tak mudah rasanya jabatan Ketua Osis didapatkan oleh siswa yang berasal dari luar Tapaktuan sekitarnya.  Tak hanya itu, beliau juga terpilih menjadi siswa teladan tingkat SMA se - Kabupaten Aceh Selatn tahun 1976. Saya rasa prestasi ini harus dijadikan tolak ukur bahwa kita yang berasal dari pinggiran desa, memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berkembang. Hanya kemauan dan semangat yang menjadi kunci, serta kesempatan untuk belajar.

Dengan bekal semangat, prestasi dan ilmu selama bersekolah di SMU Tapaktuan,  beliau memiliki dua pilihan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, yaitu Yogyakarta dan Banda Aceh. Beliau sempat ingin melanjutkan perjalanan hidup ke Kota Pelajar Yogyakarta, karena beliau percaya bahwa kota ini menjadi kota tempat para petualang ilmu berkelana dan meniti karir. Namun, dengan berbagai pertimbangan akhirnya beliau memilih berangkat ke Banda Aceh. Disana beliau awalnya kuliah di Kampus Sultan Iskandar Muda dengan jurusan Administrasi Negara. Namun karena ada kampus negeri, beliau melanjutkan pendidikan di Jurusan Hukum Universitas Syiah Kuala.

Kenapa Memilih Jurusan Hukum ? 


Karena saat itu beliau melihat ada banyak sekali Bupati di wilayah Aceh yang berlatar pendidikan hukum. Beliau ingin kuliah di jurusan ini karena beliau punya tekad meniti karir menjadi seorang Bupati untuk membangun daerahnya. Pada saat itu, pemilihan bupati dilakukan penunjukan langsung dari atas dan kemudian pengesahan dilakukan oleh DPRD tingkat dua.

Tahun 70 an masih sangat minim jumlah masyarakat yang melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Fakultas Hukum menjadi impian bagi sebahagian banyak anak muda, karena saat itu banyak sekali lulusan fakultas hukum Unsyiah yang berkiprah di pemerintahan dan luar pemerintahan dengan posisi - posisi penting.  

Bukan karena beliau memiliki impian menjadi Bupati sehingga perjalanan karir dan pengabdian beliau mengantarkannya menjadi seorang Bupati. Tetapi, saya yakin besarnya pengabdian dan sumbangsih beliau dari masa sekolah hingga menjadi seorang bupati, karena rasa cintanya yang begitu besar terhadap kemajuan daerah. Keuletan, kesungguhan serta kecintaan beliau terhadap ilmu dan kondisi masyarakat, membuat beliau terus belajar dan bertekad kuat untuk menjadi orang yang berguna di hari esok.

Saat berada di tahun kedua menyandang predikat seorang mahasiswa, Makmur diberikan kepercayaan memimpin salah satu organisasi besar di kampus, yaitu ketua HMI komisariat Fakultas Hukum. Dimana pun beliau berada, selalu ada amanah yang disematkan kepadanya, ini menjadi ladang untuk mengasah kesabaran, keuletan, kesungguhan sebagai pembentuk karakter. Karena keuletan dan dedikasinya, beliau mendapat amanah lebih tinggi yaitu menjadi Sekretaris III HMI Cabang Banda Aceh tahun 1979 - 1980. Beliau juga mendapat penghargaan dari Mendikbud pada tahun 1981 sebagai mahasiswa teladan III dari Unsyiah. 

Dengan pergulatan di ibukota dan kesibukan mengurus banyak hal, kerinduan makmur terhadap kampung halaman terus menggunung. Hingga akhirnya beliau bertempat tinggal di sebuah rumah yang dibeli pada tahun 1959 untuk keperluan tempat tinggal mahasiswa Singkil di Banda Aceh. Banyak sekali sahabat dan teman - teman beliau semasa tinggal di asrama ini, kalau saat ini dikenal dengan nama asrama blower. 

Banyak sekali penuturan yang saya dapatkan bahwa beliau adalah sosok yang sangat setia dalam menjalin persahabatan. Sahabat - sahabat selama menuntut ilmu kala itu pun banyak yang berkerja di bawah pemerintahan beliau. Beliau dikenal sebagai sosok yang tak pernah melupakan jasa sahabat dan orang terdekatnya dalam setiap perjalanan hidupnya.


Baca Juga : Makmur Syahputra #2 : Memulai Karir Dari Pegawai 

Pernah satu ketika, saat saya sedang ujian akhir untuk skripsi saya. Kebetulan dosen saya itu banyak dari Fakultas Hukum, yang mereka tanyakan pertama itu adalah Sosok Makmur Syahputra. Saat itu beliau sudah berpulang ke rahmatullah, sehingga saya tak bisa bercerita banyak. Begitulah beliau, dikenal banyak orang karena luasnya persahabatan dan keilmuan beliau, karena beliau melewati banyak moment besar di berbagai daerah untuk menimba ilmu dan pengalaman kala itu.

  • Share:

You Might Also Like

1 komentar

  1. Harus lebih bantak lagi berkomunikasi dengan sumber yang dekat dengan alm. Makmursyah Putra, setau saya beliau tidak pernah sekolah di sidikalang, tapi abangnya Softan Bancin yang juga tokoh pendidikan betul pernah sekolah di sidikalang

    ReplyDelete