Cerita Menjadi Ajudan #4 : Ketika Lelah Menghampiri

By Keumala Bangsa - February 23, 2019



Menjadi ajudan itu banyak suka dukanya. Kali ini saya akan bercerita tentang bagaimana rutinitas ajudan mendampingi pimpinan dalam berkerja. Sebetulnya saya lebih nyaman disebut asisten pribadi atau Aspri sih ketimbang ajudan, karena fashion saya sebenarnya mengurusi hal – hal yang tak pernah terlihat sih. Seperti menyusun jadwal rapat dan pertemuan, menyiapkan bahan dan pidato, mengkondisikan setiap acara yang dihadiri, mengatur pertemuan dengan tamu serta banyak lagi diluar itu yang harus saya kerjakan. Penat, frustasi dan sumpek menjadi sesuatu yang tak terelakkan. Bahkan terkadang job desk cenderung sulit ditebak. Namun, itu sudah tidak zamannya lagi jika kita harus mengutuk kondisi ini, untuk mengatasi semua itu, meluruskan sudut pandang merupakan kunci agar waktu kerja yang sangat padat menjadi nyaman dan biasa saja. Karena jika hal ini tidak ditangani dengan baik, maka stress akan dengan mudah mengelayuti pikiran.

Kebanyakan teman – teman yang berkerja di pemerintahan atau di swasta, berkerja mulai pukul 08.00 s/d 16.00. Terkadang terasa sangat melelahkan sekali, karena harus berkerja 8 jam dalam sehari. Saya biasanya berkerja itu mulai pukul 08.00 - 00.00 sih, karena kita harus selalu melekat. Walaupun tidak dikantor selalu, kadang kita di tengah masyarakat dan di kantor, terus kembali ke pendopo. Biasanya saya nyuri waktu buat istirahat itu saat di mobil, berhubung saya lebih sering berada di mobil pengawalan, jadi bisa tidur dan istirahat. Tapi ya gitu, kadang saat kita pengen tidur sebentar, handphone itu hampir setiap waktu berdering.

Sebagai ajudan kita dituntut harus memiliki kecapakan mendasar, seperti manajemen waktu, standart protokol, teknik komunikasi, menguasai komputer, serta banyak hal lainnya. Namun, tulisan ini hanya membatas tentang manajemen waktu yang saya jalani sehari – hari. 

Memulai rutinitas pagi selalu kita awali layaknya kebanyakan pegawai kantoran lainnya. Sebelum stand by mandi biasanya kita menyemir sepatu bapak terlebih dahulu, setelah itu kita pun bersiap – siap memeriksa isi tas dan tumpukan berkas yang harus dibawa. Jika masih memungkinkan saya menyempatkan menonton youtube atau membaca berita dulu, kadang kalau tidak hati – hati saya bisa kelewatan dalam menggunakan waktu, apalagi kalau lihat youtube.

Jika ditanya apa pekerjaan kita membutuhkan stamina yang kuat ? 
 
Maka saya jawab jelas iya, kita dituntut melakukaan banyak hal di waktu yang bersamaan. Terlebih kita harus selalu melekat atau berada di sekitaran pimpinan. Berbeda hal saat di kantor, saya kadang lupa  untuk makan,  karena sangat sulit sekali mencuri waktu untuk makan jika kita tidak pandai mengambil waktu. Biasanya saya makan saat Bapak sedang shalat, Bapak itu kalau shalat bisa sampai 20 menit lebih. Jadi ini waktu yang sangat panjang untuk makan dan mengurus hal - hal kecil. 


Sebenarnya kita bisa saja makan kapan pun saat Bapak rapat dan menerima tamu, namun tak elok jika masih ada tamu yang menunggu dan kita tinggalkan.  Satu ceritakan satu waktu ketika kita mengikuti Musrembang di salah satu kecamatan, untuk mencapai tujuan kita harus menggunakan speed boat melewati sungai besar. Disamping membuka Musrenbang Kecamatan Kuala Baru, agenda lain adalah peletakkan batu pertama mesjid di Desa Suka Jaya. Saat itu saya dalam kondisi kurang sehat dan sendiri mendampingi Bapak, kondisi cuaca yang panas sekali membuat saya mudah sekali mengeluarkan keringat. Apalagi waktu itu kita berjalan kaki hampir satu kilo, saya juga heran sih kok dalam kondisi deman masih bisa sekuat ini.

Ditengah cuaca yang sangat panas, saya menyempatkan meminum obat yang saya beli semalam dan selalu berada di tas. Setelah melakukan berbagai rangkaian kegiatan, kita baru bisa pulang ke rumah dinas tepat pukul 18.00 Wib, ini disebabkan karena di jalur speed boat terjadi surut  dan boat kita tidak bisa lewat. Sesampai di rumah dinas ternyata sudah ada beberapa tamu dan pegawai yang ingin meminta tanda tangan. Seluruh aktivitas terhenti saat adzan, saya pun mencoba mengganti baju dan meletakkan tas di kamar dan kembali ke ruang shalat bersama beberapa tamu.

Malam itu kita  menyelesaikan bertemu dengan tamu sampai pukul 21.00 wib, dan setelah itu kita berkunjung ke rumah masyarakat dan kenalan Bapak yang sedang pesta perkawinan. Disana kita sampai pukul 00.30 wib. Ya ngantuk dan badan masih meriang, namun tak enak kita perlihatkan wajah sakit dan lelah, setelah itu saya baru kembali ke kamar dan bisa beristirahat untuk memulihkan demam yang sudah dua hari melanda.

Spiderman pernah berujar, " with great power, comes great responsibility "


Itu kata yang tepat bagi para aspri atau ajudan. Anda berada di lapis bawah piramida struktural, namun peran yang anda lakukan sangatlah besar. Jika disederhanakan, core bisnis dari aspri adalah menjaga “atmosfir” atasan agar tetap fokus dalam pekerjaan dan bisa mengambil keputusan secara efektif dalam mood yang positif. 

Sebagai ajudan yang menghabiskan waktu bersama Pimpinan, kita memiliki luxury mengobservasi kegiatan para atasan. Kemampuan nilai akademis, kemunikasi yang lihai dan jejering yang luas sangat diperlukan untuk menunjang kerja.

Tulisan ini bukanlah bermaksud bahwa kita tidak siap untuk lelah, tetapi menjadi gambaran dan cerita pengalaman tentang rutinitas yang dijalani. Karena kita percaya bahwa semua pekerjaan pasti melelahkan, tergantung bagaimana kita menjalani dan menyikapinya. 

Pekerjaan ajudan, apalagi merangkap sebagai seorang asisten pribadi  adalah pekerjaan yang sangat melelahkan. Namun, ini adalah kesempatan langka untuk learn from the best. Siapa tau suatu saat kami yang pernah menjadi ajudan akan mengikuti langkah Pimpinan, dan pengalaman serta pelajaran selama bersama atasan akan membantu kita menjadi nakhoda  yang tangguh dan handal.


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar