Bersama Pengajar Muda angkatan XV dan XVII |
Ketika aku bermimpi sendiri, itu
hanyalah sebuah mimpi. Ketika kita bermimpi bersama, itu adalah awal sebuah
kenyataan. Ketika kita berkerja bersama, mengikuti mimpi kita, itu adalah
penciptaan surga di dunia. – Anonim
Senyumnya masih sama, seperti
yang kusaksikan di penghujung November setahun lalu. Senyum penuh harapan dan
optimisme, namun terlihat rasa lelah yang mendalam, mereka baru saja melakukan
perjalanan dari Jakarta – Medan dan diteruskan langsung ke Aceh Singkil. Masih
teringat jelas sekali, dibawah sinaran purnama yang menerangi, kami menanti
kedatangan 8 ( delapan ) pengajar yang akan mengabdi selama setahun
menghabiskan waktu di daerah ini. Berkumpul bersama masyarakat yang heterogen,
menyelamani akar rumput kebudayaan, menyatu dalam nafas urat nadi kehidupan,
semua suka duka selama disini pasti membekas dalam hati dan pikiran mereka, benar
kata inisiator gerakan ini, setahun
mengajar seumur hidup menginspirasi.
Dalam tulisan ini, izinkan saya
menyebut delapan pengajar muda ini sebagai pelita pendidikan, pelita itu adalah
Pari, Bimbim, Adit, James, Nia, Yulia, Angga dan Batari. Saya yakin sebelum
menjadi pengajar muda, mereka belum pernah mendengar kata Aceh Singkil. Wajar
saja sih, karena daerah ini sangat jarang terdengar di kalangan mahasiswa di
ibukota.