Singkil sebagai salah satu kabupaten di provinsi Aceh memiliki julukan “ Singkil Kota Batuah “, biasanya sih kita mendengarnya saat ada sambutan dari pejabat atau ceramah agama oleh ustadz di peringatan hari besar. Hal ini karena di daerah inilah lahir salah satu ulama yang sangat terkenal di Aceh, bahkan juga dunia, Syeikh Abdurrauf Assingkili. Jika kita mencerna makna dari julukan diatas, julukan itu memiliki makna bahwa Singkil adalah kota yang keramat.
Jika kita
melihat perjalanan sejarah, Singkil mengalami dua kali perpindahan mulai dari
Singkil lama hingga Singkil baru yang saat ini ramai didiami masyarakat. Berbagai
pelaku sejarah banyak menuliskan bahwa Singkil mengalami masa kejayaan pada
abad ke 18. Kala itu Singkil menjadi kota bandar untuk perdagangan ekonomi di Pantai
Barat Selatan untuk berbagai komoditas, bahkan banyak yang di ekspor ke
Eropa dan Amerika. ( A. Doup 1899 ).
Jika ditinjau
dari perkembangan ekonomi Kota Singkil kala itu, berbagai komoditas yang
memenuhi perdagangan ke luar negeri adalah minyak nilam, damar, karet, gamber,
kelapa, rotan, kapur barus dll, bahkan saat itu jumlah nilai eksport barang
saat itu telah mencapai 300 ribu gulden. Kemajemukan
masyarakat di Singkil tidaklah terbentuk begitu saja, melainkan sudah sangat
lama. Banyak suku bangsa yang mendiami wilayah ini untuk berdagang dan kemudian
menetap.
Kemajuan
yang telah dibangun oleh masyarakat mengalami satu tragedi yang menyisakan
kepedihan, gempa bumi tektonik dahsyat terjadi pada 12 Februari 1861. Inilah awal
dari pindahnya pembangunan ke kota Singkil Baru, ditariknya pembangunan yang
lebih menjorok ke darat pada tahun 1861 – 1863, biasanya para akedemisi
menyebut dengan sebutan Singkil baru. Kota ini sih sebetulnya disiapkan belanda
sebagai kota administrasif dan perdagangan yang meliputi beberapa desa yaitu Kilangan,
Pasar, Ujung dan Pulo Sarok. Singkil menjadi tempat transitnya berbagai hasil
bumi dan alam dari berbagai daerah seperti, Alas, Dairi, Simeulue, dan Pulau Banyak.
Kemudian kapal – kapal belanda secara rutin datang untuk menjemput hasil alam
itu.
Ada beberapa
hal yang ingin saya ceritakan, kenapa daerah ini melekat banget sebutan tanah
batuahnya, karena juga di Singkil ada makam Syeckh Abdurrauf Assingkili, makam
ini tepat berada di pinggiran sungai besar yang menjadi transportasi dari
Kecamatan Kuala Baru ke Singkil. Karena tanah ini keramat, maka siapapun yang
datang ke kota ini, selalu dianjurkan
untuk berprilaku yang baik dan tidak bertentangan dengan agama dan adat istiadat.
0 komentar