" Tahun ini saya bersyukur
sekali, Allah SWT memberikan keberanian kepada saya untuk membuka usaha kecil –
kecilan " - Si Anak Rimo
Jika boleh jujur, bukan usaha yang terpenting buat saya, melainkan keberanian dan mental belajar berwirausaha itulah yang terpenting buat saya. Satu hal yang rasanya tidak pernah terbayangkan oleh saya untuk
berwirausaha dalam waktu dekat ini, saya memberanikan diri membuka usaha toko
buku lengkap dengan pustaka kecilnya serta usaha papan bunga.
Saat memulai usaha, tentu ada banyak sekali rintangan dan godaan yang membuat kita mengurungkan niat membuka usaha. Kebanyakan rintangan dari dalam diri sendiri sih, seperti ngapain ngurusin hal begituan, nanti kalau ngak jalan gimana, nanti yang ngurusin siapa, dan banyak hal lain. Belum lagi orang tua yang bingung saat melihat barang - barang baru sampai dari pengangkutan, mulai dari papan bunga hingga kardus - kardus besar berisi buku.
“ Salah satu hal
terberat saya menjadi ajudan adalah
bagaimana kami menerima setiap tamu yang ingin
berjumpa dengan Bupati “
Menjadi seorang Kepala Daerah tentu bukanlah tugas yang mudah. Banyak hal yang diurus, mulai dari pemerintahan hingga kondisi sosial masyarakat. Kita harus ingat bahwa seorang kepala daerah itu melayani seluruh masyarakat, lengkap dengan
segala permasalahannya. Tulisan kali ini akan bercerita tentang bagaimana sulitnya
kita bisa menahan kesabaran menghadapi berbagai persoalan dan mekanisme orang
yang ingin bertemu dengan kepala daerah.
Setiap pekerjaan tentu punya cerita
suka duka tersendiri, apapun jenis pekerjaannya pasti punya kisah sendiri. Salah
satu hal tersulit yang saya hadapi saat berkerja adalah melayani tamu yang
ingin bertemu dengan Bupati.Saya kebetulan menjadi seorang
ajudan Bupati yang dekat dengat rakyat, dimana Bapak Bupati selalu berusaha
untuk hadir dalam kegiatan kemasyarakatan. Wajar saja sih beliau dekat dengan
masyarakat, karena latar belakang beliau memang dimulai dari Kepala Desa,
Anggota DPR, Wakil Bupati hingga menjadi seorang Bupati.
Apa
gunanya pendidikan bila hanya mendorong seseorang menjadi
layang- layang di Ibukota. Kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran
atau apa saja, bila pada akhirnya, ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata
:“ Disini aku merasa asing dan sepi “
W. S Rendra
“ Sajak Seonggok Jagung “
Sajak “ Seonggok Jagung “rasanya tepat sekali untuk menggambarkan
perasaan hati saat kita kembali ke kampung halaman sendiri, apa yang dituliskan
itu mungkin pengalaman pribadi Rendra yang ia tuangkan dalam sebuah sajak yang
cukup terkenal, terutama di kalangan perantau yang meninggalkan kampung
halaman.
Perbedaan atmosfer kehidupan yang
kita jalani selama bertahun – tahun membuat kita kikuk saat kembali ke kampung
halaman, hati berkecamuk ingin kembali namun ada rindu dan mimpi yang membuat
kita bertahan di tanah kelahiran. Apa yang saya tuliskan ini adalah gambaran
hati saat awal – awal pulang kampung, kehidupan kota yang serba ada selalu
terbayang dan menghantui. Saya rasa wajar dan lumrah setiap orang menginginkan
kehidupan yang serba ada dan teratur, akses internet yang kencang, lalu lintas
yang teratur, serta banyak hal lain yang tidak ada di desa – desa tempat kita
lahir dan tumbuh.
Jalan Perbatasan Kalimantan / Dokumentasi Kementerian PUPR
Negeri
Tiongkok punya satu pepatah yang saya percaya diterapkan dalam skema pembangunan yaitu “ Kalau mau sejahtera bangunlah
jalan “ – Pepatah Tiongkok
Saya
teringat sekali perkataan dosen saya beberapa tahun lalu, kebetulan kita sedang membahas sistem politik negara - negara di dunia. Beliau adalah lulusan
Hubungan Internasional dari kampus ternama, sehingga memiliki banyak referensi tentang model pembangunan di berbagai negara, saat itu beliau bercerita panjang akan ketertarikannya
terhadap model pembangunan dan politik luar negeri Korea Selatan. " Di negeri
Ginseng dan Tiongkok, sebelum membangun pabrik dan infrastruktur lainnya,
mereka terlebih dahulu membangun jalan untuk menghubungkan setiap daerah ", ujarnya.
Saya
baru menyadari ucapan ini setelah melihat Tiongkok beberapa tahun terakhir.
Melihat gencarnya pembangunan infrastruktur yang gencar dilaksanakan tidaklah
serta merta langsung memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi membutuhkan
waktu. Tetapi kehadiran infrastruktur ini akan menjadi salah satu penopang terbesar
pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepan. Lihat saja bagaimana Tiongkok 30 tahun
terakhir, pembangunan infrastruktur telah berkontribusi besar terhadap
pertumbuhan ekonomi mereka saat ini. Wajar saja jika harga suatu produk impor dari
Tiongkok bisa sangat murah, selain karena upah buruh di pabrik yang terjangkau,
juga karena akses ekonomi yang murah dan mudah.
Mendengar nama Syekh Abdul Rauf
Al Singkili, saya percaya bahwa hampir seluruh masyarakat Aceh pernah mendengar
nama beliau, tapi masyarakat Aceh lebih mengenal dengan sebutan Syiah Kuala, bahkan Indonesia dan Dunia mengenal beliau lewat karya dan keilmuan yang dimilikinya.
Beliau adalah Ulama besar dan tokoh tassawuf dari Aceh yang pertama kali mengembangkan ajaran Tharekat Syattariah di Indonesia. Banyak ulama besar di Aceh dan berbagai daerah lain di Indonesia adalah murid beliau, diantaranya adalah Syaikh Burhanuddin Ulakan RA dari Pariaman, Sumatera Barat. Untuk menghargai jasa beliau terhadap kemajuan Islam dan pendidikan di Aceh, nama Beliau menjadi disematkan menjadi salah satu nama kampus di Aceh, yaitu Universitas Syiah Kuala. Pernah waktu itu, saya bersama Uncu berangkat ke Padang dan bertemu dengan tokoh - tokoh agama dan masyarakat disana, mereka begitu menghormati sekali kami yang berasal dari Aceh Singkil, mereka selalu bertanya tentang Syekh Abdul Rauf Assingkili. Saya merasa dan yakin sekali, begitu kuatnya pengaruh dan perkembangan agama Islam di Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh Ulama Burhanuddin yang merupakan murid Beliau. Bahkan sebahagian besar tokoh yang saya jumpai menyatakan keinginan untuk berziarah ke Makam Syekh Abdur Rauf di Singkil.
Syekh Abdur Rauf lahir di Desa Suro pada tahun 1620, namun ada juga yang berpendapat bahwa beliau lahir tahun 1615. Nama asli beliau adalah Aminuddin Abdur rauf Bin Ali Al - Jawi Al - Fansuri As Singkili. Beliau adalah putra dari
seorang Arab asli yang dulu menetap di Singkel, atau saat ini dikenal dengan
Kabupaten Aceh Singkil. Keluarga besar beliau adalah keturunan dari ulama Parsi, Syekh Al - Fansuri yang menikahi seorang wanita setempat dari Fansur " Barus " dan menetap di Singkel.
Salah satu hal yang paling saya syukuri selama berkerja adalah jalinan silaturahmi yang tidak terbatas. Di zaman yang serba canggih dan maju ini, jalinan silaturahmi merupakan satu hal yang sebetulnya sulit dijaga dan dipertahankan. Banyak faktor yang menyebabkan, antara lain kemajuan teknologi yang memudahkan orang berkomunikasi tanpa perlu bertemu, semua akses berita, kabar dll dilakukan di ruang media sosial. Ada yang rapat dan diskusi di grup whattshap, hingga rapat dengan menggunakan video conference.
Sebagai ajudan, salah satu tugas kita itu adalah ikut kemana pun Bupati pergi dan berkegiatan. Baik kegiatan bertemu masyarakat, acara kedinasan, membuka acara, dan banyak kegiatan lain. Semakin sering kita turun ke lapangan, maka sebanyak banyak kita bersilaturahmi dengan masyarakat. Berbeda dengan kepala dinas yang hanya membidangi satu atau beberapa bidang pekerjaan saja, kalau Bupati itu semua lapisan masyarakat, seluruh urusan perkantoran dan untuk lebih jelasnya bahwa apapun kejadian dan kegiatan serta yang masih berada dalam wilayah kabupaten Aceh Singkil, secara tidak langsung itu merupakan tugas dan tanggung jawab Bupati. Tetapi tidak semua tanggung jawab langsung Bupati, tetapi ada yang tanggung jawab moral maupun kedinasan.
Tak tau kenapa, tiba - tiba saya pengen menuliskan kisah suka duka menjadi seorang ajudan kepala daerah. Ide ini sih awalnya muncul pas saya cerita ke kakak saya saat travelling ke Pulau Banyak, kita berbagi pengalaman lucu yang saya alami saat kerja dan cerita tentang study mereka di Australia, terus kak Riza nyahut dan bilang, " semua cerita ini bagus dek untuk dituliskan, banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa dibagi kepada orang lain katanya.
Sebetulnya saya juga bingung sih mau ngisi blog ini dengan tulisan apa. Baiklah, saya akan bercerita tentang
perjalanan suka duka menjadi seorang ajudan Bupati. So, sebelum bercerita
panjang lebar tentang gimana sih kehidupan para ajudan, ada baiknya saya
memperkenalkan diri kepada pembaca. Oa, cerita ini tentu tidaklah sama dengan cerita ajudan lain dari daerah yang berbeda, cerita ini adalah kisah yang saya alami dan jalani. Anggap saja ini pengalaman pribadi yang tidak elok rasanya jika untuk menggambarkan secara keseluruhan kehidupan ajudan.
Pulau banyak itu selalu
menarik untuk dikunjungi, tak pernah membuat bosan mereka yang datang, bahkan selalu ingin kembali lagi. Waktu
berkunjung ke Pulau Banyak minggu lalu, saya pergi dengan kakak dan teman –
teman yang rata – rata belum pernah ke Pulo. Kak Riza, Liza dan Mida lebih tepat saya sebut sebagai traveller sejati, rasanya sebutan ini cocok banget buat mereka. Ada yang travelling sendiri
keliling berbagai negara di Eropa, hingga beberapa negara Asia. Kemarin itu setelah dari Pulau Banyak mereka akan lanjut ke Pulau Nias di Sumatera Utara. Tak ada lelahnya.
Pulau Banyak sangat berbeda
dengan negara Eropa yang jauh lebih maju dan indah. Namun ternyata pulau banyak
punya keunikan tersendiri yang sulit kita temukan di daerah lain, keindahan
bahari yang indah memukau serta pesona alam yang masih asri. Saat berada di kapal,
karena banyak yang baru perdana bermain ke Pulo Banyak, saya bercerita banyak
tentang apa aja sih yang ada disana dan kita harus ngapain saja nantinya selama
disana, pokoknya saya cerita banyak layaknya seorang sales yang mempromosikan produknya.
Hai, nama saya Rahmat Hidayat Munandar, lahir dan tumbuh besar di Rimo, sebuah desa kecil di Kabupaten Aceh Singkil. Saya suka membaca dan Travelling, namun sedang belajar untuk suka dan mencintai menulis. Dari waktu ke waktu terus belajar membaca dan mendengarkan. Memahami setiap kejadian yang ku alami saat melakukan perjalanan untuk dijadikan pelajaran dan mencoba untuk menuliskannya.