“ Sebagai orang tua, mungkin kami tidak bisa memenuhi apa yang kamu mau. Tapi kami sudah pasti memberikan apa yang kami punya untuk kebahagian mu neuk"
Sejak saya mulai mencintai sejarah Aceh di masa lalu, saya semakin percaya bahwa anak adalah harta dan investasi terbesar yang dimiliki orang tua. Kebiasaan membaca sejarah Aceh inilah yang membuat saya begitu mencintai Aceh dan sangat memberi perhatian lebih dalam memilih calon ibu di masa depan untuk anak – anak. Kisah bagaimana orang tua membesarkan anak, hingga kisah bagaimana pahlawan dan pejuang itu lahir dari rahim – rahim perempuan Aceh yang melegenda, seperti kisah salah satu pahlawan wanita Laksamana Keumala Hayati. Kisah ini sangat menginspirasi dan menjadi nama seluruh usaha kita saat ini.
Sangking berharapnya terhadap impian rumah
tangga, sehingga jauh sebelum menikah, saya pernah berdoa agar kelak diberikan
puteri yang pemberani seperti kisah sejarah yang Keumala yang heroik menjaga
kehormatan bangsanya, ini semakin diperkuat saat saya menyaksikan pembukaan
Sail Sabang 2017, atraksi bagaimana pasukan Laksamana Keumala Hayati bertempur
melawan Portugis. Oia
dalam pembukaan Sail Sabang, ada satu peristiwa yang membuat saya
menangis dan terharu, yaitu saat dibacakan kisah bagaimana para wanita
Aceh menjadi janda membesarkan anak karena suami mereka syahid dalam
perjuangan melawan penjajah, dan saya melihat langsung Gubernur Aceh,
Irwandi Yusuf menangis dengan bibir yang bergetar, saya yakin beliau
teringat perjuangan kala itu. Dan moment melihat pemimpin menangis
adalah hal yang sangat berkesan, karena ini pertanda kecintaan dan
kepedulian yang masih tertanam di hati. Dan sang anak " Keumala " ia kini tumbuh berkembang, sebagai
ayah saya terkadang khawatir ketika ia begitu berani melakukan banyak hal, tapi
dalam hati kadang saya senyum teringat doa saya kepada Allah SWT dulu, doa yang
saya pinta.
Dan kini adiknya, sebelum Meurah lahir saya
berdoa agar kelak diberikan putra yang lembut, menjadi penyambung tali
silaturahmi keu banmandum syedara, dan tidak hanya menjadi anak biologis, tapi
menjadi anak idielogis atas mimpi besar yang telah lama disimpan. Ini saya
impikan setelah membaca beberapa buku sejarah Aceh, bahwa anak dan ibu ada
kunci masa depan Aceh dan kunci menjaga peradaban, banyak ayah yang harus lari
keluar negeri saat Aceh dalam gejolak peperangan dan mereka meninggalkan istri dan anak, tapi ia begitu yakin akan wanita
dan anak yang ditinggalkan akan meneruskan perjuangan di masa depan, seperti
kisah seorang ibu yang menidurkan anaknya dengan syair indah " Do Da IDi
", padahal masih usia beberapa minggu, tapi syairnya melampaui zaman di
masa depan, jika sudah besar membantu bangsa lepas dari penjajahan. Dan saya
begitu percaya akan doa dan mimpi yang terus dijaga, akan dimudahkan jalannya.
Setelah menjadi orang tua. Kita baru akan mengerti. Apa itu lelah yang membahagiakan, harapan yang menguatkan ataupun senyum yang menyembuhkan. Ternyata semua bermuara pada Sinyak Meutuah.
Jika saatnya kelak tumbuh dewasa, sinyak harus lebih mencintai Aceh dan kampung halaman melebihi cinta ayah dan ibunya kepada tanah kelahiran, inilah kenapa kita beri nama Keumala hampir di seluruh sendi kehidupan, agar semua bermuara pada tanah kelahiran, harus lebih semangat menuntut ilmu, dan kita menjadi mitra dalam berkolaborasi mewujudkan mimpi keluarga besar Keumala neuk. Mimpi ini sejak kecil telah kita coba syairkan dalam keseharian, agar ia kelak selalu teringat dan tumbuh bersama mimpi - mimpinya.
Bila pada awalnya kita lebih nyaman mengerjakan segala sesuatu sendirian, maka dengan menikah kita harus merelakan sedikit ruang untuk pasangan mencari pahala melalui bantuan perannya. Bila pada awalnya semua harta atas jerih payah selama ini dihabiskan sendiri, maka menikah membuat kita memiliki suatu kewajiban baru untuk berbagi, bersedekah kepada pasangan. Bila pada awalnya kita lebih senang memendam perasaan, maka menikah akan memaksamu untuk lebih terbuka dan jujur, serta berlapang dada untuk menerima semua ucapan yang dikatakan pasangan.
Seorang ibu adalah pendidik pertama untuk anak-anaknya. Seorang penyair Hafidz Ibrahim mengatakan dalam syairnya, “Seorang ibu adalah madrasah”, yaitu madrasah pertama bagi anaknya. Betapa pentingnya madrasah pertama itu. Karena yang pertama adalah yang paling dasar. Seseorang tidak akan mungkin mencapai puncak jika ia belum bisa mencapai dasar. Itulah pentingnya seorang ibu.
Beubagah rayeuk sinyak ubit cut, mangat tajak beut deungoen sikula. Ilme donya beuna ta tuntut, ta meurunoe beujeut ilme agama. Sayang that sayang aneuk lon sayang, timang lon timang sibijeh mata, oh rayeuk sinyak Mak bek tapeulang - lang, beugoet ta sayang ayah ngon ma. Beuna ta pateh aneuk meutuah, bek sinyak bantah su ureung tuha, na ridha poma na ridha Allah, syuruga indah di yup gaki Mak.
Dengan segala doa dan rasa syukur kami, Allah SWT memberikan kami amanah terbesar yaitu sepasang buah hati yang kita beri nama Tazkiya Geubrina Keumala dan Haraz Meurah Bentara, nama yang akan menjaga rasa cinta kami kepada Aceh terus terjaga.
0 komentar