Betapa sulit dan lelahnya bagi seorang anak muda untuk menentukan pilihan dan berusaha keras setia pada pilihan itu. Dua tahun ini rasanya setiap pilihan yang kami ambil tak pernah luput dari resiko yang kita hadapi. Terkadang rasanya resiko pilihan itu sangat berat dan tak pernah kami duga. Mulai dari pilihan sulit saat harus meninggalkan mimpi S2 yang sudah didepan mata untuk bergabung di Pilkada, lalu menentukan waktu menikah yang berbarengan dengan rencana berhenti bekerja, pilihan untuk sabar mempersiapkan diri agar kelak bisa ikut terlibat dalam konstalasi politik dengan biaya sendiri, kadang kita merasa gundah campur bahagia melihat beberapa sahabat yang lulus kerja sebagai PNS baik di kementerian ataupun daerah, pengen punya gaji bulanan, punya jadwal kerja.
Walaupun waktu kecil pernah bermimpi menjadi seorang PNS. Tapi, itulah pilihan yang kami ambil, meninggalkan rutinitas ini demi menyusun langkah kemandirian untuk masuk dalam politik. Kami pribadi meyakini bahwa tak mungkin kami masuk konstalasi politik tanpa kemandirian ekonomi, ini berat dan penuh dengan resiko yang tidak hanya menimpa diri sendiri, tetapi keluarga. Tak masalah jika semua pilihan itu resikonya jatuh kepada diri sendiri. Pilihan ini sangat berat untuk dihadapi, bagaimana rasanya menyendiri dari lingkungan politik dan menghilangkan diri sejenak untuk membangun kemandirian, dan merenungkan langkah kedepan. Dengan banyaknya rintangan dan permasalahan yang saya hadapi, tak jarang saya dinasehati panjang karena pilihan ini oleh sanak saudara, tapi begitulah berkeluarga, kita selalu butuh nasehat dan bimbingan dari orang tua dan sanak saudara. Secara pribadi, politik ini bukanlah hal yang menakutkan, melainkan sudah seperti rumah, terlebih banyak mimpi kita ada di politik.
Tak lama lagi kami akan dihadapkan pada pilihan sulit menjelang pemilihan kepala daerah, dan seluruhnya membutuhkan pengorbanan yang tak kecil. Banyak sahabat dan tim yang selalu bertanya dan berdiskusi akan pilihan kita, ini adalah pilihan sulit. Bukan karena kita takut mengambil resiko, melainkan kita takut ketika kesetiaan telah kita berikan dengan tulus kembali terhempaskan. Saya sering sampaikan kepada sahabat di lingkaran kita bahwa " Harta termewah yang dimiliki lelaki seperti kita ini hanyalah kesetiaan, kita tak memiliki apa - apa yang bisa kami banggakan selain setia pada mimpi dan komitmen atas ikhtiar kebaikan. Bahkan dalam politik dan bisnis pun saya berusaha sekuat tenaga untuk setia.
Kita percaya bahwa kesetiaan harus disertai dengan pengorbanan, penghormatan dan saling menjaga. Kita pernah sampaikan bahwa perihal menjaga kesetiaan, jangan tanyakan lagi ke aku. Bagi kami kesetiaan adalah mahkota yang tidak memiliki akar, yang tidak memiliki daya cengkram selain tangan kita yang menjaganya agar tidak jatuh. Dalam hidup, saya berkali - kali merasakan dikhianati. Wajar saja, karena kita selalu mengedepankan persaudaraan ketimbang komitmen kerja atau apapun itu.
Saya pernah merasakan betapa pedihnya saat kesetiaan itu terhempaskan jatuh, dengan alasan apapun kita tak ingin mengkhianati orang - orang terbaik disamping kita. Inilah kenapa kita sangat sulit menentukan pilihan yang kadang harus berbarengan dengan perjalanan mimpi kita. Tapi kita berjanji, kemanapun nantinya seluruh tenaga dan sumber daya akan kita berikan pada pilihan itu, totalitas. Saya bersyukur dalam beberapa tahun ini banyak berinteraksi dengan banyak pribadi, banyak belajar dari interaksi bersama mereka sehingga menjadi referensi saat memberikan hati dan kesetiaan kita. Menghadapi pilkada di kampung halaman, niat terbesar sejatinya ingin benar - benar tidak terlibat, hingga berusaha keras untuk menambah jumlah usaha agar bisa lalai dari dunia politik, tetapi begitulah bawaan badan dan lingkungan. Sebagai mantan orang yang pernah bekerja pada tokoh politik tentu ini bukan pilihan mudah, disaat seluruh tim sudah siap untuk bekerja tapi kami masih merenung sebelum langkah besar ini diambil.
Berbeda pilihan dengan teman - teman terdekat, atau berbeda dengan sanak saudara, resiko ini besar tapi jauh lebih penting menjaga kesetiaan pada komitmen dan mimpi. Bahkan beberapa sahabat sudah mengikuti berbagai pelatihan untuk mengupgrade pengetahuan mengenai pilkada dan marketing. Kadang kita berusaha menemui kakak dan abang mentor agar diberikan wejangan dalam menentukan pilihan ikut atau tidak, bukan kepada siapa kita harus ikut. Setidaknya kita punya waktu beberapa bulan untuk menentukan dan mengambil semua resiko atas pilihan kita nantinya.
Kami yakin, mengenai pilihan pada pilkada tentu tak hanya kami yang mengalami kesulitan, ada banyak orang pastinya yang kesulitan menentukan pilihan, tentu dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Bagi kami ini bukan tentang pilkada atau siapa yang akan bertarung nantinya, tapi pembuktian diri bahwa usia muda adalah kekuatan dan kekuatan itu harus memberi dampak. Kami berharap pilkada kedepan akan menjadi pertarungan yang saling membangun.
1 komentar
ReplyDeleteAJOQQ agen jud! poker online terpecaya dan teraman di indonesia :)
gampang menangnya dan banyak bonusnya :)
ayo segera bergabung bersama kami hanya di AJOQQ :)
WA;+855969190856