Pulau Aceh Surga Yang Terabaikan

By Si Anak Rimo - November 13, 2014



Pulau Aceh , nama yang sering terdengar bagi kami anak muda. Tempat yang terkenal sebagai salah satu  tujuan destinasi wisata alam yang penuh dengan tempat indah nan asri, dipenuhi dengan hijaunya hutan disana, dikelilingi laut indah serta pemandangan eksotis dari puncak mercusuar. Pulau yang sebahagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Apa yang membuat nama pulau Aceh  saya rindukan ? Akhir bulan lalu saya rindu dengan Sabang, entah kenapa saya ingin ke sabang beristirahat menikmati indahnya dunia bawah laut rubiah, pemandangan yang luar biasa di kilometer 0 dan segala keindahan yang ada disana. 

Tak terduga ada sebuah surat yang mengharuskan saya untuk segera kesana dalam waktu dekat. Tak perlu pikir panjang, surat itu langsung saya terima dan katakan siap untuk berangkat. Menghabiskan dua hari di Sabang tidaklah cukup untuk anak muda seperti saya, mencari suasana tenang ditengah kesibukan menyelesaikan tugas akhir menjadi suatu keharusan agar pikiran tetap tenang. Entah kenapa saat perjalanan pulang saya merindukan pulau Aceh , pulau yang berdekatan dengan Sabang. Pulau yang dapat dipandang dengan mata telanjang dari pinggiran kota tempat saya tinggal. 

Tentu ada hal yang membuat saya rindu untuk hadir ke pulau Aceh , berbeda dengan Sabang yang sangat maju dibandingkan dengan pulau Aceh  yang masih sangat tertinggal. Untuk mengobati rindu saya mencoba mendownload berbagai video tentang pulau Aceh  dan alhamdulillah saya semakin rindu untuk segera bisa kesana. Beberapa hari kemudian tak ada angin dan badai datanglah sebuah kabar gembira dari  himpunan jurusan Teknik Pertambangan Unsyiah. Kita diminta untuk ikut berkontribusi dalam acara bhakti sosial mereka di pulau Aceh , kegiatan ini akan berfokus pada dunia pendidikan di desa Rinon salah satu desa yang ada di pulau Breuh . Tentu ini menjadi obat dan kabar gembira buat pemuda yang sedang dilanda rindu untuk segera kesana. 

Lantas apa yang membuat saya ingin segara kesana. Bukan mercusuar megah atau laut nan indah yang membuat saya rindu untuk segera kesana. Yang saya rindukan adalah melihat bagaimana kondisi pendidikan disana, berbagai cerita dan pengalaman yang saya dengar dari sahabat yang berkunjung kesana adalah pendidikan yang masih sangat minim dan jauh tertinggal dari sekolah yang ada di daerah lain. Kekurangan guru, sedikitnya minat siswa untuk sekolah, bahan bacaan yang kurang dan masih banyak permasalahan lainnya.  

Saya bukanlah aktivis pendidikan tetapi saya adalah anak yang sangat percaya pendidikan adalah salah satu hal terpenting yang harus dimiliki anak bangsa. Saya yang percaya pendidikan dapat mengangkat harkat kita sebagai anak bangsa. Ternyata kemerdekaan yang kita rasakan berbeda jauh dengan kemerdekaan yang mereka rasakan disana. Listrik yang masih bergilir dan swadaya masyarakat, jalan yang sulit di tempuh kendaraan besar, sarana kesehatan, kekosongan guru sampai kepada tidak banyaknya tenaga medis yang ada disana.

Ada satu cuplikan video yang membuat hati saya bergetar. Begini kata masyarakat setempat dalam video itu ” bagaimana pun anak - anak harus mendapatkan pendidikan, bukan dalam artian harus pintar sekali. Walaupun kita tinggal di ujung seperti ini tapi pendidikan sangatlah penting “. Ujarnya. Saya terharu sekali mendengar ucapan bapak tua ini.

Allah selalu memberi saya jalan tak terdunga untuk mengunjugi persada bumi pertiwi ini. ketika cinta saya terhadap Aceh  dan indonesia semakin besar maka saya mendapat banyak kejutan akan kisah tak terduga yang membuat saya semakin cinta pada negeri ini. Lantas apa yang akan saya lakukan disana nantinya, saya akan mengajar bersama tim yang telah dibentuk antara Turun Tangan Aceh dan Teknik Petambangan Unsyiah. Tetapi setelah selesai ini saya mempunyai rencana dengan teman satu rumah saya yang juga kuliah di keguruan untuk meneliti dan mempelajari permasalahan yang ada lalu menuliskannya untuk kami publikasikan bahwa daerah ini membutuhkan perhatian kita. Memang tak banyak yang akan kita lakukan disana setidaknya kita dapat melihat dan mendengar secara langsung kondisi masyarakat disana lalu menceritakan kembali. 

Entah kenapa setelah menonton video pulau Aceh surga yang terlupakan membuat saya ingin menetap sebulan penuh disana untuk mengajar anak anak dengan ilmu yang saya miliki. Terlahir dari ayah seorang guru membuat saya banyak belajar akan makna menjadi seorang guru. Panggilan hati membuat saya ingin meneruskan harapan orang tua saya dahulu. Ketika saya telah sidang skripsi dan hanya menanti wisuda, saya ingin meminta izin kepada kedua orang tua saya untuk boleh menetap sebulan ataupun dua minggu saja disana untuk ikut merasakan damainya kehidupan disana. Semoga saja diberi.

Entah gerangan apa yang membuat saya rindu seperti ini. rindu melihat wajah wajah anak anak yang berada di pulau terdepan yang penuh dengan semangat. Anak anak yang sepuluh tahun lagi atau lebih akan menjadi pemimpin bangsa. Kalau kata salah seorang pengajar muda Indonesia Mengajar “ Kita tidak mungkin memperbaiki pemimpin saat ini, kita hanya bisa menyiapkan pemimpin masa depan yang benar benar peduli dan cinta pada negerinya “. Saya suka kata kata ini dan saya sangat setuju sekali. Kita hanya bisa menyiapkan mereka sebaik mungkin.

Jika tak ada aral melintang insya Allah jumat ini saya akan segera kesana bersama dengan para mahasiswa teknik pertambangan untuk mengabdi. Mencoba membantu ibu pertiwi untuk melunasi janji kemerdekaan yaitu mencerdaskan anak bangsa. Semoga pulau ini akan selalu terkenang dan menjadi inspirasi buat ku, inspirasi dan motivasi untuk terus menumbuhkan cinta saya pada bangsa ini. Cinta yang membuat saya lebih bijak dan banyak belajar tentang hakikat kehidupan.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar