Pulau Aceh , nama yang sering terdengar bagi kami anak muda. Tempat yang terkenal sebagai salah satu tujuan destinasi wisata alam yang penuh dengan tempat indah nan asri, dipenuhi dengan hijaunya hutan disana, dikelilingi laut indah serta pemandangan eksotis dari puncak mercusuar. Pulau yang sebahagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Apa yang membuat nama pulau Aceh saya rindukan ? Akhir bulan lalu saya rindu dengan Sabang, entah kenapa saya ingin ke sabang beristirahat menikmati indahnya dunia bawah laut rubiah, pemandangan yang luar biasa di kilometer 0 dan segala keindahan yang ada disana.
Tak terduga ada sebuah surat yang mengharuskan
saya untuk segera kesana dalam waktu dekat. Tak perlu pikir panjang, surat itu
langsung saya terima dan katakan siap untuk berangkat. Menghabiskan dua hari di
Sabang tidaklah cukup untuk anak muda seperti saya, mencari suasana tenang
ditengah kesibukan menyelesaikan tugas akhir menjadi suatu keharusan agar
pikiran tetap tenang. Entah kenapa saat perjalanan pulang saya merindukan pulau
Aceh , pulau yang berdekatan dengan Sabang. Pulau yang dapat dipandang dengan
mata telanjang dari pinggiran kota tempat saya tinggal.
Tentu
ada hal yang membuat saya rindu untuk hadir ke pulau Aceh , berbeda dengan Sabang
yang sangat maju dibandingkan dengan pulau Aceh yang masih sangat
tertinggal. Untuk mengobati rindu saya mencoba mendownload berbagai video
tentang pulau Aceh dan alhamdulillah saya semakin rindu untuk segera bisa
kesana. Beberapa hari kemudian tak ada angin dan badai datanglah sebuah kabar
gembira dari himpunan jurusan Teknik Pertambangan Unsyiah. Kita diminta
untuk ikut berkontribusi dalam acara bhakti sosial mereka di pulau Aceh ,
kegiatan ini akan berfokus pada dunia pendidikan di desa Rinon salah satu desa
yang ada di pulau Breuh . Tentu ini menjadi obat dan kabar gembira buat pemuda
yang sedang dilanda rindu untuk segera kesana.
Lantas
apa yang membuat saya ingin segara kesana. Bukan mercusuar megah atau laut nan indah
yang membuat saya rindu untuk segera kesana. Yang saya rindukan adalah melihat
bagaimana kondisi pendidikan disana, berbagai cerita dan pengalaman yang saya
dengar dari sahabat yang berkunjung kesana adalah pendidikan yang masih sangat
minim dan jauh tertinggal dari sekolah yang ada di daerah lain. Kekurangan
guru, sedikitnya minat siswa untuk sekolah, bahan bacaan yang kurang dan masih
banyak permasalahan lainnya.
Saya
bukanlah aktivis pendidikan tetapi saya adalah anak yang sangat percaya
pendidikan adalah salah satu hal terpenting yang harus dimiliki anak bangsa.
Saya yang percaya pendidikan dapat mengangkat harkat kita sebagai anak bangsa.
Ternyata kemerdekaan yang kita rasakan berbeda jauh dengan kemerdekaan yang
mereka rasakan disana. Listrik yang masih bergilir dan swadaya masyarakat,
jalan yang sulit di tempuh kendaraan besar, sarana kesehatan, kekosongan guru
sampai kepada tidak banyaknya tenaga medis yang ada disana.
Ada
satu cuplikan video yang membuat hati saya bergetar. Begini kata masyarakat
setempat dalam video itu ” bagaimana pun anak - anak harus mendapatkan
pendidikan, bukan dalam artian harus pintar sekali. Walaupun kita tinggal di
ujung seperti ini tapi pendidikan sangatlah penting “. Ujarnya. Saya terharu
sekali mendengar ucapan bapak tua ini.
Allah
selalu memberi saya jalan tak terdunga untuk mengunjugi persada bumi pertiwi
ini. ketika cinta saya terhadap Aceh dan indonesia semakin besar maka
saya mendapat banyak kejutan akan kisah tak terduga yang membuat saya semakin
cinta pada negeri ini. Lantas apa yang akan saya lakukan disana nantinya, saya
akan mengajar bersama tim yang telah dibentuk antara Turun Tangan Aceh dan
Teknik Petambangan Unsyiah. Tetapi setelah selesai ini saya mempunyai rencana
dengan teman satu rumah saya yang juga kuliah di keguruan untuk meneliti dan
mempelajari permasalahan yang ada lalu menuliskannya untuk kami publikasikan
bahwa daerah ini membutuhkan perhatian kita. Memang tak banyak yang akan kita
lakukan disana setidaknya kita dapat melihat dan mendengar secara langsung
kondisi masyarakat disana lalu menceritakan kembali.
Entah
kenapa setelah menonton video pulau Aceh surga yang terlupakan membuat saya
ingin menetap sebulan penuh disana untuk mengajar anak anak dengan ilmu yang
saya miliki. Terlahir dari ayah seorang guru membuat saya banyak belajar akan
makna menjadi seorang guru. Panggilan hati membuat saya ingin meneruskan
harapan orang tua saya dahulu. Ketika saya telah sidang skripsi dan hanya
menanti wisuda, saya ingin meminta izin kepada kedua orang tua saya untuk boleh
menetap sebulan ataupun dua minggu saja disana untuk ikut merasakan damainya
kehidupan disana. Semoga saja diberi.
Entah
gerangan apa yang membuat saya rindu seperti ini. rindu melihat wajah wajah
anak anak yang berada di pulau terdepan yang penuh dengan semangat. Anak anak
yang sepuluh tahun lagi atau lebih akan menjadi pemimpin bangsa. Kalau kata
salah seorang pengajar muda Indonesia Mengajar “ Kita tidak mungkin memperbaiki
pemimpin saat ini, kita hanya bisa menyiapkan pemimpin masa depan yang benar
benar peduli dan cinta pada negerinya “. Saya suka kata kata ini dan saya
sangat setuju sekali. Kita hanya bisa menyiapkan mereka sebaik mungkin.
Jika
tak ada aral melintang insya Allah jumat ini saya akan segera kesana bersama dengan
para mahasiswa teknik pertambangan untuk mengabdi. Mencoba membantu ibu pertiwi
untuk melunasi janji kemerdekaan yaitu mencerdaskan anak bangsa. Semoga pulau
ini akan selalu terkenang dan menjadi inspirasi buat ku, inspirasi dan motivasi
untuk terus menumbuhkan cinta saya pada bangsa ini. Cinta yang membuat saya
lebih bijak dan banyak belajar tentang hakikat kehidupan.
0 komentar