Tulisan
ini ditulis karena saya sedang bahagia karena baru saja masuk kuliah
bersama sosok dosen inspirasi. Ia adalah Drs Munir Aziz M.Pd.
Sosok
nya begitu menginspirasi dan memberikan sejuta ide untuk ku tulis. Beliau
adalah dosen idola ku dua semester terakhir ini, setiap kata yang keluar
rasanya tak ingin ku lewatkan bak kata kata mutiara yang di ucapkan Mario
Teguh. Aku selalu berusaha datang lebih cepat ketika mata kuliah beliau, dan
setiap selesai kelas ada saja hal yang ingin ku tuliskan tentang ilmu yang baru
beliau ajarkan. Dengan pengalaman yang panjang dan segudang ilmu, ia begitu
tenang ketika mengajar. Beliau sosok yang santai dan tidak terlalu cepat dalam
mengajar sehingga semua yang disampaikan bisa tersimpan rapi dalam pikiran. Ada
satu kisah yang membuat ku begitu terkesima mendengarkan nya. Disamping itu
beliau tampil dengan tampilan yang sangat berwibawa sehingga tak akan ada satu
suara pun yang ribut dibelakang ketika beliau mengajar.
Terpancar
sinar keikhlasan dari wajahnya ketika mentransferkan ilmu dan tetesan keringatnya
saya yakin akan melahirkan banyak generasi penerusnya nanti untuk pembangunan
Aceh kelak. “ Bapak dahulu sama seperti kalian juga menjadi mahasiswa di sini,
bapak selalu mempersiapkan masa depan bapak saat itu bahkan bapak rela membayar
untuk mengejar itu semua. Bahkan bapak pernah menjual beras untuk bisa ikut
safari bersama partai politik saat itu. bapak sangat mengagumi dosen bapak dulu
yang mengajar begitu hebat sehingga terpikir dalam benak untuk kelak menjadi
seorang dosen dan juga seorang politisi. Bapak terus mensugesti pikiran untuk
meraihnya dan saat ini bapak sudah pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Aceh selama dua periode dan aktif mengajar untuk mencetak
generasi terbaik kelak”. Ku ganti dengan bahasa ku sendiri seolah olah beliau
cerita kembali.
Setiap
beliau ingin menceritakan pengalaman nya, beliau selalu mengatakan izinkan saya
berbagi pengalaman. Jarang sekali aku mendengar dosen mengatakan ini. Ini
sepenggal cerita yang beliau sampaikan di depan kelas dan membuatku
terinspirasi sekali. Pada saat beliau menjelaskan cita citanya, beliau menatap
ku sambil mencoba membuka pembicaraan tak langsung, aku bahagia tak karuan
dalam hati karena cita citanya sama dengan cita cita yang ku impikan selama
ini. Tetapi ada satu hal yang tak ku suka saat itu yaitu pendeknya waktu beliau
mengajar di kelas kami yang hanya satu jam. Terkadang beliau juga menceritakan
betapa kerasnya kehidupan politik sehingga pandai – pandailah memilih istri
supaya ia dapat menjadi tempat bersandar ketika masalah menimpa dan menjadi
pendorong semangat untuk terus berkarya bukan menjadi kompor untuk mengambil
sesuatu yang bukan hak nya.
Mulai berpikir sambil ngomong dalam hati “ kalau begitu dosen di kampus ku bisa keren ni lulusan sini “. Aku mencoba mencari tahu latar belakang beliau dan sepertinya sulit karena beliau jarang memberikan waktu kepada kami bertanya, mungkin supaya kami mencari jawabannya sendiri di luar sana. Mulai dari plat mobil beliau yang semula ku kira berasal dari sabang karena BL 22 MA, rupanya huruf terakhir adalah singkatan Munir Aziz.
Setiap
beliau masuk maka akan lahir sejuta ide dan semangat baru untuk berbuat dan ini
membuat ku sebagai mahasiswa rela datang lebih cepat. Beliau benar benar sosok
inspirasi buat ku karena aku berniat kelak menjadi seorang politisi dan dosen
juga sama seperti dia. Ada banyak sekali yang ingin ku tuliskan di blog ini,
tapi biarlah beberapa paragraf ini saja. Terima kasih atas ilmu dan
inspirasi selama ini Pak.