Cerita Menjadi Ajudan #8 : Mengenal Aceh Singkil Langsung dari Desa
| Kunjungan Kerja Pj Gubernur Aceh ke Kuala Baru |
Ajudan bukan sekadar pendamping, tetapi penjaga kesinambungan antara “apa yang dilihat di lapangan” dan “ apa yang diputuskan di kantor”.
Menjadi ajudan bupati memberi pengalaman berharga, tidak hanya berada di kantor untuk menyiapkan berbagai rapat bersama pimpinan, namun melahirkan banyak kisah perjalanan, pengalaman lapangan, melihat langsung persoalan dan pelajaran hidup yang terus membekas hingga kini menjadi referensi dalam melihat persoalan.
Salah satu anugerah terbesar selama menjadi ajudan adalah berkesempatan berkeliling dan mengunjungi berbagai pelosok daerah. Ini bisa kita rasakan karena dimana dan kemana pun bupati pergi, biasanya kita selalu ikut mendampingi. Ada perbedaan sih ajudan yang ikut saat sang Bupati sudah memenangkan pilkada, dan ajudan yang sudah ikut saat proses pilkada itu berlangsung, apalagi jika terlibat dalam proses pemenangan yang mengharuskan kita banyak berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat. Dan saya berada sejak proses pendaftaran hingga pilkada itu selesai. Jika kita pernah terlibat dalam pilkada, kamu pasti paham dalam sehari ada berapa desa yang kita kunjungi untuk sosialisasi, jadwal yang luar biasa padat untuk kunjungan ke berbagai desa.
Oia, yang berat itu mendampingi mulai dari pilkada hingga terpilih adalah tanggung jawab moral kita karena kita mengikuti setiap tahapan, kita mendengar keluhan dan harapan masyarakat secara langsung, dan setelah terpilih mereka juga menagih janji pembangunan kita. Apalagi saya selain mendampingi sebagai ajudan, juga pemikir dan pengatur berbagai kegiatan agar semua berjalan lancar. Kita sudah belanja masalah saat pilkada, dan ini saatnya membayar janji itu. Kamu bisa bayangkan gimana pusingnya jika kita tidak memiliki menagemen dalam menyelesaikannya.