Beberapa bulan lalu perbincangan mengenai
kapan pelaksanaan pilkada di Aceh hangat diperbincangkan di kalangan pelaksana dan para politisi,
apakah tahun 2022 atau 2024, namun titik terang mulai terlihat saat KIP Aceh menyampaikan kesiapan
pelaksanaan pemilihan kepada KPU. Dalam penyampaian itu, KIP Aceh juga
menyampaikan terkait proyeksi penyelenggararaan, isu isu strategis lain untuk
menyongsong 2022 mendatang kepada KPU RI. Menyambung mengenai Pilkada serentak tahun 2022 yang sudah
semakin dekat, berbagai polling dan survei ala media sosial pun mulai terlihat
ramai di facebook dengan mengangkat beberapa tokoh masyarakat, politisi,
petahana hingga pengusaha dan kalangan anak muda. Melihat dinamika politik di
tengah masyarakat yang terus berubah, penting rasanya saya menuliskan persiapan tim jauh
sebelum genderang pencalonan itu ditabuhkan. Agar persiapan itu benar - benar matang dan lebih efisien dalam waktu dan biaya.
Setelah sekian lama off dari hobby lama dalam
menganalisa dan menulis politik di blog pribadi, malam ini saya mencoba menulis satu
tulisan singkat tentang Menyongsong Pemilukada 2022, saya tidak membahas
mengenai strategi atau pun potensi setiap calon yang nanti diprediksi akan
bertarung kedepan karena sejatinya saya tidak punya kepentingan apa – apa kedepan,
melainkan hanya membahas betapa pentingnya data dan kesiapan tim kecil jauh sebelum
2022 nantinya. Karena membangun tim ini tidaklah mudah, sehingga harus jauh hari disiapkan. Jika sulit ditemukan, maka harus secepat mungkin dilatih sesuai spesifikasi yang dibutuhkan, karena jika saya melihat bagaimana teman - teman konsultan politik turun ke daerah, tentu budget yang disiapkan sangat besar. So, jauh lebih baik memberdayakan tim dari daerah dengan melatih dan mengupgrade secepat mungkin. Kenapa ? karena pilkada bukanlah perheletan kecil dengan budget kecil, tapi perhelatan besar dengan biaya yang tak tanggung - tanggung. Walaupun secara pribadi kita pernah melakukan survei dan
penelitian kecil tentang proyeksi gambaran pilkada 2022 nantinya, tapi kita
tidak membedah itu.
Opini ini menurut saya penting sekali sebagai
bentuk tanggung jawab saya sebagai orang yang pernah terlibat dalam politik dan melihat dimana betapa pentingnya sumber daya manusia dan managemen yang rapi dan terstruktur dalam mengelola tim dengan jumlah yang besar, tentu dengan niat dan tujuan agar setiap
mereka yang nanti mencalonkan diri benar – benar siap secara materil dan
immateriil. Bukan bicara tentang modal uang ataupun siapa pasangan maju,
melainkan lebih membahas betapa penting tim yang kompeten, pokok permasalahan, program dan data serta strategi seperti apa yang dibutuhkan untuk
memenangkan pilkada kedepan. Ada satu kata bijak dari Steve Moralobi asal Amerika di tahun 1975 bahwa, memiliki tujuan tanpa perencanaan seperti ingin melakukan perjalanan ke tempat baru tanpa peta. Calon yang ingin maju saya rasa harus telah di bedah melalui berbagai analisa, paling tidak dengan analisa simple saja, tentang apa kekuatan, kelemahan, ancaman, peluang dll sehingga mengetahui kondisi internal.
Secara pribadi saya berharap pilkada kedepan
nantinya akan ada pertarungan strategi antar tim serta pertarungan data, tim
yang mengatur strategi pun dapat menjaga kerukunan masyarakat walaupun nantinya
terjadi polarisasi pemilih. Sehingga tim kecil ini selain berkerja untuk
memenangkan, tetapi juga mengedukasi masyarakat, menjadi perjabaran visi dan
misi hingga menjadi orientasi penyelesaian masalah. Ini harapan saya pribadi
yang saya coba terjemahkan dalam narasi singkat ini.
Tim Kecil
Kenapa penting sekali memiliki tim kecil ?
Karena tim inilah nanti yang akan memanage
seluruh keperluan mesin politik. Agar setiap orang memiliki tanggung jawab dan
kesibukan yang sesuai, ada bagian keuangan, bagian publikasi dan dokumentasi
dan pengolahan data, strategi dan program, hingga bagian propaganda. Berkaca pada
pengalaman pilkada di beberapa daerah, sering terjadi kekeliruan dalam
pemberian mandat tugas, sebagai contoh mereka yang memiliki keahlian propaganda
diberikan tugas mencari pendanaan, yang ahli di multimedia diberikan tugas
program, dll sehingga tugas tadi tidak maksimal dan object yang menjadi tujuan
tidak memiliki ketertarikan, atau di beberapa daerah saya melihat masih ada
banyak hal – hal kecil dihandle oleh calon secara langsung, sehingga hal besar dan penting menjadi
terabaikan. Tim kecil inilah nantinya akan menjadi dapur atau inti dari seluruh arah
mesin politik nantinya.
Sebagai
langkah awal adalah Mapping atau
pemetaan merupakan pondasi awal mereka bekerja, dilakukan dengan cara survei
untuk melihat perilaku pemilih dan memahami pemetaan antar calon. Hasil dari survei
ini kemudian akan dianalisa mendalam untuk mengetahui secara detail perilaku
pemilih di suatu daerah. Selanjutnya hasil analisa ini akan dikonversi menjadi
sejumlah indikator yang disesuaikan dengan daerah – daerah pemilihan. Kecamatan Pulau Banyak tidak akan sama pola strateginya dengan Danau Paris, atau Singkil
tidak akan sama dengan Singkohor. Selain karena perbedaan geografis, ada
perbedaan budaya dan perilaku pemilih di setiap kecamatan. Beberapa waktu lalu
saya melihat ada strategi yang sama untuk seluruh wilayah yang padahal berbeda
secara kultur dan budaya. Ada lagi tahapan monitoring yang dilakukan untuk
memantau langkah strategis yang telah ditentukan sebelumnya, apakah berdampak
atau sama sekali tidak berpengaruh. Selain itu, langkah monitoring juga
bertujuan untuk memantau opini publik terkait citra calon, tim tidak hanya
memoles citra, tapi juga memastikan strategi mereka bakal berdampak nyata.
" Pekerjaan yang baik tanpa perencanaan hanya akan menjadi sulit. Perencanaan yang baik tanpa pelaksanaan hanya akan jadi arsip " - Jusuf Kalla
Di banyak daerah, di ruang tim kecil ini
biasanya akan selalu ada perdebatan yang sengit dan diskusi panjang hingga
kajian sebelum satu langkah itu diambil, karena memang jika ada kesalahan dalam
strategi bisa berdampak besar terhadap kondisi lapangan. Secara pribadi saya
menilai disinilah tantangan dan sisi menariknya ruang tim inti ini, selalu
hidup akan perdebatan sebelum lahir menjadi tindakan. Mereka bekerja jauh
sebelum genderang pencalonan dan selalu dibalik layar politik, mereka berkerja
untuk menentukan strategi pemenangan, melakukan pemetaan, branding, membaca
sentimen publik hingga membangun opini publik untuk calon yang mereka usung. Sehingga
tim ini harus jauh hari sudah berkerja agar lebih cepat mengetahui mana
kekuatan dan kelemahan dengan menggunakan berbagai analisa politik. Dulu saya melihat ada tim membranding satu hal, padahal menurut saya hal yang mereka branding adalah kelemahan bukan keunggulan dari sang calon. Ini bahaya sekali karena akan menjadi senjata makan tuan atau paling tidak merusak irama tim di lapangan.
Saya mau bercerita sedikit dinamika politik
saat pilpres lalu, bagaimana salah satu calon presidan memindahkan markas
utamanya ke Solo, Jawa Tengah. Mereka menganggap itu langkah
strategis. Namun sesungguhnya itu blunder besar. “ Banteng itu kalau tidak ada
musuh, dia akan merumput. Namun kalau ada musuh, dia akan mengasah tanduknya
dan bertarung. Kita bisa lihat bagaimana selisih suara kedua calon, Jokowi
menang telak dengan selisih 11,8 suara dari pesaingnya di Jawa Tengah. Ini
hanya masalah sepele, membangunkan banteng di kandangnya. Begitulah politik,
seluruh strategi memiliki korelasi terhadap tim di lapangan.
Tim Multimedia
Tim ini seharusnya sudah terbentuk dan akan menjadi mitra utama tim inti serta pengelola utama data. Menjaga benar - benar data dan mengkonversikan dalam bentuk gambar, video, pidato dll. Tak boleh sama isi pidato saat berbicara di depan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani dengan mereka yang pedagang, atau kalangan mahasiswa dll. Semua harus seuai pada tempat dan kondisi agar pesan itu sampai dan tepat sasaran.
Tidak perlu diragukan lagi, kalau perkembangan teknologi komunikasi sangat berpengaruh di dalam kehidupan sehari – hari, terutama bidang politik. Bahkan Marshall McLuhan, seorang ilmuwan komunikasi yang terkenal dengan Teori Desa Global-nya pun mengakui kalau teknologi komunikasi “ dalam hal ini sosial media ” adalah sebuah konsep dasar yang menjadi landasan dalam analisis suatu kasus politik. Jika masyarakat dunia pernah di hebohkan dengan kemenangan Obama sebagai presiden AS kulit hitam pertama pada tahun 2009 silam, kemenangan ini dilakukan dengan melakukan kampanye politiknya dengan mengandalkan dukungan lewat kekuatan sosial media.
Tidak perlu diragukan lagi, kalau perkembangan teknologi komunikasi sangat berpengaruh di dalam kehidupan sehari – hari, terutama bidang politik. Bahkan Marshall McLuhan, seorang ilmuwan komunikasi yang terkenal dengan Teori Desa Global-nya pun mengakui kalau teknologi komunikasi “ dalam hal ini sosial media ” adalah sebuah konsep dasar yang menjadi landasan dalam analisis suatu kasus politik. Jika masyarakat dunia pernah di hebohkan dengan kemenangan Obama sebagai presiden AS kulit hitam pertama pada tahun 2009 silam, kemenangan ini dilakukan dengan melakukan kampanye politiknya dengan mengandalkan dukungan lewat kekuatan sosial media.
Dari
banyak teori yang coba merumuskan peranan media baru tersebut bagi keberlangsungan
politik, saya mencoba merangkumkan kenapa penguasaan media ini penting sekali.
1. Jika banyak orang yang berpendapat bahwa
alasan pertama dari penggunaan sosial media saat berkampanye adalah untuk
membangun opini, ini benar sekali. Tetapi jauh lebih penting dari itu adalah
untuk pengamatan atau intelijen. Ia seperti kondisi masyarakat, hanya ini
berbeda yaitu di dunia maya. Sosial media bisa berfungsi untuk memberikan
berbagai macam informasi, dari mulai mencuri strategi, termasuk ada atau
tidaknya penyimpangan yang dilakukan oleh lawan politik.
2. Karena kesibukan dan jarak yang cukup jauh,
sosial media ini dapat berfungsi sebagai ‘jembatan’ untuk membentuk sebuah
koneksi pribadi dari yang bersangkutan terhadap para calon pemilihnya melalui
respon yang positif. Seorang kandidat yang dapat menjangkau secara langsung
serta terkoneksi dengan publik dan konstituennya, Namun perlu di ingat, bahwa
tidak setiap orang sukses memanfaatkan sosial media untuk kepentingan yang satu
ini. Banyak dari mereka bahkan yang hanya jadi sasaran bully akibat
ulah tweet mereka yang dianggap terlalu menyudutkan lawan politik
tertentu, atau terlalu lebay.
3. Dalam konstalasi politik, ada sebuah kondisi
dimana informasi akan bergerak cepat dan ada krisis di lapangan. Maka
penggunaan sosial media bagi kandidat pilkada dapat dipakai untuk anti-krisis.
Maksudnya adalah, saat tengah berkampanye, sebagian besar dapat dipastikan akan
di serang oleh lawan politik melalui isu-isu negatif. Di sinilah kehadiran
sosial media diperlukan untuk menanggulangi hal tersebut. Respon secara pribadi
yang cepat “ namun tidak terlalu membabi buta” melalui sosial media dapat
meminimalisir sebuah krisis yang tengah di hadapi, terutama jika sang kandidat
telah memiliki jaringan emosional yang kuat dengan para followernya.
Berdasarkan pengalaman pribadi, hanya ada satu hal yang dapat mempengaruhi para
follower secara efektif, yaitu dengan kepercayaan [trust] yang telah terbangun
dengan sangat baik selama beberapa saat.
4. Walaupun dewasa ini penggunaan sosial media
dapat berperan sebagai media pembentukan opini " opinion leader ", namun yang
perlu di ingat bahwa proses tersebut tidaklah instan. Melainkan harus di bangun
secara bertahap dengan penuh kesabaran, serta kepercayaan yang tinggi dari
masing-masing pihak. Nah, jika hal-hal tersebut telah di capai, maka sosial
media dapat menjadi sarana yang sangat efektif untuk menyampaikan opini,
terutama yang tidak dapat atau belum tersampaikan melalui alat peraga kampanye
konvensional. Namun jangan pernah sekali-sekali menjadikan sosial media sebagai
sarana untuk menyampaikan kampanye hitam “ black campaign ” jika Anda tidak
ingin hal tersebut malah berujung dengan berbalik menyerang ke diri sendiri.
5. Yang terakhir menurut saya, media sosial
dapat berperan dalam kapasitasnya sebagai efek untuk menguatkan tujuan dari
kampanye. Baik visi atau misi dari kandidat yang bersangkutan, ataupun
alasan-alasan lain yang dapat mempengaruhi calon pemilih [syukur-syukur malah
bisa mendapatkan efek viral dari para follower. Bagaimana hal tersebut dapat
terjadi? Tidak mudah memang. Karena sosial media sejatinya memang ditujukan
bagi mereka yang memiliki jiwa serta wawasan yang luas, serta kemampuan
dialektika yang tinggi. Artinya jika menggunakan sarana sosial media, janganlah
bersikap terlalu pasif, apalagi hanya mengandalkan kemampuan seorang admin
semata. Karena sebaik-baik sosial media yang di kelola oleh admin profesional
yang berpengalaman, akan jauh lebih baik jika sosial media juga di tweet
langsung dari sang pemilik akun. Karena dari situ akan terbangun dasar trust
yang telah saya sebutkan di atas.
Ini adalah
sebahagian kecil dampak dari penggunaan multimedia dan media sosial. Tim yang
menguasai data akan mudah memainkan peran dan strategi serta mudah akan
berkolaborasi dengan tim desain dan media, sehingga apa yang dipublish adalah
data dan bukan narasi kosong. Berkaca di Aceh Singkil, saya melihat bahwa media
sosial kini mulai menyentuh seluruh elemen, bahkan mereka yang kita sangka tak
menggunakan media sosial, bahkan sudah sering live langsung di Instagram dan
media sosial lainnya. Media Sosial adalah wadah paling mudah dan murah untuk
calon, tapi membutuhkan mereka yang profesional dan kreatif. Percayalah 2022
nanti kemajuan teknologi akan semakin pesat dan menyeluruh ke semua kalangan,
apalagi akhir – akhir ini saya melihat petugas Telkom sudah memasang tiang
kabel internet sepanjang lintas Subulussalam – Singkil. Ini pertanda bahwa
seluruh desa nanti akan terakses internet dengan cepat dan murah. Selanjutnya
1 komentar
ReplyDeleteada 9 permainan poker menarik di AJOQQ :D
ayo segera bergabung dan dapatkan bonusnya :D
WA : +855969190856