Rimo : Kampung Halaman Ku

By Si Anak Rimo - November 18, 2012

Aceh Singkil sebagai kabupaten yang letaknya sangat jauh dari provinsi ternyata juga membuat aspek pendidikan tertinggal daripada kabupaten lain yang ada di Aceh. Melihat kondisi ini memang sangat tidak baik kalau selalu menyalahkan pemerintah. Ada banyak sekali faktor yang membuat dunia pendidikan di Aceh Singkil seperti berjalan di tempat. Salah satu faktor yang ingin saya sampaikan adalah kurangnya perhatian keluarga terhadap pendidikan anak.

Keluarga merupakan sekolah terkecil yang seharusnya memberi kontribusi terhadap kemajuan pendidikan anak. Banyak sekali keluarga yang perhatian terhadap dunia pendidikan anaknya sangat minim dan ini terlihat dari banyaknya kejahatan yang dilakukan anak itu baru diketahui orang tua ketika ia baru mendapat panggilan dari sekolah ataupun yang lain. Banyak sekali generasi muda berkualitas yang hadir di kabupaten ini tetapi karena tidak optimalnya dunia pendidikan membuat sang anak menjadi biasa biasa saja tanpa prestasi yang luar bisa padahal ia terlahir luar biasa.

Saya melihat daerah Aceh Singkil terkhusus kampung kelahiran saya yaitu Kota Rimo terus mengalami degradasi character secara besar – besaran. Sewaktu saya masih kelas satu smp kepala sekolah saya saat itu mengatakan bahwa sekolah saya baru saja mendapat status Sekolah Standar Nasional atau SSN dan ketika saya memasuki kelas 2 SMP setelah berganti kepemimpinan saya tak pernah lagi saya mendengar kata itu. Tidak banyak perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Sekolah masih menjadi sesuatu yang belum menarik sekali bagi generasi muda. Rimo dengan segala sumber daya yang ada yang dikatakan oleh kaum pendatang sebagai kota dolar ternyata sampai saat ini belum memiliki satu toko buku yang bisa dibanggakan. Rendahnya minat baca dikalangan remaja Rimo terlihat dari sepinya pengunjung perpustakaan di setiap sekolah bahkan masih ada sekolah yang tidak memiliki perpusatakaan.

Banyak sekali orang kaya di Kota Rimo mungkin berpenghasilan > 10 juta  tetapi saya jarang sekali menemukan ada sebuah koran atau majalah di meja depan rumah yang dapat dibaca setiap pagi. Tidak sampai 100 ribu untuk dapat berlangganan serambi. Melihat kondisi inilah keluarga besar alumni SMP angkatan 2004 terus berusaha untuk meningkatkan minat baca dengan menyumbangkan ratusan buku ke generasi muda yang ada di panti asuhan. Terkadang juga masih ada remaja yang latar belakangnya berasal dari keluarga kaya raya tetapi memiliki minat menuntut ilmu yang minim berbeda dengan mereka yang berlatar belakang tidak mampu yang memiliki semangat membaja dalam menuntut ilmu.

Tidak banyak terobosan yang dicetuskan pemerintah Aceh Singkil. Hampir semua kabupaten sudah memiliki sekolah unggulan di setiap tingkat, tetapi Aceh Singkil sampai saat ini hanya masih seputar isu. Saya sedikit sedih melihat kondisi yang terjadi saat ini.Saya mengkalkulasikan dengan jumlah APBK sekitar 400 Milyar / tahun kita dapat menyisihkan sekitar 10 milyar untuk membangun sekolah unggul bahkan kalau disusun dengan program dan kerjasama yang baik maka 5 tahun atau sekali periode bupati akan terbangun sebuan mutu pendidikan yang baik dan bahkan dapat menjadi suara untuk maju menjadi bupat kedua kalinya. Kita juga bisa meminta kerja sama dari perusahaan untuk berkontribusi terhadap pembangunan pendidikan. Dan dengan jumlah 10 milyar itu saya yakin tidak akan terjadi penghematan anggaran untuk SKPK lainnya. Ketika telah berdiri sebuah sekolah unggul pemerintah bisa berharab banyak dengan memasukkan program yang sekali dayung dua sampai 3 pulau terlampaui.

Misal sekolah unggul yang mendapat perhatian lebih dari pemerintah dapat menyeleksi siswa barunya dari semua kecamatan yang ada mungkin akan lebih baik untuk satu tingkatan seperti kelas 1 50 orang saja dulu.tentu 50 orang yang baru direkrut bukan orang sembarangan dan mereka pasti memiliki keahlian yang berbeda dan beragam jenis sehingga tinggal dibina saja dengan pembinaan yang ekstra. Setelah mereka masuk bagi menjadi dua kelas dan dengan bimbingan dari guru serta tinggal di asrama isi dengan berbagai kegiatan. Kalau setiap tahun provinsi membuat lomba debat,karya ilmiah,puisi,penelitian dll sekolah tersebut dengan dana yang cukup dapat membuat sebuah extra kurikuler untuk menciptakan bibit siap pakai dalam mengisi undangan provinsi dengan bakat yang sudah dilatih. Dan ada banyak lagi yang bisa dilakukan kalau sekolah unggul sudah ada dan takutnya akan membuat halaman ini sangat banyak.Saya melihat ini ada pada sekolah SMA Unggul Aceh selatan yang pernah mempunyai nama harus di tingkat provinsi.

Tapi sayang sekolah unggul masih hanya isu yang belum jelas kapan ia hadir dalam mengobati krisis siswa berbakat.

Di sekolah saya dulu di SMANSA GUMER ada katanya pembangunan asrama SMA Unggul dan saat ini asrama itu ditempati sebagai rumah dinas guru. Semua kebijakan hampir menjadi proyek buat penguasa. Mutasi bisa menjadi ajang untung meraup rupiah dan penempatan kepala sekolah serta jabatan yang lainnya banyak tidak terlepas dari KKN. Banyaknya pemotongan dana sertifikasi dinasi pendidikan menandakan banyak oknum yang berada di instansi pendidikan berprilaku tidak mendidik bahkan ada guru di salah satu sekolah menengah atas yang masih berkelahi di sekolah baik itu langsung maupun tak langsung. Saat saya masih kelas 2 SMP dan berkesempatan mengikuti acara di dinas pendidikan saya melihat di aula ada banyak buku sumbangan yang basah terkena air, menurut hemat saya ini sangat ironis karena ketika ditanya kenapa pendidikan tidak mengalami kemajuan yang berarti isntansi biasanya menjawab karena minimnya alokasi anggaran untuk pendidikan. Sedangkan apa yang ada mereka tak mampu menjaga seperti buku yang seharusnya bisa berada di tangan siswa malah terbengkalai di aula sampai tak layak pakai lagi.

Ini menandakan belum ada upaya yang serius dari pemerintah maupun instansi terkait untuk dunia pendidikan.

Siswa / siswi Aceh Singkil juga tidak bisa berkiprah banyak ketika mengikuti lomba di tingkat provinsi padahal menurut hemat saya mereka merupakan sosok sosok berkualitas yang hanya membutuhkan sedikit polesan dengan TC saja. Juga banyak terjadi kesalahan dalam metode perekrutan. Sebagai contoh ketika dinas pendidikan ataupun pemkab mendapat undangan dari provinsi untuk dapat mengirimkan siswanya dalam mengikuti lomba terkadang tidak dilakukan seleksi sehingga mereka Cuma merekrut dari satu sekolah di Singkil saja tampa ada seleksi kolektif.saya juga melihat jarangnya sekolah sekolah melaksanakan study banding ke sekolah sekolah hebat yang ada di aceh atau pun di medan. bahkan ada sekolah yang gurunya jarang sekali masuk sehingga menciptakan KBM tidak efektif yang membuat siswa sering berkeliaran di luar sekolah.

Untuk melihat bagaimana Aceh Singkil 20 tahun kedepan caranya cuma satu lihatlah generasi mudanya saat ini dan pertanyaan itu dapat kita jawab sendiri cukup di dalam hati. Banyaknya terjadi kenakalan remaja akhir akhir ini bisa di atasi dengan nation character building sebagai upaya untuk menghambat kenalakan tersebut dan mengantinya dengan prestasi. Ini tidak terlepas dari dunia pendikan sehingga untuk mengatasi itu semua mari kita benahi dunia pendidikan kita di Rimo.

Tetapi disamping semua itu kota Rimo “ Kampung halaman ku “ masih menyimpan banyak pemuda,masyarakat,guru,pegawai,keluarga dll yang siap hadir dalam membangun kampung halamannya menjadi lebih baik. Walaupun mereka berjumlah sedikit tapi suatu saat mereka akan bertambah semakin banyak dan akan menjadi sinar dalam pembangunan di sana.

Untuk saat ini saya belum dapat menuliskan terlalu banyak untuk menggambarkan dunia pendidikan di Rimo, tapi sudah saatnya Rimo sebagai kota sekaligus kampung halaman kita mendapat tempat dalam kebijakan yang akan di ambil bapak bupati yang tak lain adalah putra asli Rimo. Keseriusan harus terpatri dalam sanubari abdi negara dalam mencetak generasi muda harapan bangsa. Kepada yang sedang menuntut ilmu di segala tingkatan harus menambah lagi semangat nya dalam menunut ilmu dan kita harus segera pulang secepat mungkin untuk berbenah diri dalam mengejar ketertinggalan.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar