Mengulik Visi Pemimpin Daerah : Geliat Kearifan Lokal Aceh Singkil

By Si Anak Rimo - May 11, 2025

 

Oleh
Ahmad Akbar, M.Pd (Koordinator Guru Penggerak Kab. Aceh Singkil)
 

Aceh Singkil, satu dari 23 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Aceh. Ditinjau dari sisi budaya, Aceh Singkil dapat dinyatakan sebagai salah satu entitas dalam indahnya keberagaman masyarakat di negeri Serambi Mekah ini. Sebagai sebuah entitas, Aceh Singkil merupakan satu kesatuan wilayah yang telah dihuni oleh masyarakat sejak berabad tahun yang lalu dengan ciri khas budayanya sendiri. Budaya yang terbentuk dari hasil kemampuan masyarakatnya beradaptasi dan berinteraksi dengan alam maupun dengan sesama mereka. Menjalani kehidupan mereka turun temurun secara harmoni dalam alam dan budayanya yang dipenuhi dengan nilai-nilai kebajikan. Nilai-nilai yang merupakan aspek utama dari budaya sekaligus intisari dari budaya itu sendiri, dan kita kenal saat ini dengan istilah kearifan lokal.

Kearifan lolal merupakan suatu sistem pengetahuan kolektif masyarakat di suatu wilayah sebagai hasil dari proses panjang pengamatan dan eksperimen masyarakat tersebut berupa solusi-solusi cerdas dalam menjawab tantangan-tantangan kehidupan yang mereka hadapi. Kearifan lokal bersifat dinamis, adaptif dan memiliki keterikatan yang kuat dengan lingkungan alam. Sehingga kearifan lokal bukan sekedar atraksi budaya. Meskipun pada dasarnya atraksi budaya merupakan bagian dari kearifan lokal. Karena atraksi budaya biasanya memiliki pesan-pesan moral sebagai panduan masyarakat lokal dalam menjalani kehidupannya.

Menilik perkembangan sosial di Aceh Singkil saat ini, kita tentunya perlu merasa khawatir dengan kelestarian nilai-nilai budaya Aceh Singkil pada masa mendatang. Bagaimana tidak, kita dapat melihat gejala-gejala akan lunturnya nilai-nilai budaya dalam kehidupan sosial masyarakat kita. Terutama pada lapisan generasi masa depan kita: anak-anak, remaja dan pemuda. Mereka tentunya adalah penerus sekaligus pewaris kehidupan kita. Pewaris budaya dan peradaban kita di masa mendatang. Namun tampaknya pola kehidupan mereka saat ini mulai mengalami pergeseran dari nilai-nilai ideal budaya kita. Cukup banyak anak-anak, remaja maupun pemuda-pemuda kita yang terjebak dalam kehidupan yang bersifat individual sebagai efek negatif kemajuan teknologi, seperti rendahnya rasa peduli terhadap lingkungan sosial akibat kecanduan gadget. Adapula remaja maupun pemuda-pemuda kita yang mampu hidup bersosial dalam aktivitas kelompok, namun cenderung bersifat hedonisme. Bahkan tak jarang diantara mereka terjebak dengan penyakit sosial seperti game online bahkan judi online.

Di tengah pergeseran nilai-nilai sosial dan budaya kita tersebut, tampaknya ada harapan akan tumbuhnya upaya untuk melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya maupun kearifan lokal Aceh Singkil di masa depan. Harapan itu datang dari pemerintah daerah kita. Hal ini tercermin dari visi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Aceh Singkil saat ini. Yaitu mewujudkan kemakmuran Aceh Singkil yang bermartabat dengan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) secara adil, efisien, dan profesional a. Mewujudkan kemakmuran Aceh Singkil yang bermartabat demi mengembangkan potensi sektor alam yang ada b. Mewujudkan kemakmuran Aceh Singkil yang bermartabat dengan menggali kearifan lokal. Visi ini tentunya menjadi acuan untuk pembangunan Aceh Singkil 5 tahun kedepan. Secara tersirat, visi ini dibungkus dalam semangat bangkit bersama pemerintahan baru yang berbudaya dan religius. Sebagaimana tema peringatan hari jadi Kabupaten Aceh Singkil yang ke-26 Tahun 2025.

Aksi nyata mengangkat nilai-nilai budaya, kembali digaungkan lebih kuat oleh pemerintah daerah kita saat ini. Tampak dalam rangkaian acara peringatan hari jadi Kabupaten Aceh Singkil ke-26, menjelang maupun setelah tanggal 27 April 2025 terus menggelar atraksi dan kreasi budaya Aceh Singkil. Anak-anak dan para remaja, mewakili beberapa sekolah di lingkungan Aceh Singkil melakukan pertunjukan atraksi dan kreasi budaya. Berbagai tari daerah Aceh Singkil, hasil kreasi budaya seperti pakaian adat, makanan khas, dan lainnya turut dipertunjukkan. Terfokus pada aksi nyata ini, tentunya layak kita mengapresiasi seraya berucap terimakasih kepada pemerintah daerah, penyelenggara, dan seluruh kompenen yang terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan ini.

Upaya nyata mengangkat nilai-nilai budaya dalam peringatan hari jadi Aceh Singkil ke-26 sudah cukup baik. Namun dalam hal melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada generasi mendatang, terlebih menggali nilai-nilai kearifan lokal sebagaimana visi Bupati dan Wakil Bupati Aceh Singkil saat ini, tentunya masih sangat perlu ditingkatkan lagi. Optimalisasi upaya perlu dilakukan dalam gerakan bersama yang terencana, komprehensif, terstruktur, sistematis, massif dan terukur. Salah satu pilihan tepat sebagai jalan upaya melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada generasi mendatang adalah melalui dunia pendidikan (sekolah). Hal ini sejalan dengan pernyataan Crow and Crow (dalam Suprapto, 1975) bahwa pendidikan merupakan proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan kebudayaan serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.

Upaya melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya dan menggali kearifan lokal melalui lembaga pendidikan tentunya sesuatu yang sangat logis. Namun harus dengan perencanaan yang matang tidak tergesa-gesa agar proses yang berjalan nantinya dapat terlaksana dengan baik dan terukur. Upaya di lingkungan sekolah dapat melalui kegiatan intrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, dan secara terintegrasi. Pada kegiatan intrakurikuler sekolah, pemerintah daerah dapat menerbitkan satu mata pelajaran muatan lokal untuk dimasukkan ke dalam struktur kurikulum sekolah. Sebagaimana tertuang dalam Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013, dan untuk Kurikulum Merdeka sebagaimana tertera dalam Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendidikan Menengah.

Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bersama elemen terkait lainnya seperti: majelis adat, majelis pendidikan, pihak akademisi pendidikan, komunitas penggerak budaya, peneliti/penulis atau pakar sejarah daerah, organisasi profesi guru, serta pihak-pihak terkait lainnya. Dapat menggagas dan merumuskan nama dari mata pelajaran muatan lokal tersebut, standar isi hingga kompetensi dasar yang diharapkan sesuai dengan usia perkembangan kognitif anak. Kemudian dilanjutkan pada tahap penyusunan buku atau modul ajar untuk menjamin ketersediaan bahan ajar yang relevan dan sesuai dengan standar isi yang telah dirumuskan. Selanjutnya diharapkan pula adanya proses pelatihan bagi guru-guru pengampuh mata pelajaran tersebut untuk menghindari kebingungan para guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran kepada anak didiknya.

Pada kegiatan ekstrakurikuler sekolah, sekolah-sekolah dapat menghidupkan organisasi siswa atau sanggar aktivitas siswa yang berfokus pada budaya dan nilai-nilai kearifan lokal daerah Aceh Singkil. Selain itu, melalui aktivitas organisasi-organisasi atau komunitas-komunitas siswa yang sudah ada di sekolah, nilai-nilai budaya atau kearifan lokal Aceh Singkil dapat pula ditanamkan secara terintegrasi.

Pada proses pembelajaran intarakurikuler maupun ekstrakurikuler, selain diampuh oleh guru muatan lokal, sekolah-sekolah dapat mengundang perwakilan praktisi budaya, atau seniman dan atau praktisi terkait lainnya secara berkala untuk menjadi guru tamu atau narasumber bagi proses pembelajaran nilai-nilai budaya atau kearifan lokal ini. Melalui ini diharapkan para praktisi budaya dan praktisi terkait lainnya dapat terus membersamai proses pelestarian dan pewarisan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal Aceh Singkil pada generasi penerus daerah kita.

Selain melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, secara terintregrasi dapat pula dilakukan melalui penyediaan buku-buku bacaan di perpustakaan-perpustakaan sekolah dan penggunaan atribut-atribut yang berbasis nilai-nilai budaya atau kearifan lokal Aceh Singkil di sekolah-sekolah. Baik buku fiksi maupun non fiksi sesuai dengan jenjang usia perkembangan kognitif anak didik. Dalam hal ini, pemerintah daerah dapat mendorong para penulis, peneliti, sastrawan dan pihak terkait lainnya untuk terus berkarya demi ketersediaan dan kemudahan anak didik kita mendapatkan referensi belajar mereka tentang nilai-nilai budaya dan kearifan lokal Aceh Singkil. Terkait penggunaan atribut sekolah dapat dilakukan dalam banyak hal, seperti penggunaan baju adat daerah, ornamen-ornamen khas daerah, atau atribut khas daerah Aceh Singkil lainnya.

Upaya lain yang cukup penting sebagai usaha dalam melestrasikan dan mewariskan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal Aceh Singkil di dunia pendidikan adalah pemberian ruang ekspresi untuk anak didik kita berkreasi, berkompetisi dan berprestasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan satu event rutin tahunan seperti rangkaian kegiatan peringatan hari jadi Kabupaten Aceh Singkil ke-26 yang baru saja selesai digelar. Namun dalam hal ini, diharapkan event tersebut memiliki nilai kompetisi agar menjadi ruang bagi anak didik untuk berprestasi dalam skala lokal. Anak didik dari satu sekolah akan memiliki kesempatan untuk unjuk kebolehan dan berkompetisi dengan anak didik dari sekolah lainnya tentang pemahaman dan kemampuan mereka dalam nilai-nilai budaya dan kearifan lokal Aceh Singkil. Bahkan kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk skala isu yang lebih besar, yaitu sebagai bagian upaya peningkatan mutu pendidikan sekaligus upaya pelestarian budaya daerah Aceh Singkil. Kegiatan tersebut dapat dipadu dengan kompetisi anak didik dalam berbagai bidang disiplin ilmu pengetahuan, olah raga, seni dan budaya. Semacam festival pendidikan dan kebudayaan. Agenda tahunan yang tentunya akan dinanti dan turut memotivasi anak didik kita untuk belajar, baik dalam disiplin ilmu pengetahuan, olah raga, maupun tentang budaya dan kearifan lokal daerah Aceh Singkil.

Demikian perspektif kami sebagai ragam upaya pelestarian maupun pewarisan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal daerah Aceh Singkil melalui dunia pendidikan. Langkah awal pemimpin daerah kita dalam hal ini sudah baik. Geliat untuk melestarikan dan menggali kearifan lokal Aceh Singkil mulai tampak. Semoga geliat ini akan terus berlanjut dengan langkah-langkah optimalisasi. Demi terwariskannya nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi entitas daerah Aceh Singkil kepada generasi penerus kita. Kabupaten Aceh Singkil, negeri ulama tanah bertuah, selamat Hari Jadi Ke-26 Tahun. Bangkit bersama pemerintahan baru yang berbudaya dan religius. Selamat Hari Pendidikan Nasional Tahun 2025, partisipasi semesta wujudkan pendidikan bermutu untuk semua. Melalui pendidikan, kita wujudkan generasi mendatang menjadi generasi terdidik, religius dan berbudaya.


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar