Hutan, Solusi Atas Banjir dan Sulitnya Air Bersih di Aceh Singkil
![]() |
Jembatan Kilangan, Singkil |
Hutan adalah solusi dari dua permasalahan terbesar di Aceh Singkil ; Banjir yang melanda banyak kecamatan, dan air bersih yang kian sulit.
Perjalanan ke hutan kali ini sangat penting dalam menyusun langkah menuju tahun 2025 yang tak lama lagi. Pilkada yang baru selesai sebulan lalu, menguras cukup banyak energi dan pikiran, kita butuh kembali ke alam untuk menyusun kembali resolusi menatap tahun baru. Bersama tim Aceh Singkil Expedition yang berjumlah 12 orang, kita mencoba menyusuri hutan tropis di Batu Tiga Sulfa, surga tersembunyi yang jarang dikunjungi. Lokasinya berada di Simpang Kanan dan Danau Paris, tempat yang dulu menjadi permata para pengusaha kayu.
Hutan kita, adalah salah satu solusi dari dua permasalahan terbesar di Aceh Singkil. Permasalahan banjir dan sulitnya air bersih. Rasanya ironi karena kita dikelilingi lebih dari 12 sungai besar, dan hutan yang rimbun. Namun karena kita tidak menjaga dan mengelola dengan baik, permasalahan ini tak kunjung terselesaikan. Pepohonan merupakan hal sakral bagi masyarakat dalam banyak tradisi dan dianggap sebagai berkah dan karunia langsung untuk umat manusia: udara bersih, kayu, obatobatan, makanan, dan bahkan pemberian sederhana berupa keteduhan dan keindahan. Ketika digabungkan menjadi hutan, pepohonan menimbulkan kekaguman yang luar biasa, memberikan banyak manfaat tidak langsung bagi umat manusia melalui layanan yang mengatur lingkungan hidup kita, dari sirkulasi air melalui atmosfer hingga menstabilkan tanah, menyimpan karbon yang mencegah pemanasan global, hingga menyediakan habitat bagi sejumlah spesies.
Banjir Singkil
Bencana ini menjadi tantangan utama pembangunan di Aceh Singkil, banjir datang bahkan lebih dari sekali dalam setahun. Letak geografis yang berada di hilir dari banyak sungai – sungai besar menjadikan volume air begitu melimpah di beberapa kecamatan. Jika kita melihat apa hubungannya banjir dengan hutan ?
Hutan berfungsi sebagai pencegah terjadinya banjir, karena penyerapan air ke dalam tanah lebih optimal sehinga bencana banjir bisa di minimalisir. Selain itu juga hutan sebagai pengatur tata air hidrologis yang berfungsi dengan baik. Sehingga air hujan yang jatuh tidak serta merta mengalir ke laut lewat aliran permukaan atau perkolasi, tetapi lebih lama dapat disimpan di dalam tanah. Namun kondisi terkini, sepanjang aliran sungai sudah tidak banyak lagi hutan, melainkan sawit yang jumlahnya ribuan hektar. Saat ini sangat di butuhkan kembali penambahan Areal pohon untuk bisa menyerap air. Sehingga saat musim hujan datang, air akan terserap dengan baik di dalam tanah. Selain itu pohon pohon juga sangat berfungsi untuk mencegah terjadinya banjir bandang.
Pepohonan merupakan hal sakral bagi masyarakat dalam banyak tradisi dan dianggap sebagai berkah dan karunia langsung untuk umat manusia: udara bersih, kayu, obatobatan, makanan, dan bahkan pemberian sederhana berupa keteduhan dan keindahan. Ketika digabungkan menjadi hutan, pepohonan menimbulkan kekaguman yang luar biasa, memberikan banyak manfaat tidak langsung bagi umat manusia melalui layanan yang mengatur lingkungan hidup kita, dari sirkulasi air melalui atmosfer hingga menstabilkan tanah, menyimpan karbon yang mencegah pemanasan global, hingga menyediakan habitat bagi sejumlah spesies. Namun ancaman keberadaan hutan tropis semakin tinggi. Penggundulan hutan (deforestasi) dari perkebunan, penebangan, pertambangan, jalan, dan kerusakan lainnya terus menyusutkan tutupan hutan tropis dan mendorong hilangnya spesies dan perubahan iklim. Saat ini, hutan tropis membutuhkan perlindungan kita, lebih dari sebelumnya. Sama halnya kita pun juga memerlukan keberadaannya.
Masyarakat
yang kesulitan air bersih
Air adalah sumber kehidupan, dan menjaga ketersediaan air bersih menjadi semakin penting di tengah perubahan iklim dan urbanisasi yang cepat. Salah satu aspek penting dalam konservasi air adalah melindungi hutan. Walaupun daerah ini dikelilingi sungai – sungai besar, namun sebahagian besar masyarakat mengalami krisis air bersih. Baik di Danau Paris, Singkil Utara, Singkil, Suro dan beberapa daerah lainnya. Ada lebih menggelitik kembali, beberapa hari lalu desa di Simpang Kanan, tempat banyak mata air berada mengalami krisis air bersih. Ini menjadi tantangan kita, lantas dimana letak hubungannya hutan dan air bersih ?
Hutan dengan segala
kekayaannya menjadi Solusi terhadap pencegahan Erosi Tanah: Hutan berperan
penting dalam mencegah erosi tanah. Akar pohon dan vegetasi di hutan mengikat
tanah, mencegah aliran permukaan yang dapat mengikuti hujan deras. Ini membantu
menjaga kualitas air di sungai-sungai. Hutan juga berfungsi sebagai Sponge:
Hutan bertindak sebagai “spons” alami yang menyerap air hujan dan memperlambat
aliran air ke sungai. Hal ini mengurangi risiko banjir dan mempertahankan
tingkat air yang stabil di musim kering. Dan menjadi filtrasi air: Hutan
berfungsi sebagai filter alami, menyaring limbah dan polutan sebelum air
mencapai sungai atau mata air. Ini membantu menjaga kualitas air yang layak
konsumsi.
Air yang melimpah di
Kawasan hutan, dapat dijadikan sumber untuk menyuplai kebutuhan air di PDAM “
Perusahaan Daerah Air Minum “ yang didistribusikan ke daerah yang mengalami
kesulitan air bersih. Pernah dalam satu diskusi dengan Pj Bupati Aceh Singkil,
Bapak Marthunis bahwa persoalan air bersih adalah prioritas utama dalam pembangunan,
hal ini terlihat juga dalam ajaran agama dimana BAB pertama dalam Kitab Fiqih
adalah Thararah atau bersuci, ini berkaitan erat dengan air bersih. Hampir
seluruh aktivitas masyarakat berhubungan dengan air.
Melihat persoalan stunting dan gizi buruk yang masih
sangat tinggi di daerah ini, ini juga tidak terlepas dari akses air bersih yang
sulit dan sanitasi masyarakat. Terutama desa yang berada di pinggiran sungai, dan
berada di kawasan rawa sehingga air yang dikonsumsi sangat tidak layak untuk
kesehatan.
0 komentar