Daerah ini pernah dikuasai
oleh tiga kerajaan kecil (Sabeak). Masing-masing : Negeri dari Marga Angkat,
Negeri dari Marga Tendang yang beribukota Panisihan dan Negeri dari Marga
Buluara. Ketiga negeri tersebut akhirnya lenyap. Beberapa tahun kemudian
muncullah Kerajaan Berguh Tugan di wilayah Simpang Kanan (sungai Simpang
Kanan). Tepatnya terletak didekat Kampung Tugan.
Menuju ke arah muara, di
sekitar sungai Simpang Kanan tumbuh menjamur kerajaan-kerajaan kecil. Antara
lain: Kerajaan Jantan Arus (seberang sungai Simpang Kanan), Kerajaan Bajar
Pintor di Hilir Pakiraman, Kerajaan Betahpe didekat Kampung Surau, Kerajaan
Kehing dan Raba (keduanya di belakang Cibubukan), Kerajaan Uhuk Latar (di
belakang Surau) dan Kerajaan Huta Batu. Menurut trombo,
kerajaan-kerajaan kecil itu tunduk kepada Kerajaan Pagaruyung Minangkabau,
keturunan dari Cindur Mata. Ketika Putra Maharaja Minangkabau kawin dengan
Putri Aceh, wilayah Simpang Kanan dan Simpang Kiri yang disebut juga “Rantau
12” dijadikan Mas Kawin. Dengan demikian kerajaan-kerajaan tersebut menjadi
daerah kekuasaan Aceh.